Torres diikat Chelsea dengan nilai transfer 50 juta poundsterling pada transfer musim dingin 2011. Uang penjualan dirinya kemudian dipakai Liverpool untuk membeli Andy Carrol dari Newcastle dengan nilai 35 juta poundsterling.
Namun penampilan Torres bersama The Blues tak pernah gemilang. Dia hanya membuat 20 gol dalam 110 pertandingan. Produktivitas itu jauh di bawah ketika ia membelaThe Reds: yaitu 81 gol dari 142 pertandingan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi ketika saya mengatakan kepadanya kalau saya menerima tawaran Chelsea, itu menghancurkan dia. Menyampaikan kepergian saya dari Liverpool kepada Gerrard menjadi momen terberat dalam karier saya.
"Dia rekan terbaik dalam satu tim dan saya tak yakin bisa menemukan orang seperti dia di masa datang. Kami saling berkontribusi satu sama lain," ucap penyerang 30 tahun itu.
Tapi ada pertimbangan lebih besar yang membuat Torres bersikukuh meninggalkan Anfield. Torres ingin mencicipi turnamen lebih besar yang dirasa akan sulit didapatkan jika dia tetap bersama Liverpool.
"Di Liverpool saya hampir mendapatkan semuanya, kecuali titel juara. Makanya saya seperti seorang raja dengan tim yang terjun bebas.
"Kemudian direktur melego (Javier) Mascherano ke Barca, kemudian Xabi Alonso ke Real Madrid tanpa menginvestasikan uang sebagai kompensasi untuk mendatangkan dua pemain kunci.
"Waktu itu usia saya 27 tahun, saya ingin tahu bagaimana rasanya tampil di Liga Champions dan perasaan saya bilang kalau saya tak akan mendapatkan itu jika tetap di Liverpool.
Ironisnya, meskipun Torres bisa merealisasikan mimpi itu bersama Chelsea, tapi tidak benar-benar sempurna. Dia menjalani kariernya bersama "Si Biru" dengan keluar-masuk tim, atau bukan sebagai starter reguler, baik saat di bawah manajer Carlo Ancelotti, Andre Villas-Boas, Roberto Di Matteo, dan juga Jose Mourinho.
"Tapi kondisinya tetap sama. Saya tampil di satu pertandingan tapi tidak di laga berikutnya," lirihnya.
(fem/a2s)