Dua laga pekan ke-23 Liga 1 yakni Persita Tangerang Vs Persija Jakarta dan PSIS Semarang Vs Persebaya Surabaya tak bisa digelar. Penyebabnya karena ulah suporter.
Persita dijadwalkan menjamu Persija di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Selasa (7/2/2023). Keesokan harinya giliran PSIS menjamu Persebaya di Stadion Jatidiri, Semarang.
Tapi panpel Persita tak mendapatkan izin penyelenggaraan laga dari kepolisian lantaran tak bisa menggelar laga kandang di Indomilk Arena, Tangerang. Adapun laga itu merupakan partai kandang usiran Persita setelah insiden pelemparan oknum suporter mereka ke bus Persis Solo beberapa waktu lalu.
Sementara laga PSIS Vs Persebaya tertunda juga karena alasan suporter. Berkaca ke duel kedua tim pada 2019, Stadion Moch Soebroto di Magelang, jebol oleh suporter meski laga sebenarnya tak bisa dihadiri penonton.
Besar kemungkinan pihak keamanan tak mau mengambil resiko hal serupa terulang. Dengan begitu mereka pun merekomendasikan laga itu untuk ditunda sementara waktu.
"Ya pasca adanya pelemparan di Sleman & Tangerang, pihak kepolisian juga berdasarkan informasi dari intel menyatakan bahwa mereka harus waspada," kata Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Ferry Paulus, kepada wartawan, soal penundaan dua laga Liga 1.
"Buat LIB, kami memaklumi bahwa jika ada indikasi akan terjadi barangkali, ada luapan suporter kekecewaan suporter apapun bentuknya, tentu pihak kepolisian harus mengantisipasi. beliau akan menyampaikan ke kita untuk dicarikan alternatif," ujarnya menambahkan.
Penundaan ini jelas memiliki efek buat banyak pihak. Klub rugi waktu, sementara operator kompetisi harus memutar otak andai mau kompetisi tetap selesai tepat waktu.
Ada kemungkinan penundaan seperti ini masih akan berlangsung di sisa pekan Liga 1 musim ini. Apalagi ada aturan baru soal perizinan dan penyelenggaraan sepakbola pasca Tragedi Kanjuruhan.
"LIB juga sedang berpikir bagaimana caranya supaya partai-partai tunda itu tidak terjadi lagi. Mungkin kami juga mengupayakan supaya, kalau sudah di luar Pulau (Jawa) kan indikasi itu (bisa) hilang," ucap Ferry Paulus.
(aff/cas)