Drogba: Torres Jadi 'Raja' di Liverpool, tapi Tidak di Chelsea

Drogba: Torres Jadi 'Raja' di Liverpool, tapi Tidak di Chelsea

Mohammad Resha Pratama - Sepakbola
Jumat, 20 Nov 2015 04:39 WIB
Getty Images/Shaun Botterill
Montreal - Fernando Torres tak pernah bisa memperlihatkan performa terbaiknya selama berseragam Chelsea. Menurut Didier Drogba, eks rekan setimnya itu tak pernah benar-benar beradaptasi dengan gaya main The Blues.

Torres selama berseragam Liverpool adalah penyerang paling menakutkan di Inggris dan Eropa di mana dia bikin 81 gol dari 142 penampilan. Statistik hebat ini pula yang buat Chelsea rela mengeluarkan 50 juta poundsterling untuk memboyongnya pada musim dingin 2011.

Sayang, harga mahal itu tidak pernah bisa dibayar lunas oleh Torres karena performanya tiba-tiba menurun dan malah jadi bahan olok-olok karena ketidakmampuannya bikin gol. Selama empat musim di Chelsea, Torres cuma bikin 45 gol dari 172 penampilan, sebelum akhirnya dilepas ke AC Milan dan kini memperkuat lagi Atletico Madrid.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Soal Torres tak pernah bisa bersinar di Chelsea akan jadi bahan pembicaraan sekalipun penyerang asal Spanyol itu pensiun nantinya. Drogba sendiri punya penilaian mengapa Torres bisa seperti itu.

Menurut Drogba, Torres yang selama ini berstatus "raja" di Liverpool, selalu dilayani oleh rekan-rekannya, harus menemui situasi yang berbeda jauh di Chelsea, di mana klub London Barat itu punya banyak pemain bintang.

Hal inilah yang dianggap membuat Torres kesulitan beradaptasi dengan gaya main Chelsea dan malah merugikan dirinya sendiri.

"Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Liverpool, Steven Gerrard dan Fernando Torres adalah raja di sana. Di Chelsea, ada 22 raja. Jadi saya merasa bersimpati untuk Nando, karena saya tahu betapa sulit situasinya saat itu," ujar Drogba dalam otobiografinya, Commitment, yang baru-baru ini diluncurkan.

"Di Liverpool, tim dibentuk dengan dia sebagai striker utama. Itu bukan berarti pemain lain tidak bisa bikin gol, tapi mereka menyuplai bola kepadanya, mereka membentuk tim yang memudahkannya mencetak gol. Di Chelsea tidak seperti itu," sambungnya seperti dikutip Soccernet.

"Saya ingin dia bisa nyetel dengan tim, jadi saya harus mengubah gaya main saya. Saya main melebar, atau sedikit bermain ke belakang, seperti false 10, dan dia bisa bermain sendiri di depan."

"Dua musim sebelumnya, saya bermain sebagai penyerang tengah bersama Nicolas Anelka dan saling mengisi satu sama lain. Kami lebih beradaptasi demi membuat Nando nyetel dengan tim, tapi sayangnya itu tidak berhasil," tuntas penyerang asal Pantai Gading yang memperkuat Chelsea musim 2004 hingga 2012 serta 2014.

(mrp/nds)

Hide Ads