Chelsea di Tahun 2015: Manis di Paruh Awal, Pahit di Akhir

Chelsea di Tahun 2015: Manis di Paruh Awal, Pahit di Akhir

Kris Fathoni W - Sepakbola
Rabu, 30 Des 2015 12:49 WIB
Getty Images/Clive Rose
Jakarta -

Chelsea menuntaskan paruh tahun 2015 dengan menjadi kampiun Premier League. Paruh kedua berjalan kontras sampai-sampai Jose Mourinho juga kehilangan pekerjaan.

Lewat konsistensi impresif, Chelsea berhasil menjuarai Premier League 2014-15. Pada laga pertama liga di 2015, Chelsea memang sempat kalah 3-5 dari Tottenham Hotspur. Tetapi hasil itu, ditambah satu kekalahan lain atas West Bromwich Albion pada tahun ini, tidak meredam laju 'Si Biru'.

Di akhir musim, The Blues meraih 87 poin berkat 26 kemenangan, sembilan hasil seri, dan tiga kekalahan. Chelsea punya rekor pertahanan terbaik dengan kebobolan 32 gol saja dari 38 pertandingan dan juga jumlah kekalahan paling sedikit di antara 19 tim lain di bawahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat Premier League habis di bulan Mei, Stamford Bridge pun berpesta juara; titel Divisi Pertama/Premier League nomor lima untuk Chelsea dan yang ketiga buat Mourinho. Gelar itu melengkapi Piala Liga Inggris yang direngkuh pada bulan Maret tahun 2015.

Memasuki musim 2015-16, situasi amat berbeda hadir. Setelah berimbang dengan Swansea City dan tunduk 0-3 di markas Manchester City, yang jadi rival terdekatnya musim lalu, Chelsea baru bisa menang di partai pekan 3 Premier League--itu pun dengan skor tipis 3-2 atas West Bromwich Albion.

Sampai dengan partai terakhirnya di tahun 2015, usai menjalani 19 pertandingan liga, Chelsea bahkan harus berkutat di posisi 14 dengan 20 poin yang cuma berjarak tiga angka dari zona merah. Chelsea baru mampu meraih lima kemenangan, lima hasil seri, dan sembilan kekalahan. Kemenangan-kemenangan itu bahkan mereka raih satu bulan sekali; masing-masing di bulan Agustus, September, Oktober, November, dan Desember.

Lara di liga itu menambahkan kegagalan mempertahankan gelar juara di Piala Liga Inggris, setelah dipaksa berkemas sedari babak keempat pada akhir Oktober.

"Kita membicarakan tentang sebuah tim yang sebelumnya ada di puncak (liga) dan kemudian nyaris berada di bawah klasemen. Saya benar-benar tak tahu apa yang sudah terjadi," kata Thierry Henry, mantan penyerang Arsenal yang sekarang menjadi analis Sky Sports.

"Para pemain harus merasa bertanggung jawab atas situasi itu. Saya harap mereka merasa begitu--kalau Anda memang seorang yang punya ambisi dan mencintai klub Anda. Terlepas dari situasinya, pada satu titik kehormatan mereka harusnya terusik dan tidak begitu nyatanya pada mayoritas musim ini."

"Masih ada banyak waktu buat Chelsea, tapi amatlah sulit untuk menjelaskan apa yang sudah terjadi di klub tersebut. Kita semua sudah menyimak kisahnya, tapi kita tak tahu apa yang terjadi di ruang ganti. Perubahan secepatnya harus dimulai dari sana," tuturnya menilai.

Mourinho sendiri sudah tak lagi menangani Chelsea. Kendatipun baru menandatangani perpanjangan kontrak bulan Agustus lalu, peracik taktik asal Portugal itu dilepas Chelsea pada pertengahan Desember ini untuk digantikan Guus Hiddink sebagai manajer sementara. Mourinho kehilangan pekerjaan di tahun yang sama setelah beberapa bulan sebelumnya mengantar Chelsea menjuarai Premier League dengan relatif mulus.

"Saya bersimpati untuk Mourinho. Para pemain-lah yang punya peranan besar untuk dimainkan. Anda tak dapat memberhentikan seluruh tim, jadi untuk memicu sesuatu (perubahan) manajernya yang harus dilepas. Mourinho masih tetap manajer terbaik dalam sejarah Chelsea dan sepakbola," sebut Henry.

Dengan tahun 2015 segera berakhir Chelsea kini tentu ingin segera menatap ke depan untuk melakukan perbaikan penampilan dan hasil, dan move on dari suka-duka tahun 2015--manis di paruh awal, pahit di paruh akhir.



(krs/din)

Hide Ads