Kantor klub Arema FC di kota Malang menjadi sasaran demo ricuh yang disertai aksi perusakan. Pelakunya dinilai bukan suporter sejati karena telah mencoreng citra klub, Aremania, dan bahkan Kota Malang.
Penilaian itu dilontarkan Founder Football Institute Budi Setiawan, menanggapi aksi anarkistis sekelompok massa terhadap kantor Arema FC di Jalan Mayjen Pandjaitan, Kota Malang, Jawa Timur, hari Minggu (29/1) kemarin.
Massa menggunakan pakaian hitam-hitam serta membentangkan sejumlah poster dan spanduk kecaman terhadap Arema FC. Demo supporter kemudian memanas sampai bentrok dengan petugas keamanan. Meski tak berlangsung lama, bentrok ini mengakibatkan kaca kantor Arema FC pecah dan rusak.
Massa juga sempat membakar sejumlah barang-barang di jalanan sehingga tampak asap putih mengepul di sekitar lokasi. Petugas polisi pun kemudian datang dan mencoba melerai bentrok tersebut.
"Aksi-aksi kekerasan oleh mereka yang menyebut dirinya pendukung dan disertai dengan perusakan adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan dari sudut hukum manapun dan tuntutannya pun sumir (tidak jelas)," kata Budi dalam rilisnya.
Pertama, jelasnya, tuntutan agar Arema FC mengusut tragedi Kanjuruhan adalah tuntutan tidak berdasar mengingat kejadian ini sudah ditangani pihak kepolisian dan bahkan sudah masuk persidangan. Terkait dengan itu, Arema FC sebagai klub cq pengurus tidak dalam kapasitasnya melakukan pengusutan karena memang bukan penegak hukum.
![]() |
Sebanyak 107 orang sudah ditangkap polisi buntut demo ricuh di Kantor Arema FC, Malang. Polisi masih melakukan pemeriksaan terhadap para saksi.
Sehubungan dengan itu, Budi Setiawan mengapresiasi kinerja aparat. Selain itu, ia pun menuding aksi demo yang disertai kekerasan itu sama sekali tidak mencerminkan sikap suporter. "Football Institute mengapresiasi Kapolresta Kota Malang Kombes Pol. Budi Hermanto yang tegas, cekatan, dan tanggap terhadap anarkisme di kantor Arema. Sejauh ini ada 107 orang yang diamankan untuk dimintai keterangan dan akan diselidiki siapa otak pelakunya. Peristiwa itu bentuk perbuatan melawan hukum yang mencoba berlindung dalam balutan predikat 'suporter'."
"Peristiwa anarkis ini akan membuat Arema dan Aremania semakin tersudut di komunitas sepakbola Indonesia. Ini bukan suporter, ini kriminal yang sengaja menghancurkan Arema, Aremania, dan citra kota Malang," tuturnya.