"I am the unique one. Aku bercanda sih. Sebenarnya tidak juga. Aku sedang di awal karier (sebagai manajer). Suatu hari nanti kita akan menemukan apakah aku adalah manajer yang fantastis, bagus, atau biasa-biasa saja."
Demikian pernyataan Di Canio hari Selasa (2/4) kemarin di depan pers dan publik di markas latihan klub barunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa saja kontroversi pria Italia 44 tahun itu -- dan juga sebab apa ia menyebut dirinya "The Unique One" -- berikut ini sejumlah catatan yang dirangkum dari bleacherreport:
Awal Mula Berkarier di Daratan Inggris Raya
|
Ia langsung menjadi fans favorit di Parkhead, di mana ia menjadi anggota "Three Amigos" bersama dua penyerang lainnya: Jorge Cadete dan Pierre van Hooijdonk. Dari 37 pertandingan Di Canio mencetak 15 gol.
Akan tetapi, baru semusim di Celtic, Di Canio berselisih dengan pemilik klub, Fergus McCann dan kemudian dijual ke klub Inggris, Sheffield Wednesday.
Kontroversi Dorong Wasit Sampai Jatuh
|
Kontroversi terjadi ketika Sheffield menghadapi Arsenal di bulan September 1998. Gara-gara berkonfrontasi dengan Martin Keown, ia diganjar kartu merah oleh Paul Alcock. Celakanya, Di Canio mendorong si wasit yang langsung tercecer ke belakang dan terjatuh.
Atas perbuatannya itu Di Canio dijatuhi hukuman oleh FA berupa denda sebesar 10 ribu poundsterling dan skorsing 11 pertandingan.
Insiden itu kemudian menjadi pertandingan terakhir Di Canio untuk Sheffield. Pada Januari 1999 ia dijual ke West Ham dengan harga 1,7 juta poundsterling, setelah hubungannya dengan manajer Danny Wilson, tak lagi harmonis.
Gol Spektakuler, Kontroversi, dan Fair Play di West Ham
|
Di musim berikutnya (1999/2000) Di Canio tetap menjadi figur andalan publik Upton Park. Ketika West Ham mengalahkan Wimbledon 2-1 pada Maret 2000, ia mencetak gol tendangan voli yang kemudian ditetapkan sebagai goal of the season, bahkan termasuk salah satu gol terbaik sepanjang sepanjang Premiership.
Kejadian lain, saat West Ham menghadapi Bradford City di liga, Di Canio tiga kali mengklaim penalti, tapi semuanya tidak dikabulkan wasit. Begitu yang ketiga ditolak, ia langsung membuat isyarat minta diganti tapi tidak pula dikabulkan oleh pelatihnya, Harry Redknapp.
Sebelumnya, di laga tersebut ia juga sempat ribut dengan rekan setimnya, Frank Lampard, untuk mengambil tendangan penalti. Semula Lampard lebih dulu mengambil bola, tapi Di Canio memaksa dan bahkan merebutnya. Lampard akhirnya mengalah.
Meski demikian, Di Canio pun mendapatkan penghargaan yang langka dan prestisius. Pada pertandingan melawan Everton di bulan Desember 2001, ia menghentikan serangan timnya sendiri ketika melihat kiper lawan, Paul Gerrard, terkapar di kotak penalti. Ia menangkap bola crossing rekannya, lalu menunjuk ke arah Gerrard yang sedang kesakitan karena lututnya terluka. Para pemain Everton menepuk-nepuk bahu Di Canio.
Kejadian itu menyita perhatian FIFA, yang kemudian mengiriminya surat. Tindakan Di Canio tersebut dipandang sebagai "perilaku spesial, contoh baik untuk nilai-nilai sportivitas". Ia juga diganjar FIFA Fair Play Award pada Januari 2002.
Kembali ke Italia
|
Walaupun sudah menjadi fans Lazio sejak anak-anak, dia kerap bermasalah dengan klub ibukota tersebut. Salah satu kontroversi terbesarnya adalah ketika beberapa kali membuat salam salut ala fasis ke arah suporter dari aliran sayap kanan, termasuk pada Desember 2005 dalam derby Roma.
Di Canio pun meninggalkan Biancoceleste di akhir musim itu, dan bergabung dengan klub Serie C2, Cisco Roma, sampai memutuskan gantung sepatu di tahun 2008, dalam usia 40 tahun.
Manajer yang Unik dan Simpatik di Swindon
|
Sayangnya, sebagai pelatih pun ia tak luput dari kontroversi. Ia pernah cekcok dengan pemainnya sendiri, Leon Clarke, dan juga kiper Wes Foderingham, yang marah-marah pada Di Canio karena menggantinya saat babak pertama baru berjalan 22 menit.
Meski demikian ia juga melakukan hal-hal yang simpatik. Pada Januari 2013 misalnya, di saat transfer Swindon diembargo dan kesulitan keuangan, Di Canio menawarkan uang pribadinya sebesar 30 ribu poundsterling untuk mempertahankan tiga pemain pinjamannya.
Pada 18 Januari lalu, di malam menjelang pertandingan Swindon melawan Shrewsbury Town, Di Canio bergabung dengan sekitar 200 relawan untuk membersihkan salju di lapangan County Ground. Di situ ia membelikan pizza kepada semua orang yang bekerja sukarela itu.

Halaman 2 dari 6