Stones menjadi rekrutan teranyar City di musim panas ini. Bek 22 tahun itu direkrut dengan biaya 47,5 juta pounds dari Everton dan jadi pembelian termahal The Citizens di musim panas sejauh ini.
Gaya permainannya, yang dinilai bukan tipikal bek-bek Inggris, disebut sesuai dengan Guardiola. Stones adalah bek yang elegan dan punya ketenangan, yang membuatnya tampil menonjol dalam peran ball-playing defender.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akurasi umpannya ini masih lebih baik dari Eliaquim Mangala (84%) dan Nicolas Otamendi (87%). Dalam hal percobaan melakukan dribel dan yang sukses dilakukan, Stones juga mengungguli dua rekan setimnya itu.
Stones melakukan 33 percobaan dribel dengan 23 yang sukses. Otamendi punya 15 upaya dan 11 di antaranya berhasil, sementara Mangala cuma 7 kali melakukan percobaan dribel dan lima kali sukses. Demikian dicatat BBC.
Tapi ada sejumlah hal yang dinilai perlu diperbaiki Stones, utamanya dalam melakukan aksi defensif. BBC membandingkannya dengan bek Manchester United (satu dari dua tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit musim lalu) Chris Smalling. Nyaris dalam seluruh aspek Stones tertinggal.
Dia kalah dalam tekel (46-55), duel yang dimenangi (147-203), sapuan (127-180), dan intersep (56-97). Satu-satunya aspek di mana Stones unggul atas Smalling adalah jumlah blok yakni 33-19. Stones juga rentan melakukan eror. Dia mencatatkan tiga kesalahan berujung gol pada musim lalu, terbanyak di liga bersama Phil Jagielka, Maya Yoshida, dan Aaron Creswell.
Hal inilah yang kemudian disoroti eks bek Arsenal dan Leicester City Martin Keown. Meski kualitasnya sebagai ball-playing defender tak diragukan, tapi Stones dinilai bermain terlalu elegan dan kurang terlibat dalam 'pekerjaan-pekeraan kotor'.
"Ada pelajaran-pelajaran yang bisa diambil, saya mau melihatnya menyukai blok, menyundul, menekel, menutup ruang, dan menyapu bola ke tribun penonton sesering dia melakukan gerak tipu dan merangsek dari belakang," tulis Keown dalam kolomnya di Daily Mail.
"Dia masih seperti bayi. Seperti posisi kiper, bek tengah semakin baik dengan bertambahnya usia. Seringkali saat mereka berhenti mencoba melakukan segala hal karena mereka menyadari bahwa dengan melakukan lebih sedikit hal, mereka bisa lebih efektif untuk tim."
"Orang-orang mengatakan kita sedang menyaksikan Alan Hansen (eks bek Liverpool) modern, tapi saya tanya, bisakah dia membawa timnya ke dalam sebuah pertarungan. Bisakah dia berhenti terintimidasi, apakah dia punya kekuatan mental?" imbuhnya seperti dikutip Soccerway.
Keown menilai sudah tepat jika Stones ditangani Guardiola, yang akan mampu mengembangkan kemampuannya dalam membangun permainan. Bagaimanapun, dia juga menekankan pentingnya bek muda tim nasional Inggris itu mulai lebih melibatkan diri dengan lebih banyak aksi bertahan dan duel-duel.
"City menghabiskan 31,8 juta pounds untuk Eliaquim Mangala, tapi pemain ini tidak cocok dengan Guardiola karena dia tidak bisa memainkan bola. Stones dan Guardiola adalah sebuah pasangan yang berpotensi ideal," ungkapnya.
"City perlu menyemangatinya dan mengajarinya untuk melakukan hal-hal yang menyakitkan, karena itulah yang memenangkan titel. City membelinya dan membayar dengan nilai tersebut karena Pep Guardiola mengenali keeleganannya, tapi main saja di lini tengah kalau Anda tak bisa mengerjakan tugas bertahan juga," demikian pria yang memenangi tiga titel Premier League dan tiga trofi Piala FA ini.
Lalu, sudah pantaskah Stones dihargai sedemikian tinggi? (raw/nds)