Khusus di Premier League musim ini, sudah ada enam manajer yang dipecat. Claudio Ranieri jadi salah satu yang paling menyita perhatian, karena pemecatan oleh Leicester dilakukan hanya sembilan bulan setelah memberikan gelar liga.
Selain Ranieri, lima manajer lain yang dipecat adalah Francesco Guidolin oleh Swansea City, Alan Pardew oleh Crystal Palace, Bob Bradley juga oleh Swansea, diikuti Mike Phelan di Hull City, dan yang teranyar, Aitor Karanka oleh Middlesbrough.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini diyakini bisa menghindari hal-hal seperti para pemain yang ogah-ogahan mengeluarkan kemampuan terbaik, demi berganti manajer. Eks penggawa Manchester United Gary Neville mengaku akan mendukung ide ini, meski ragu para pemilik klub akan menerimanya.
"Saya akan mendukung sepenuhnya ide bahwa para manajer tak bisa dipecat di tengah perjalanan musim. Ketika Anda memulai di awal musim dengan seorang manajer, maka dia harus jadi manajer Anda selama semusim penuh," katanya dalam podcast di Sky Sports.
"Sepakbola akan mendukung ide itu, dalam hal sisi profesional. Saya sih tak yakin apakah para pemilik klub akan mendukung juga."
"Tapi itu akan berarti bahwa para pemain tahu Anda akan jadi manajernya sampai akhir musim, mereka bakal harus menerima hal itu," imbuhnya seperti dikutip Soccerway.
Neville, yang sebelumnya mengalami sendiri dipecat Valencia pada Maret tahun lalu, mengaku hampir selalu berharap pemecatan manajer yang berbuah positif untuk klub yang melakukannya.
"Tim-tim membuat perubahan di papan bawah liga dan saya hampir duduk dan berharap 'Semoga itu tak berhasil', karena kalau berhasil, itu memberikan tim-tim lain kepercayaan diri untuk mengganti manajer juga," katanya.
"Sudah ada contoh-contoh di mana klub-klub mendapatkan hasil baik ketika memecat manajer dan juga yang tidak berhasil meskipun melakukannya. Saya tak yakin ada perbedaan antara keduanya," tandas pria yang kini berprofesi sebagai analis sepakbola ini. (raw/rin)