Piala AFF U-23 2025: Dominasi Ball Possession Indonesia Tanpa Hasil

Piala AFF U-23 2025: Dominasi Ball Possession Indonesia Tanpa Hasil

Lucas Aditya - Sepakbola
Rabu, 30 Jul 2025 12:00 WIB
Timnas Vietnam U23 berhasil kalahkan Timnas Indonesia U23 dengan skor tipis 0-1 di SUGBK, Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Timnas Indonesia U-23 di Piala AFF U-23 2025: Dominan tapi minim ancaman. (Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom)
Jakarta -

Timnas Indonesia mencatatkan penguasaan bola yang luar biasa di Piala AFF U-23 2025. Tapi, Dominasi Garuda Muda seakan tanpa hasil.

Di final Piala AFF U-23 2025, Indonesia kalah 0-1 dari Vietnam. Saat bertanding di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (29/7/2025), gol dari Nguyen Cong Phuong, yang menjadi penyebab kekalahan tim Merah-Putih.

Indonesia harus gigit jari dan rela melihat Vietnam berpesta di SUGBK, juga gagal membendung Golden Star Warrior mencatatkan hat-trick di Piala AFF U-23.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indonesia Banyak Pegang Bola, tapi...

Di sepanjang Piala AFF U-23 2025, Indonesia tak pernah kalah dari lawan dalam hal ball possession. Di situs ASEAN United, Indonesia mempunyai rata-rata ball possession sebesar 71,2 persen.

Indonesia mencatatkan penguasaan bola paling besar saat melawan Brunei Darussalam. Dalam laga pertama Grup A, Kadek Arel cs sampai membukukan 86 persen ball possession.

ADVERTISEMENT

Mengingat kualitas Tabuan Muda, dominasi Indonesia merupakan hal lumrah. Dalam laga itu, Indonesia menang 8-0 atas Brunei.

Indonesia memang masih dominan menguasai bola dalam empat laga berikutnya. Tapi, tim asuhan Gerald Vanenburg kesulitan saat tim lawan melakukan middle block dan pressing tinggi.

Melawan Filipina, Indonesia diuntungkan gol bunuh diri. Sementara melawan Malaysia, Indonesia bermain imbang 0-0. Berhadapan dengan Thailand, Indonesia berjuang sampai adu tendangan penalti. Dan di final Piala AFF U-23 2025, Indonesia mendominasi ball possesion dengan 68 persen. Meski demikian, Indonesia kesulitan mendekati kotak penalti lawan.

Selain melawan Brunei, Indonesia lebih banyak mengalirkan bola di daerah pertahanan sendiri. Kurangnya kreativitas di lini tengah membuat Indonesia kesulitan untuk menembus daerah sepertiga akhir lawan.

Jumlah passing Indonesia di sepanjang Piala AFF U-23 2025 memang fantastis, 3.049 kali, dengan akurasi mencapai 89 persen. Tapi, kalau dilihat lebih detil lagi passing pada penggawa Garuda Muda lebih banyak di antara pemain belakang saat memancing pemain lawan keluar dari posisi bertahan.

Sudah jarang mendapatkan peluang, Indonesia juga bermasalah dalam pemanfaatan kesempatan. Konversi peluang Indonesia menjadi gol Indonesia cuma di angka 16 persen.

Menatap ajang-ajang berikutnya, SEA Games 2025 dan Kualifikasi Piala Asia U-23 2026, Indonesia wajib untuk membenahi itu. Vanenburg ternyata juga tidak suka dengan situasi anak-anak asuhnya banyak mengalirkan bola di daerah pertahanan sendiri.

"Jika Anda lihat ke pertandingan, hal itu (berkutat di lini belakang) sesuatu yang sebenarnya saya kurang senang. Makanya kami melakukan pergantian," kata Vanenburg saat memberikan keterangan seusai laga.

"Bola memang harus dimajukan ke depan di situasi itu. Tapi itu tidak mudah karena kami melihat banyak peluang yang kami sia-siakan. Kami juga berusaha mencegah agar mereka (Vietnam) tidak bisa melakukan serangan balik," ujarnya menambahkan.

Timnas Vietnam U23 berhasil kalahkan Timnas Indonesia U23 dengan skor tipis 0-1 di SUGBK, Jakarta, Selasa (29/7/2025).Timnas Indonesia U23 bentrok panas dengan Timnas Vietnam U23 di SUGBK, Jakarta, Selasa (29/7/2025). Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

Main Cerdas, Bukan Main Keras

Indonesia vs Vietnam menjadi pertandingan yang panas. Sedikitnya ada enam kartu kuning yang diacungkan wasit, empat untuk Vietnam dan dua untuk Indonesia.

Tensi pertandingan Indonesia vs Vietnam yang sarat emosi sudah bisa diprediksi sebelumnya. Bahkan, Ketum PSSI, Erick Thohir, melontarkan pernyataan soal itu.

"Siapa yang waktu itu ke Thailand, Piala AFF U-23? Kamu ingat permainan mereka? Di sini kita tuan rumah, kita harus berani main keras, tapi bukan buat mencederai ya!" kata Erick di akun Instagram pribadinya.

"Mereka sudah tiga kali masuk final, dua kali juara. Tapi ingat, ini pertandingan yang keras, jadi kita harus fokus 90 menit," kata dia menambahkan.

Dalam beberapa momen, pemain Indonesia memang terlibat friksi dengan pemain Vietnam. Hal itu yang membuat pertandingan harus dihentikan.

Bahkan di pinggir lapangan, ada staf Indonesia yang mendapat kartu merah. Sementara staf Vietnam mendapatkan kartu kuning. Pelatih Vietnam, Kim Sang-sik juga tak luput dari acungan kartu kuning.

Semestinya, pemain Indonesia diberi wejangan agar bisa bermain cerdas saat melawan Vietnam. Pintar mengalirkan bola, cerdas membongkar pertahanan ketat, atau cerdik untuk memanfaatkan peluang agar bisa mencetak gol ke gawang lawan, alih-alih berani bermain keras.

Indonesia Calon Raja ASEAN?

Kapten Indonesia, Kadek Arel, sempat mengungkapkan kepercayaan diri tinggi usai mengalahkan Thailand di semifinal Piala AFF U-23 2025. Pemain milik Bali United itu bilang bahwa Indonesia merupakan calon raja ASEAN.

Permainan Indonesia di atas lapangan masih belum bisa merepresentasikan klaim Kadek Arel itu. Boleh dibilang, Indonesia cuma bisa dominan dan lebih baik dari Brunei di Piala AFF U-23 2025.

Kondisi kompetisi di tanah air bisa menjadi indikator dari situasi sepakbola Indonesia saat ini. Liga di Indonesia ada di posisi keenam di ASEAN.

Indonesia masih kalah dari Thailand, Malaysia, Vietnam, Singapura, dan Kamboja. Bahkan, Vietnam, yang hat-trick juara Piala AFF U-23, kompetisinya masih ada di posisi kedua di Asia Tenggara.

Ada banyak hal yang harus dibenahi agar ucapan Kadek Arel itu bisa diwujudkan. Pembinaan usia dini harus digelar berjenjang dengan jelas, tujuannya agar para pemain muda bisa mengembangkan diri dengan maksimal.

Masih ingat generasi Timnas U-19 yang diisi oleh Evan Dimas Darmono cs. Kini, angkatan mereka sudah tak banyak yang beredar di Liga 1. Beberapa yang tersisa semisal Hansamu Yama Pranata dan M Hargianto.

Ucapan optimistis Kadek Arel memang tak boleh terlalu dini dikubur, tapi harus ada blue print pengembangan sepakbola Indonesia yang terencana, terstruktur dan berkesinambungan. Apalagi, PSSI mendapatkan dana besar dari pemerintah untuk mengembangkan sepakbola Indonesia. Uang Rp 227 miliar setahun bukan angka yang sedikit di tengah negara Indonesia sedang melakukan efisiensi di berbagai bidang.




(cas/aff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads