SAOT merupakan teknologi yang memanfaatkan 12 kamera spesialis untuk memantau posisi bola dan pemain di dalam lapangan. Teknologi ini bisa mengukur secara tepat posisi lengan dan beberapa bagian tubuh lainnya yang bisa memengaruhi keputusan offside/tidaknya seorang pemain.
Ketika seorang pemain diduga menerima bola dalam situasi offside, maka akan ada alert yang terkirim ke wasit Video Assistant Referee (VAR). Wasit VAR kemudian akan mengecek langsung posisi pemain dan garis offside akan dibuat secara otomatis oleh teknologi SAOT.
Wasit VAR kemudian akan menginformasikan hal ini ke wasit di lapangan. Keputusan akhir akan tetap berada di tangan wasit lapangan.
Ketika keputusan akhir sudah diambil, gambar 3D posisi pemain dalam situasi yang diduga offside akan ditampilkan di layar besar stadion. Tujuannya agar semua penonton melihat secara detail alasan yang wasit dalam pengambilan keputusannya.
Dikutip dari laman FIFA, alert bisa tercipta karena adanya sistem sensor yang dipasang di bola. Jadi bukan hanya pergerakan pemain yang terpantau teknologi.
"Ofisial laga di Piala Asia 2023 bisa memperkaya pengambilan keputusannya dengan kehadiran Semi-Automated Offside Technology (SAOT) yang akan diimplementasikan di 51 laga turnamen ini," tulis pernyataan resmi AFC.
"Ini menandakan SAOT akan diaplikasikan untuk pertama kalinya di turnamen AFC sekaligus menjadikan AFC Konfederasi pertama di dunia dalam menerapkan teknologi ini dalam event kontinental di level turnamen sepakbola pria yang juga menjadi bukti komitmen AFC untuk memperbaiki akurasi dan integritas soal pengambilan keputusan ofisial pertandingan."
Buat yang biasa menonton Liga Champions Eropa, teknologi SAOT ini mungkin sudah familiar. SAOT mulai diterapkan di Liga Champions mulai musim 2022/2023 dimana gambar 3D posisi offside pemain juga ditampilkan di layar kaca.
Sebelumnya AFC sudah lebih dulu mengumumkan penerapan penggunaan VAR di Piala Asia 2023 pada pertengahan September lalu. SAOT memang teknologi yang tak terpisahkan dengan VAR.
(mro/aff)