Indonesia vs Argentina sudah usai digelar. Stadion Gelora Bung Karno penuh sesak saat skuad Garuda ditumbangkan Albiceleste.
Indonesia vs Argentina selesai dengan skor akhir 0-2. Dalam laga, Senin (20/6/2023), Leandro Paredes dan Christian Romero yang menjadi penentu kemenangan Tim Tango.
GBK malam tadi begitu hidup menyambut juara dunia. Meski tim Merah-Putih kalah, Asnawi Mangkualam cs bisa menunjukkan perlawanan yang cukup sengit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
GBK Merah Seisi Tribune
Sebanyak 60 ribu tiket yang dilepas oleh PSSI untuk Indonesia vs Argentina sudah ludes. Dalam setiap sesi penjualan dalam tiga hari, tiket yang disediakan habis dipesan dalam lima menit.
Beberapa kelompok suporter menanggalkan egonya dengan meninggalkan atribut kebanggaan mereka. Semua tribune didominasi warna merah, sesuai dengan imbauan ketum PSSI, Erick Thohir.
Sisi tribune utara yang diisi La Grande Indonesia juga berwarna merah, sama halnya dengan tribune selatan yang diisi oleh Ultras Garuda juga sama. Teriakan semangat untuk Indonesia terdengar selama 90 menit, bahkan juga saat bus Argentina datang ke stadion.
Ada koreografi 'Maju Tak Gentar' muncul dari sisi utara tribune, mampu membakar semangat juang para pemain Timnas.
Selama 37 menit, Indonesia mampu menahan juara Piala Dunia 2022 itu. Sepakan roket Leandro Paredes yang sempat membuat seisi stadion terhenyak karena mengejutkan para suporter.
Dalam posisi Indonesia ketinggalan, tribune GBK tetap atraktif. Mexican wave tersaji sekitar empat putaran. Bahkan, tribune tempat Presiden RI Joko Widodo berdiri juga ambil bagian membentuk koreografi.
Atmosfer Indonesia vs Argentina ini mengingatkan saya pada saat final Piala Dunia 2022 saat Argentina vs Prancis. Bedanya, tribune stadion Lusail, Doha, Qatar, didominasi warna putih-biru muda khas Argentina.
Para pendukung Albiceleste saat itu riuh menantikan gelar juara dunia sejak 1986. Di Qatar tahun lalu, suasana tribune bising dengan teriakan pendukung Argentina. Lionel Messi cs mampu membayar mereka dengan membawa gelar juara ke Argentina.
![]() |
Melawan Argentina Sebuah 'Kemewahan'
Indonesia mendapat 'kemewahan' dengan melawan Argentina. Sebagai tim zona Conmebol, Albiceleste memang jarang berlaga di kawasan Asia Tenggara.
Setidaknya dalam lima tahun terakhir, Argentina cuma berlaga dua kali termasuk pertandingan tadi malam melawan Indonesia. Sebelumnya, Argentina melawan Singapura pada 2017.
Keuntungan lebih buat Indonesia, Argentina datang dengan status sebagai juara dunia. Status itu yang pantas disyukuri oleh Indonesia, meski Argentina datang tanpa mega bintang milik mereka Lionel Messi.
Indonesia pun memetik pengalaman berharga dengan menghadapi pemain-pemain berkelas dunia. Apa yang dibayangkan oleh Rizky Ridho bisa mematikan striker sekelas Julian Alvarez? Apa yang dipikirkan oleh Pratama Arhan ketika lemparan ke dalamnya hampir membuahkan assist untuk Elkan Baggott membobol gawang yang dikawal oleh Emiliano Martinez?
Kembali ke pengalaman saya saat menjadi bagian Piala Dunia 2022, laga Argentina menjadi yang paling sulit didapat. Saat itu, ada bayang-bayang bahwa setiap pertandingan Argentina mungkin menjadi laga pamungkas Messi.
Para pewarta dari Indonesia sulit mendapatkan tiket untuk meliput pertandingan Argentina di fase grup. Laga Argentina lebih mudah didapat pada fase gugur.
Saat Arab Saudi mencetak sejarah dengan menaklukkan Argentina, yang saat itu diperkuat Messi, saya hanya bisa mendengar keriuhannya dari luar stadion. Tapi, euforia 'Where is Messi?' bisa saya rasakan selepas pertandingan.
Mengingat kembali perbincangan saya dengan mantan pemain Timnas, Uston Nawawi, para pemain Indonesia memang cuma harus enjoy melawan Argentina. Kesempatan melawan juara dunia tak sering bisa dilakoni oleh Pratama Arhan cs.
"Yang penting kita bermain sebaik mungkin, mengenai hasil tidak usah dipikirkan. Yang dilawan nomor satu dunia," kata Uston dalam perbincangan dengan detikSport.
Doa Agar Sepakbola Indonesia Tak Diganggu Kejadian Luar Biasa
Di bawah Shin Tae-yong, Indonesia mulai menunjukkan perbaikan penampilan. Indikator paling gampang, peringkat tim Merah-Putih yang menembus 150 besar dunia.
Indonesia ada di posisi ke-173 dunia saat awal dilatih Shin Tae-yong. Sudah naik tangga lebih dari 20.
Saat Timnas sedang bagus-bagusnya, sepakbola nasional malah dihantam dengan Tragedi Kanjuruhan. Akibatnya, kompetisi harus dihentikan sementara, akibatnya jelas dirasakan Timnas.
Selain itu, urusan politik di luar sepakbola juga acapkali memengaruhi Timnas. Salah satu yang masih paling segar adalah batalnya gelaran Piala Dunia U-20 2023 pada 20 Mei lalu.
Penolakan kedatangan Israel ke Indonesia menjadi pemicu FIFA untuk mengurungkan niat menggelar pesta bola sejagad kelompok umur di bawah 20 tahun di Indonesia. Intervensi pemerintah menjadi sebabnya.
Indonesia saat ini masih mendapat asistensi FIFA untuk membuat sepakbola lebih baik lagi. Erick Thohir sampai mengeluarkan wanti-wanti agar suporter tak berulah karena masih dalam pengawasan FIFA.
Satu ajang besar sudah menunggu Indonesia pada awal tahun depan. Ajang Piala Asia 2024 yang akan diikuti oleh Indonesia.
Di Qatar, Indonesia tergabung ke dalam Grup D Piala Asia 2024. Jepang, Irak, dan Vietnam yang menjadi saingan Indonesia untuk memperebutkan tiket ke babak 16 besar.
Sebagai penutup tulisan ini, saya cuma mau berdoa agar sepakbola Indonesia tak terganggu kejadian luar biasa atau hal-hal dari luar lapangan atau masalah teknis. Apalagi, tahun depan merupakan tahun politik. Izin untuk laga kompetisi bisa jadi lebih sulit didapat.
Oleh karena itu, PSSI sudah menurunkan ego dengan membatasi kapasitas stadion cuma boleh 50 persen dan tak ada suporter yang boleh melakukan lawatan demi meminimalisir potensi kerusuhan.
Semoga tak ada kejadian luar biasa yang bisa mengganggu sepakbola Indonesia, semoga bisa jauh lebih maju lagi.