Bagaimana Liverpool tampil berani paling tidak terlihat dari pendekatan bermainnya yang terbuka. Bahkan ketika tak menguasai bola, Liverpool tak lantas menarik diri dan bertahan di sekitar kotak penalti.
Juergen Klopp, manajer Liverpool, mau anak-anak asuhnya melakukan pressing ketika lawan menguasai bola. Tujuannya adalah merusak jalur operan lawan dan merebut kembali bola sesegera mungkin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Musim ini gaya itu mulai lebih menunjukkan potensinya. Setelah 11 pekan, Liverpool memuncaki klasemen dengan nilai 26, unggul satu poin dari Chelsea yang menguntit.
Permainan terbuka Liverpool juga memperlihatkan catatan yang impresif. Skuat besutan Klopp adalah yang tertajam sejauh ini di Premier League, sudah mencetak 30 gol. Dalam lima dari 11 laga, The Anfield Gank mampu mencetak empat gol atau lebih.
Catatan lain yang niscaya kana membesarkan hati para penggemar Liverpool, adalah bahwa gol-gol tim mengalir dari banyak penjuru. Sejauh ini, sudah ada 10 pencetak gol berbeda di tim.
Dari lini serang, Sadio Mane (6 gol), Roberto Firmino (5), dan Philippe Coutinho (5) memimpin perolehan gol. Di tengah, Adam Lallana sudah bikin tiga gol, diikuti Emre Can dengan dua gol, dan masing-masing satu dari Jordan Henderson dan Georginio Wijnaldum.
[Gambas:Sportradar]
Bahkan lini belakang Liverpool cukup produktif. Kombinasi James Milner, Dejan Lovren, dan Joel Matip menyumbangkan tujuh gol. Hal ini, selain membuat Liverpool tak perlu khawatir jika satu pemain mulai kering gol, membuat lawan-lawan punya tantangan lebih besar kala mengantisipasi serangan.
"Luar biasa untuk disaksikan. Ketika kami tampil baik, sangat sulit bagi tim-tim menghentikan kami. Menjadi tugas yang rumit bagi para lawan," ujar eks penyerang Liverpool John Aldridge.
"Apakah mereka akan menghadapi kami secara terbuka dan mengambil risiko dibabat seperti Watford? Atau mereka mencoba menutup diri dan memainkan sepakbola bertahan seperti Manchester United di Anfield?"
"Satu-satunya alasan mereka (MU) lolos dengan satu poin adalah karena kiper mereka melakukan sejumlah penyelamatan kelas dunia, di sebuah malam yang mana kami tidak menampilkan performa terbaik," ungkapnya lewat tulisan di Liverpool Echo.
Yang jadi persoalan adalah, lini belakang Liverpool juga rentan kemasukan. Mereka sudah kebobolan 14 gol sejauh ini, lebih banyak dari delapan tim di liga.
Sebagaimana permainan terbuka Liverpool menjanjikan suguhan menarik dan banyak gol, ada risiko besar yang dihadapi di belakang. Ketika tim-tim lawan bisa melalui pressing yang dilancarkan, gawang Liverpool terancam.
Sky Sports mencatat tim Klopp menghadapi rata-rata 12,6 tembakan per laga, lebih banyak dari yang dihadapi para rival dalam perburuah gelar. Baru sekali Liverpool clean sheet musim ini, saat berimbang 0-0 dengan MU.
Namun Aldridge bisa sedikit menerima catatan ini, apalagi dengan kenyataan bahwa Liverpool meraih angka-angka penuh. Baginya kebobolan sudah jadi konsekuensi dari bermain menyerang. Bisa dikatakan, Liverpool saat ini tampil berani mati: tak masalah kebobolan asal menang.
"Ketika Anda memainkan gaya sepakbola se-terbuka itu, Anda harus menerima bahwa Anda akan kebobolan gol aneh. Bagaimanapun pendekatan Klopp ini menyegarkan," sambungnya.
"Ke manapun kami pergi, kami memainkan gaya ekspansif. Kami memperlakukan laga tandang sama dengan laga kandang. Kami tidak menunggu di belakang, kami mengejar kemenangan dan para penggemar menyukainya," tandasnya. (raw/rin)