Pasang-Surut Cerita Meneer Wullems di Indonesia

Pasang-Surut Cerita Meneer Wullems di Indonesia

- Sepakbola
Senin, 24 Des 2007 22:57 WIB
Jakarta - Henk Wullems punya segudang cerita dari karirnya di Indonesia, mulai dari titel kompetisi domestik, medali perak SEA Games untuk "Merah Putih", sampai dicekal pihak imigrasi di Bali.

Meneer Wullems tak bisa dipungkiri merupakan salah satu pelatih (asing) terbaik yang pernah berkiprah di tanah air, sampai-sampai ditunjuk sebagai pelatih timnas Indonesia di tahun 1996.

Polesan tangan pria Belanda itu membuahkan hasil lumayan. Di SEA Games 1997 di Jakarta, Indonesia keluar sebagai juara dua alias mendapat medali perak setelah dikalahkan Thailand lewat adu penalti di final.

Itulah capaian terbaik Indonesia di SEA Games hingga saat ini, sejak terakhir kali merebut medali emas di tahun 1991 ketika ditangani pelatih asal Uni Soviet, Anatoly Polosin. Pada SEA Games 2007 yang baru lalu anak-anak "Garuda" bahkan gagal lolos dari babak penyisihan grup.

Wullems yang pada 21 Januari mendatang akan berusia 69 tahun pernah melatih beberapa klub Liga Belanda. Terhitung klub-klub seperti NAC Breda, Vitesse Arnhem, Go Ahead Eagles, dan Willem II Tilburg pernah merasakan sentuhan kepelatihannya.

Wullems juga terhitung berhasil ketika menjabat sebagai pelatih di klub-klub Ligina. Belum ada satu pun pelatih lokal yang sukses membawa tim meraih juara dua kali kecuali dia, yakni saat mengantarkan Mastrans Bandung Raya juara LI II (1995/1996) dan PSM pada LI VI (1999/2000).

Pada 28 Maret 2001, Wullems dilengserkan sebagai direktur teknis PSM menyusul kegagalan "Juku Eja" di Liga Champions Asia: kalah 1-3 dari Shandong Luneng (Cina), 1-8 dari Suwon Samsung (Korsel), dan 0-3 dari Jubilo Iwata (Jepang).

Meski demikian ia masih wara-wiri di Indonesia. Ia digaet Persikota di tahun 2002, tapi dipecat pada April 2003. Konon ia "dijual" ke Arema seharga Rp 250 juta, lalu dikontrak setahun sekitar Rp 300 juta, dengan gaji bulanan berkisar Rp 40 juta, plus mobil dan sopirnya serta rumah "dinas" di permukiman elit di kawasan Puncak Dieng.

Karirnya di skuad "Singo Edan" berakhir pada 1 November 2004, ketika ia menjabat direktur teknis dan mengurusi Akademi Arema.

Musim lalu Wullems kembali ke PSM, menggantikan Carlos de Mello mulai putaran kedua liga. PSM dibawanya lolos hingga babak 8 besar, tapi terhenti di babak itu, dan kontraknya tidak diperpanjang.

Pada Juni 2007 Wullems bersedia melatih Persegi Bali FC meski gaji yang ia terima di sana tak sebesar ketika ia membesut PSM, yakni Rp 100 juta sebulan. Dikabarkan Persegi hanya menggajinya sebesar Rp 50 juta sebulan setelah melalui berbagai proses negosiasi.

Namun, hal itulah yang kini menjadi masalah karena pada kenyataannya pihak Persegi menunggak gaji Wullems selama enam bulan. Bahkan klub asal Bali tersebut lalai membayarkan izin kerja Wullems sehingga paspornya sempat ditahan oleh pihak imigrasi, dan sang meneer batal merayakan natal bersama keluarganya di Belanda.

(a2s/arp)

Hide Ads