Profil Park Hang-seo: Eks Asisten Hiddink yang Mengubah Vietnam

Profil Park Hang-seo: Eks Asisten Hiddink yang Mengubah Vietnam

Rifqi Ardita Widianto - Sepakbola
Jumat, 06 Jan 2023 12:00 WIB
PATHUM THANI, THAILAND - SEPTEMBER 04: Park Hang-seo, head coach of Vietnam, in action during a training/press conference ahead of the FIFA World Cup qualifier against Thailand at Thammasat Stadium on September 4, 2019 in Pathum Thani, Thailand. (Photo by Pakawich Damrongkiattisak/Getty Images)
Profil Park Hang-seo. (Foto: Getty Images/Pakawich Damrongkiattisak)
Jakarta -

Di bawah arahan Park Hang-seo, Vietnam mengalami progres pesat. Dikenal sebagai pelatih tegas & ketat, ia juga dijuluki Terminator oleh media-media Vietnam.

Park Hang-seo memulai karier sepakbolanya sebagai pemain klub kampus di Universitas Hanyang. Ia kemudian memperkuat Korea First Bank, lalu lanjut membela tim Angkatan Darat Korea Selatan saat menjalani wajib militer pada 1981-1983.

Selepas menuntaskan wajib militer, ia sempat bermain untuk Lucky-Goldstar Hwangso. Di klub ini pula, Hang-seo memulai karier sebagai pelatih pada 1989.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sempat menjadi caretaker untuk Anyang LG Cheetahs, Hang-seo lantas melatih Suwon Samsung Bluewings pada 1997-2000. Kemudian ia dipercaya menjadi asisten pelatih timnas Korea Selatan dan jadi wakil Guus Hiddink.

Momen inilah yang mengangkat karier Park Hang-seo. Bersama Hiddink, ia membawa timnas Korea Selatan melangkah ke semifinal Piala Dunia 2002, hingga akhirnya kalah dari Jerman.

ADVERTISEMENT

Park Hang-seo kemudian sempat menangani Timnas U-23 Korsel untuk Asian Games 2002. Ia membawa Taeguk Warriors merebut medali perunggu, namun dipecat tak lama berselang.

Pelatih kelahiran, Sancheong, Gyeongnam itu melanjutkan karier kepelatihannya di Liga Korea. Ia melatih klub daerah asalnya, Gyeongnam FC selama dua musim, lalu Jeonnam Dragons di K-League dan membawa tim finis sebagai runner-up Piala Liga Korea pada 2008.

Dari sana, kariernya agak menurun karena cuma melatih tim divisi dua Sangju Sangmu. Ia membawa Sangju Sangmu juara K-League 2 pada 2013 dan 2015, namun kemudian cuma melatih klub divisi tiga Changwon City, yang juga dibawanya juara.

Changwon City menandai klub terakhirnya di Korea Selatan. Park Hang-seo yang buntu lantas mencari peruntungan di Asia Tenggara. Nasib baik menyambutnya, Vietnam memberikan kepercayaan.

Kabarnya, sang istri-lah yang membuka karier Park Hang-seo di Vietnam. Istrinya mendorong untuk mengambil tantangan baru di Asia Tenggara, bahkan membantu menemukan kontak seorang agen bernama Lee Dong-jun yang fasih dengan sepakbola di regional tersebut.

"Mimpimu adalah melatih di luar Korea Selatan. Karena kamu sudah bertambah usia, mari kita lihat ini sebagai tantangan terakhir dalam kariermu dan mengambilnya," kata sang istri, sebagaimana dikisahkan Park Hang-seo dan dilansir Olympics.com.

Bersama Vietnam, nama Park Hang-seo melambung. Meski di awal ia banyak diragukan, Park yang tegas rupanya bisa membangun hubungan yang apik dengan para pemain. Dari sana ia membawa Vietnam menjadi runner-up Piala Asia U-23 2018.

Selanjutnya, Vietnam juga dibawanya ke semifinal Asian Games dan untuk kali pertama finis di peringkat empat setelah 56 tahun.

Di akhir tahun 2018 itu, Vietnam juara Piala AFF usai mengalahkan Malaysia 3-2 secara agregat. Ini jadi titel Piala AFF pertama The Golden Stars dalam 10 tahun.

Vietnam polesan Park Hang-seo terus mencuri perhatian. Mereka menjejak perempatfinal Piala Asia 2019 dan terhenti oleh Jepang yang pada akhirnya menjadi juara. Prestasi Park di Vietnam selanjutnya ditandai dengan dua medali emas SEA Games 2019 dan 2021.

Oleh media lokal Vietnam, Park Hang-seo dijuluki The Terminator karena seiring prestasinya bersama timnas, ia juga memakan korban. Sejumlah pelatih top dari tim lawan dipecat tak lama setelah takluk oleh pelatih 65 tahun itu, sebut saja Sven Goran Eriksson (Filipina), Guus Hiddink (China U-23) yang merupakan mentornya, hingga Bert van Marwijk (UEA).

Gelaran Piala AFF 2022 akan menjadi turnamen terakhir Park Hang-seo bersama Vietnam. Niscaya ia ingin menutup perjalanannya di sana dengan hasil manis.

Tapi Indonesia tak peduli soal itu. Skuad Garuda cuma ingin merebut gelar juara Piala AFF untuk kali pertama dan tugas berikutnya adalah mendepak Vietnam di semifinal.




(raw/cas)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads