Vardy musim ini bukan lagi Vardy yang sama dengan musim lalu. Musim lalu, Vardy sangat produktif dengan bisa turut dalam persaingan pencetak gol terbanyak. Vardy mengoleksi 24 gol, cuma beda satu gol dari topskorer Harry Kane (25 gol).
Penampilan oke itu sampai membuat Vardy diincar Arsenal. Namun, Vardy menolaknya. Dia memilih untuk memperpanjang kontrak di Leicester.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Musim ini, Vardy menunjukkan penampilan kurang oke. Pemain 30 tahun itu tak bikin gol dalam 16 pertandingan di liga. Imbasnya, laju Leicester pun terseok hingga sudah amat dekat dengan zona degradasi. Laju buruk itu berimbas terhadap pemecatan manajer Claudio Ranieri.
Pencopotan jabatan Ranieri sampai memunculkan rumor kalau ada peran pemain turut mencongkelnya. Namun kemudian para pemain membantahnya.
Dalam prosesnya, kursi manajer ditempati Craig Shakespeare. Mengawali sebagai caretaker, dia kemudian dipermanenkan sebagai manajer 'Si Rubah', julukan Leicester.
Bersama Shakespeare, penampilan Vardy menunjukkan perbaikan. Dia bikin empat gol dalam lima pertandingan terakhir.
"Saya rasa hal itu jangan sampai membuat kita merasa jatuh. Saya tak bisa menjelaskan apa yang terjadi," tutur Vardy.
"Kami hanya perlu bekerja keras. Kalau kami terus bekerja keras seperti ketika kami mendapatkan hasil yang sip, maka poin demi poin akan kembali menghampiri dan semua akan bekerja secara berulang," ujar dia.
(fem/rin)











































