Para Liverpudlian mengenang horor itu dengan sebutan Tragedi Hillsborough, yang terjadi saat laga semifinal Piala FA antara The Reds dengan Nottingham Forest di markas Sheffield Wednesday itu.
Menjelang kickoff, suporter Liverpool yang jumlahnya besar berdesak-desakan di tribun dan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, pihak keamanan stadion pun membuka gerbang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua korban lagi yaitu bocah berusia 14 tahun bernama Nicol Lee meninggal empat hari sesudahnya di rumah sakit. Dan yang tergetir adalah ketika Tony Bland yang akhirnya harus menghembuskan nafas terakhir empat tahun sesudahnya usai berjuang hidup dengan life support.
Namun sampat saat ini duka dan sesal masih tersimpan di dada para pendukung Liverpool mengenai penyebab tragedi itu. Banyak pihak yang menganggap kejadian itu dikarenakan banyak suporter Liverpool yang dalam pengaruh alkohol.
Anggapan itu membuat para suporter Liverpool geram dan hingga kini tetap menuntut keadilan atas biang keladi peristiwa berdarah tersebut. Tragedi ini disebut sebagai salah satu yang paling naas di sepakbola setelah Tragedi Heysel tahun 1985 yang melibatkan Juventus dan juga Liverpool.
"Sejak saya berada di sini, ini sangat emosional sekali," ucap manajer 'Si Merah' Rafael Benitez yang menghadiri Memori Tragedi Hillsborough kepada Sky Sports.
"Para pemain dan seluruh staf selalu mendukung keluarga korban karena ini adalah hari yang penting untuk klub ini," sambungnya.
"Ketika saya pertama kali mengenang tragedi ini, saya sangat tertarik dengan apa yang terjadi di klub ini. Anda dapat melihat seluruh orang di sini dan perasaan mereka. Ini adalah peristiwa yang menyedihkan untuk diingat semua orang," tukasnya.
Hari ini, 21 tahun lalu, 96 fans Liverpool tak akan pernah kembali ke rumah untuk bertemu keluarganya. Dan keadilan itu akan tetap dicari sampai kapan pun.
(mrp/din)