Tentang Mourinho di MU: Akan Parkir Bus? Bagaimana Kans Pemain Muda?

Tentang Mourinho di MU: Akan Parkir Bus? Bagaimana Kans Pemain Muda?

Kris Fathoni W - Sepakbola
Jumat, 27 Mei 2016 17:25 WIB
Foto: REUTERS/Toby Melville
Jakarta - Kedatangan Jose Mourinho ke Old Trafford serta-merta menguak pertanyaan mengenai filosofi Manchester United: tentang permainan menyerang dan kebiasaan memberikan kesempatan luas untuk pemain muda terutama dari akademi sendiri.

Mourinho baru saja resmi diumumkan sebagai manajer MU. Mantan peracik taktik Porto, Chelsea, Inter Milan, dan Real Madrid itu telah menandatangani kontrak tiga tahun dengan opsi bertahan di klub sampai setidaknya 2020.

Dari segi trofi kedatangan Mourinho memberi harapan buat The Red Devils untuk kembali menambah koleksi titel Premier League sejak kali terakhir meraihnya pada musim terakhir Sir Alex Ferguson di 2012-13. Sedari menangani Porto, Mourinho punya tradisi meraih titel liga; dua di Porto, tiga pada dua era di Chelsea, dua dengan Inter Milan, dan satu bersama Real Madrid.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Itu belum menyertakan trofi-trofi lain yang berhasil ia raih bersama klub-klub tersebut, semisal Liga Champions (masing-masing satu dengan Porto dan Inter) dan Piala UEFA (Porto), dan berbagai ajang Piala (termasuk Piala Portugal, Piala FA, Piala Liga Inggris, Coppa Italia, Copa del Rey). Mourinho adalah jaminan dapat trofi.

[Baca juga: MU Akan Juara di Tangan Mourinho, di Musim Keberapa?]

Pun begitu, ada cap tertentu yang belakangan rutin mengiringinya. Gaya main timnya Mourinho disamakan seperti sedang memarkir bus di depan gawang sendiri, alias bertahan habis-habisan. Benarkah demikian?




Label tersebut hadir bukan tanpa alasan. Mourinho yang dikenal pragmatis pada sejumlah kesempatan memang mengedepankan strategi tertentu demi meraih kemenangan, alias bertahan, terutama di pentas Eropa.

Akan tetapi, Mourinho bukannya tak bisa menerapkan gaya main ofensif--sebagaimana yang digadang-gadang menjadi salah satu filosofi dan keinginan utama dari kubu MU. Simak ulasan berikut:

- Di musim 2002-03, Porto-nya Mourinho menjuarai Liga Portugal dengan mencetak 73 gol dari 34 laga, cuma kalah banyak satu gol dari Benfica yang jadi runner-up. Penyerang Porto Helder Postiga ada di daftar kelima topskorer dengan 13 gol.

- Di musim 2003-04, Porto-nya Mourinho menjuarai Liga Portugal dengan mencetak 63 gol dari 34 laga, paling banyak musim itu. Penyerang Porto Benni McCarthy jadi topskorer dengan 20 gol.

- Di musim 2004-05, Chelsea-nya Mourinho menjuarai Premier League dengan mencetak 72 gol dari 38 laga, cuma kalah banyak dari Arsenal (87 gol) yang jadi runner-up. Sayap-sayap Chelsea saat itu juga memberi hiburan tersendiri melalui aksi dari Arjen Robben, Damien Duff, dan Joe Cole.

- Di musim 2005-06, Chelsea-nya Mourinho menjuarai Premier League dengan mencetak 72 gol dari 38 laga, berbagi status paling subur dengan Manchester United sebagai runner-up.

- Di musim 2008-09, Inter-nya Mourinho menjuarai Serie A dengan mencetak 70 gol dari 38 laga, berbagi status paling subur dengan AC Milan di posisi tiga. Penyerang Inter Zlatan Ibrahimovic jadi topskorer dengan 25 gol.

- Di musim 2009-10, Inter-nya Mourinho menjuarai Serie A dengan mencetak 75 gol dari 38 laga, paling banyak musim itu.

- Di musim 2014-15, Chelsea-nya Mourinho menjuarai Premier League dengan mencetak 73 gol dari 38 laga, cuma kalah banyak dari Manchester City (83 gol) yang jadi runner-up.

Namun demikian, catatan paling mencolok mengenai produktivitas itu paling mencolok terlihat ketika Mourinho menangani Real Madrid di La Liga. Berikut statistik dari Sky Sports, membandingkan El Real dengan Barcelona.

Mourinho di Madrid
MusimGol Real MadridGol Barcelona
2010/1110295
2011/12121114
2012/13103115
Total326324


"Ketika Mourinho menjuarai La Liga dengan Real Madrid pada 2012, mereka mencetak 121 gol--sebuah rekor liga," tulis BBC.

Tentang Kesempatan untuk Pemain Muda

MU disebut Sky Sports memiliki tradisi untuk menempatkan setidaknya satu lulusan akademinya sendiri di dalam skuat utama sejak tahun 1937 silam. Hal itu diharapkan bisa terus berlanjut dalam usaha melahirkan generasi-generasi emas baru binaan sendiri.

Dalam hal ini Louis van Gaal, yang diberhentikan MU untuk memberi jalan buat Mourinho, sebenarnya sudah memberikan kesempatan sejumlah pemain akademi untuk unjuk gigi.

[Baca juga: Bocah-Bocah yang Bisa Jadi Pagar Van Gaal]

Sebut saja nama Jesse Lingard yang belakangan jadi andalan dan Marcus Rashford yang kini menjadi sensasi. Itu mengapa kepergian Van Gaal kemudian juga dinilai bakal membuat pemain-pemain muda MU bersedih.

[Baca juga: Pemain-pemain Muda MU Akan Sedih Ditinggal Van Gaal]

Apalagi ada anggapan bahwa Mourinho kurang ahli memupuk bakat-bakat pemain muda dan lebih suka pemain yang sudah "jadi". Mereka yang berpendapat demikian bakal serta-merta menunjuk masa-masa tak enak Kevin De Bruyne dan Romelu Lukaku di Stamford Bridge, juga keputusan Mourinho untuk mendatangkan lagu Didier Drogba pada era keduanya di Chelsea--saat itu Drogba sudah 36 tahun.

Pun begitu, di sisi lain Mourinho juga menghadirkan catatan lain terkait hal tersebut. Setidaknya ada Kurt Zouma yang pernah diberinya kesempatan tampil sampai 50 laga di Chelsea, atau Raphael Varane yang membuat terobosan di Real Madrid.

"Ia tidak takut memberikan kesempatan buat para pemain bertahan muda," sebut Sky Sports.

Ada pula sosok Carlos Alberto, yang disebut UEFA.com sebagai pencetak gol termuda nomor tiga di sebuah final Piala/Liga Champions ketika ia mencetak gol pertama untuk Porto-nya Mourinho dalam kemenangan 3-0 atas Monaco tahun 2004.

Dengan begitu belum dapat dikatakan apakah MU-nya Mourinho akan jadi tim yang suka "parkir bus"--bisa ya, bisa juga tidak. Demikian halnya dengan kesempatan pemain muda untuk berkembang. Mari kita tunggu dan simak bersama.


(krs/cas)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads