Sosok AA La Nyalla Mahmud Mattalitti sudah tak asing lagi di dunia sepakbola. Dia pernah menjabat sebagai pengurus serta Ketua Umum PSSI.
Pria yang kini menjabat sebagai Ketua DPD RI itu pernah sampai merenovasi kantor PSSI, yang saat itu masih berada di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Dana yang dihabiskan mencapai miliaran dan itu dari dana pribadi.
"Pada saat kepemimpinan La Nyalla di situlah PSSI mem-follow seratus persen FIFA requirement. Sampai-sampai gedungnya dibuat sedemikian bagus. Pada saat itulah PSSI untuk pertama kalinya memiliki kantor sendiri yang sangat berkelas," kata pelatih Rahmad Darmawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga menyampaikan, saat PSSI kepemimpinan La Nyalla, FIFA sangat mendukung perkembangan sepakbola Tanah Air. Mantan pelatih Sriwijaya FC itu mengatakan, PSSI kepemimpinan La Nyalla sangat teratur dalam segi administrasi.
"Administrasi sangat teratur, serta saat itu FIFA mendukung perkembangan sepakbola melalui program pembinaan usia dini FIFA. Hal itu setelah melihat keseriusan PSSI yang saat itu, membangun skill Garuda Muda. Jadi sudah sepantasnya pak Nyalla kembali lagi memimpin PSSI," jelasnya
La Nyalla Matattalitti adalah sebuah kejutan dalam bursa pencalonan tahun ini. Namanya jarang disebut-sebut, namun tiba-tiba menjadi orang pertama yang mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum PSSI.
Ketua DPD dan sekaligus senator asal Jatim itu pernah menjadi anggota Exco PSSI 2011-2015. Lalu, ketua umum Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) saat periode dualisme PSSI.
Kemudian menjabat Wakil Ketua Umum PSSI periode 2013-2015. Pada periode tersebut, La Nyalla juga menjabat sebagai Ketua Badan Tim Nasional (BTN) Sepakbola Indonesia.
Saat menjabat Ketua BTN, La Nyalla sukses membawa Timnas Indonesia U-19 menjuarai Piala AFF U-19 2013. Selanjutnya, La Nyalla menjabat Ketua Umum PSSI dari 2015 hingga 2016. La Nyalla mejabat kursi tertinggi di PSSI itu usai terpilih lewat Kongres Luar Biasa PSSI yang dihelat di Surabaya.
La Nyalla pernah terpilih menjadi Ketum PSSI pada Kongres Luar Biasa yang berlangsung di Surabaya pada 2015. Tapi, kemudian federasi sepakbola nasional itu dibekukan oleh pemerintah. Pembekuan itu yang membuat KPSI lahir, La Nyalla menjadi pemimpinnya.
Sepakbola Indonesia ada dalam titik nadir saat itu. FIFA menjatuhkan sanksi ke Indonesia hingga tak bisa mengikuti event internasional.
La Nyalla juga 'terlibat' dalam konflik dualisme Persebaya Surabaya. Persebaya 'pecah' sejak 2011 berlarut-larut karena La Nyalla tetap menganggap Persebaya yang berkompetisi di Liga Primer Indonesia sebagai perusuh, hingga tak mau mengakui keanggotaan Bajul Ijo saat unifikasi Liga. Persebaya baru diakui oleh PSSI menjadi anggota lagi pada 2017. Persebaya Surabaya jelmaan Persikubar Kutai Barat kini sudah menjadi Bhayangkara FC.
Selain itu, La Nyalla juga pernah dipenjara karena dugaan Korupsi Dana Hibah KADIN Jawa Timur 2011-2014. Tapi, karena tak terbukti bersalah, dia dibebaskan usai mendekam di penjara selama tujuh bulan.
(ran/pur)