Andre Rosiade raih penghargaan detikcom Awards 2025 sebagai 'Tokoh Penggerak Reformasi Sepak Bola Nasional'. Andre konsisten menyuarakan perkembangan sepakbola Indonesia.
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade hadir dalam acara detikcom Awards 2025 di The Westin Jakarta, Jakarta Selatan, Selasa (25/10). Andre layak menerima anugerah ini karena konsistensinya menjadi suara publik sepakbola Indonesia yang berani, lantang, dan berdampak.
Ia tidak hanya menyuarakan kritik, tapi juga membangun ekosistem pembinaan dan mendorong perubahan tata kelola - dari akar rumput hingga ruang kebijakan.
Sepakbola bukan hal hasing bagi Andre Rosiade. Dirinya menyelenggarakan Andre Rosiade Cup, turnamen usia dini yang sepenuhnya gratis bagi Sekolah Sepak Bola (SSB) di Sumatera Barat. Kejuaraan itu melibatkan ratusan pemain muda dari berbagai daerah dan difokuskan pada pembinaan, bukan pencitraan - bahkan hadiah dan perlengkapan ditanggung penyelenggara.
Turnamen tersebut menjadi salah satu contoh nyata keterlibatan langsung anggota DPR dalam pembinaan sepak bola usia dini, bukan sekadar penonton kebijakan.
"Reformasi sepakbola tidak hanya lahir dari kantor federasi, tapi dari lapangan tempat anak-anak belajar mencintai permainan ini," ujarnya.
Selain soal akar rumput, Andre Rosiade lantang memberikan masukan dan kritik terhadap PSSI. Itu dari hal komdis hingga komite wasit.
Kritik ini bukan berhenti di media sosial - PSSI akhirnya merespons dan melakukan perombakan pada dua komite tersebut, menunjukkan bahwa keberaniannya bersuara berujung pada tindakan nyata dari federasi.
Dalam banyak kesempatan, Andre menekankan bahwa reformasi sepakbola tidak akan terjadi tanpa keberanian membersihkan dapur sendiri.
Andre juga menjadi satu dari sedikit figur publik yang berani bersuara soal Timnas Indonesia, bahkan ketika isu itu sensitif. Dia mengungkap dinamika internal, termasuk soal adanya ketegangan pemain-pelatih, sebagai bentuk transparansi kepada publik yang mencintai timnas.
Sikapnya bukan untuk memperkeruh suasana, tapi untuk meminta keterbukaan dan evaluasi menyeluruh dari federasi - agar masalah tidak ditutupi dengan prestasi sesaat.
Dengan gaya komunikasinya yang lugas, Andre mengingatkan bahwa Timnas bukan milik segelintir orang, tapi milik seluruh rakyat Indonesia.
(aff/pur)