9 Kunci Sukses Chelsea Menjuarai Premier League

9 Kunci Sukses Chelsea Menjuarai Premier League

Yanu Arifin - Sepakbola
Sabtu, 13 Mei 2017 17:22 WIB
9 Kunci Sukses Chelsea Menjuarai Premier League
Foto: REUTERS
Jakarta - Chelsea telah menyegel trofi juara Liga Inggris 2016/2017. Bagaimana The Blues bisa meraihnya? Faktor-faktor apa yang punya pengaruh besar?

Chelsea memastikan diri jadi juara Liga Inggris berkat kemenangan 1-0 di The Hawthorn, kandang West Bromwich Albion, Sabtu (13/5/2017) dinihari WIB.

Kemenangan membuat tim asuhan Antonio Conte mengoleksi 87 poin dari 36 laga, tidak akan terkejar Tottenham Hotspur yang baru mengoleksi 77 poin dari 35 laga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk mengembalikan gelar juara yang sempat hilang musim lalu, Chelsea mesti melakukan banyak perubahan. Mulai dari menunjuk pelatih baru sampai mendatangkan pemain anyar.

Masuknya Antonio Conte, bersinarnya N'Golo Kante, plus penampilan konsisten yang diselingi beberapa keberuntungan jadi salah satu faktor yang turut mengantar Chelsea bisa menapaki tangga juaranya.

Berikut sembilan momen yang mengantar Chelsea jadi juara seperti dikutip detikSport dari Eurosport:

Penunjukkan Antonio Conte

Foto: Getty Images/Steve Bardens
Tak bisa dipungkiri, penunjukkan Conte ke Stamford Bridge jadi salah satu faktor utama keberhasilan Chelsea jadi juara musim ini.

Conte menerima pinangan Chelsea setelah menyelesaikan pekerjaannya di Timnas Italia. Manajer berusia 47 tahun itu memang punya rekor apik saat menukangi klub terakhirnya yakni membawa Juventus juara Serie A di musim 2012 hingga 2014.

Dalam banyak aspek, Conte dinilai kebalikan dari Jose Mourinho. Conte lebih gentle dan jarang sekali menyalahkan pemain saat timnya kalah.

Dengan situasi yang kondusif, Chelsea bisa lebih solid dan akhirnya mengantar mereka ke tangga juara.

Merekrut N'Golo Kante

Foto: Getty Images/Shaun Botterill
Kedatangan Conte juga membuat Chelsea bisa melakukan kebijakan transfer yang jitu. Salah satunya mendatangkan N'Golo Kante dari Leicester City, tim juara musim lalu.

Kante diboyong dengan harga 32 juta poundsterling atau sekitar Rp 549,8 miliar. Tak butuh waktu lama, gelandang asal Prancis jadi pemain tak tergantikan di lini tengah Chelsea.

Kante sudah bermain selama 2.959 menit di Liga Inggris dari 33 pertandingan. Selama itu, Kante sudah mencetak satu gol, satu assist, 19 umpan kunci dan bisa mencuri bola sebanyak 36 kali dari 48 percobaan (75%).

Penampilan apik Kante selain membawa Chelsea jadi juara, juga membuatnya diganjar gelar individu. Pemain berusia 26 tahun itu dianugerahi gelar pemain terbaik Liga Inggris versi pemain dan jurnalis.

Membawa Pulang David Luiz dari PSG

Foto: Laurence Griffiths/Getty Images
Selain Kante, kejelian transfer Conte juga terlihat saat berani memboyong David Luiz kembali ke Stamford Bridge --yang tersingkir di era Mourinho pada musim 2014/2015.

Luiz yang dianggap sering membuat blunder, nyatanya bisa jadi pilar tak tergantikan dalam skema tiga bek Conte.

Bersama Cesar Azpilicueta dan Gary Cahill, bek asal Brasil itu jadi palang pintu yang sulit ditembus lawan. Kebiasaannya membantu serangan juga tak hilang, dengan bisa menyumbang satu gol dan melepaskan delapan umpan kunci.

Kalah oleh Arsenal dan Formasi Baru 3-4-3

Foto: Reuters
Chelsea yang mengawali tiga laga perdana dengan mulus, langsung gagal menang di tiga laga setelahnya. Dua di antaranya bahkan berakhir dengan kekalahan 1-2 dari Liverpool dan 0-3 dari rival sekota, Arsenal.

Kekalahan dari Arsenal rupanya melecut semangat The Blues untuk bangkit. Di pekan ketujuh, Conte melakukan perubahan formasi dari 4-1-4-1 yang digunakan sebelumnya menjadi 3-4-3.

Perubahan itu berdampak luar biasa. Chelsea merebut kemenangan di 13 laga selanjutnya hingga memuncaki klasemen dan jadi juara paruh musim. Taktik itu terus digunakan di sisa musim yang akhirnya membawa Chelsea jadi juara.

Menundukkan Manchester City Home dan Away

Foto: Getty Images/Clive Rose
Salah satu kunci keberhasilan Chelsea jadi juara juga karena bisa menangkan laga home dan away kontra Manchester City. Pada dua pertemuan, Eden Hazard dkk. menang 3-1 dan 2-1.

Musim ini, Chelsea merebut kemenangan tandang perdana menghadapi tim raksasa dengan mengalahkan City 1-3 di Etihad Stadium, 3 Desember 2016.

Sedangkan pertemuan kedua di Stamford Bridge, Chelsea menang 2-1 setelah sebelumnya secara mengejutkan ditekuk Crystal Palace 1-2 di tempat yang sama.

Momen itu dinilai jadi kunci, kendati kemenangan lainnya atas Spurs, Arsenal, dan Manchester United tak bisa dikesampingkan. Tercatat cuma Liverpool yang gagal dikalahkan Chelsea musim ini (kalah 1-2 dan imbang 1-1).

Bandingkan dengan musim lalu, salah satu kegagalan Chelsea mempertahankan gelar adalah karena dihantam 0-3 di kandang dan tandang oleh City.

Koneksi Spanyol

Foto: Getty Images/Ian Walton
Memaksimalkan peran pemain Spanyol juga jadi salah satu kunci keberhasilan Chelsea jadi juara.

Musim ini, lima pemain Chelsea asal Spanyol; Marcos Alonso, Cesar Azpilicueta, Cesc Fabregas, Pedro Rodriguez, dan Diego Costa, jadi pemain inti The Blues.

Kecuali Azpilicueta yang tak tergantikan di 36 laga, keempat penggawa Spanyol lainnya seolah diminta Conte untuk membuktikan dirinya layak bermain di tim utama.

Marcos Alonso membuktikannya dengan mencetak enam gol. Fabregas yang sempat tersisih di awal musim, bisa mencetak empat gol, 10 assist dan 45 umpan kunci.

Sementara Pedro kembali ke penampilan terbaiknya dengan mencetak delapan gol dan Costa kembali jadi top skorer tim dengan 20 golnya.

Cahill Sang Kapten

Foto: Reuters
Dengan keputusan Conte membangkucadangkan John Terry, menunjuk Gary Cahill sebagai kapten juga turut berpengaruh besar pada penampilan Chelsea musim ini.

Bek asal Inggris bisa mengkoordinir pemainnya saat bertahan dan menghadapi situasi sulit di lapangan. Selain itu, Cahill juga rajin menjebol gawang lawan dengan torehan enam gol, yang tentunya sangat membantu Chelsea.

Tottenham Tumbang di Tangan West Ham

Foto: Reuters / Dylan Martinez
Selain kejelian Conte, keberhasilan Chelsea jadi juara tak lepas dari faktor keberuntungan.

Salah satunya adalah momen di mana Spurs kalah di kandang West Ham United pekan lalu. Spurs menyerah 0-1 yang mana mengakhiri rentetan sembilan kemenangan beruntun sebelumnya.

Kekalahan itu dimanfaatkan Chelsea untuk melebarkan jaraknya kembali jadi tujuh poin, setelah sempat tergerus jadi hanya empat poin lantaran ditekuk Crystal Palace dan MU.

Sampai akhirnya, Chelsea bisa menang di kandang West Brom dan mengoleksi poin yang tak mungkin dikejar lagi oleh Spurs.

Gol Tunggal Michy Batshuayi

Foto: Action Images via Reuters/Carl Recine
Dan gelar juara Chelsea tentu tak akan datang kalau Michy Batshuayi tidak jadi pahlawan di laga kontra West Brom dinihari tadi.

Stiker asal Belgia yang masuk menggantikan Pedro di menit ke-76, jadi pahlawan dengan golnya di menit ke-82. Memanfaatkan umpan Cesar Azpilicutea di sisi kanan, Batshuayi menjebol gawang West Brom dengan gaya sliding.

Itu adalah satu-satunya gol dalam pertandingan yang akhirnya mengantar Chelsea menang...dan juara.

Padahal, Batshuayi bukan pemain inti The Blues. Ia bahkan memulai 18 pertandingannya dari bangku cadangan. Golnya pun cuma dua musim ini, kalah jauh dari Diego Costa.

Namun pemain yang diboyong dari Marseille itu juga kebagian peran mengantar Chelsea juara. Batshuayi juga jadi bukti kalau tim milik Roman Abramovich itu punya kedalaman skuat yang bagus musim ini.
Halaman 2 dari 10
Tak bisa dipungkiri, penunjukkan Conte ke Stamford Bridge jadi salah satu faktor utama keberhasilan Chelsea jadi juara musim ini.

Conte menerima pinangan Chelsea setelah menyelesaikan pekerjaannya di Timnas Italia. Manajer berusia 47 tahun itu memang punya rekor apik saat menukangi klub terakhirnya yakni membawa Juventus juara Serie A di musim 2012 hingga 2014.

Dalam banyak aspek, Conte dinilai kebalikan dari Jose Mourinho. Conte lebih gentle dan jarang sekali menyalahkan pemain saat timnya kalah.

Dengan situasi yang kondusif, Chelsea bisa lebih solid dan akhirnya mengantar mereka ke tangga juara.

Kedatangan Conte juga membuat Chelsea bisa melakukan kebijakan transfer yang jitu. Salah satunya mendatangkan N'Golo Kante dari Leicester City, tim juara musim lalu.

Kante diboyong dengan harga 32 juta poundsterling atau sekitar Rp 549,8 miliar. Tak butuh waktu lama, gelandang asal Prancis jadi pemain tak tergantikan di lini tengah Chelsea.

Kante sudah bermain selama 2.959 menit di Liga Inggris dari 33 pertandingan. Selama itu, Kante sudah mencetak satu gol, satu assist, 19 umpan kunci dan bisa mencuri bola sebanyak 36 kali dari 48 percobaan (75%).

Penampilan apik Kante selain membawa Chelsea jadi juara, juga membuatnya diganjar gelar individu. Pemain berusia 26 tahun itu dianugerahi gelar pemain terbaik Liga Inggris versi pemain dan jurnalis.

Selain Kante, kejelian transfer Conte juga terlihat saat berani memboyong David Luiz kembali ke Stamford Bridge --yang tersingkir di era Mourinho pada musim 2014/2015.

Luiz yang dianggap sering membuat blunder, nyatanya bisa jadi pilar tak tergantikan dalam skema tiga bek Conte.

Bersama Cesar Azpilicueta dan Gary Cahill, bek asal Brasil itu jadi palang pintu yang sulit ditembus lawan. Kebiasaannya membantu serangan juga tak hilang, dengan bisa menyumbang satu gol dan melepaskan delapan umpan kunci.

Chelsea yang mengawali tiga laga perdana dengan mulus, langsung gagal menang di tiga laga setelahnya. Dua di antaranya bahkan berakhir dengan kekalahan 1-2 dari Liverpool dan 0-3 dari rival sekota, Arsenal.

Kekalahan dari Arsenal rupanya melecut semangat The Blues untuk bangkit. Di pekan ketujuh, Conte melakukan perubahan formasi dari 4-1-4-1 yang digunakan sebelumnya menjadi 3-4-3.

Perubahan itu berdampak luar biasa. Chelsea merebut kemenangan di 13 laga selanjutnya hingga memuncaki klasemen dan jadi juara paruh musim. Taktik itu terus digunakan di sisa musim yang akhirnya membawa Chelsea jadi juara.

Salah satu kunci keberhasilan Chelsea jadi juara juga karena bisa menangkan laga home dan away kontra Manchester City. Pada dua pertemuan, Eden Hazard dkk. menang 3-1 dan 2-1.

Musim ini, Chelsea merebut kemenangan tandang perdana menghadapi tim raksasa dengan mengalahkan City 1-3 di Etihad Stadium, 3 Desember 2016.

Sedangkan pertemuan kedua di Stamford Bridge, Chelsea menang 2-1 setelah sebelumnya secara mengejutkan ditekuk Crystal Palace 1-2 di tempat yang sama.

Momen itu dinilai jadi kunci, kendati kemenangan lainnya atas Spurs, Arsenal, dan Manchester United tak bisa dikesampingkan. Tercatat cuma Liverpool yang gagal dikalahkan Chelsea musim ini (kalah 1-2 dan imbang 1-1).

Bandingkan dengan musim lalu, salah satu kegagalan Chelsea mempertahankan gelar adalah karena dihantam 0-3 di kandang dan tandang oleh City.

Memaksimalkan peran pemain Spanyol juga jadi salah satu kunci keberhasilan Chelsea jadi juara.

Musim ini, lima pemain Chelsea asal Spanyol; Marcos Alonso, Cesar Azpilicueta, Cesc Fabregas, Pedro Rodriguez, dan Diego Costa, jadi pemain inti The Blues.

Kecuali Azpilicueta yang tak tergantikan di 36 laga, keempat penggawa Spanyol lainnya seolah diminta Conte untuk membuktikan dirinya layak bermain di tim utama.

Marcos Alonso membuktikannya dengan mencetak enam gol. Fabregas yang sempat tersisih di awal musim, bisa mencetak empat gol, 10 assist dan 45 umpan kunci.

Sementara Pedro kembali ke penampilan terbaiknya dengan mencetak delapan gol dan Costa kembali jadi top skorer tim dengan 20 golnya.

Dengan keputusan Conte membangkucadangkan John Terry, menunjuk Gary Cahill sebagai kapten juga turut berpengaruh besar pada penampilan Chelsea musim ini.

Bek asal Inggris bisa mengkoordinir pemainnya saat bertahan dan menghadapi situasi sulit di lapangan. Selain itu, Cahill juga rajin menjebol gawang lawan dengan torehan enam gol, yang tentunya sangat membantu Chelsea.

Selain kejelian Conte, keberhasilan Chelsea jadi juara tak lepas dari faktor keberuntungan.

Salah satunya adalah momen di mana Spurs kalah di kandang West Ham United pekan lalu. Spurs menyerah 0-1 yang mana mengakhiri rentetan sembilan kemenangan beruntun sebelumnya.

Kekalahan itu dimanfaatkan Chelsea untuk melebarkan jaraknya kembali jadi tujuh poin, setelah sempat tergerus jadi hanya empat poin lantaran ditekuk Crystal Palace dan MU.

Sampai akhirnya, Chelsea bisa menang di kandang West Brom dan mengoleksi poin yang tak mungkin dikejar lagi oleh Spurs.

Dan gelar juara Chelsea tentu tak akan datang kalau Michy Batshuayi tidak jadi pahlawan di laga kontra West Brom dinihari tadi.

Stiker asal Belgia yang masuk menggantikan Pedro di menit ke-76, jadi pahlawan dengan golnya di menit ke-82. Memanfaatkan umpan Cesar Azpilicutea di sisi kanan, Batshuayi menjebol gawang West Brom dengan gaya sliding.

Itu adalah satu-satunya gol dalam pertandingan yang akhirnya mengantar Chelsea menang...dan juara.

Padahal, Batshuayi bukan pemain inti The Blues. Ia bahkan memulai 18 pertandingannya dari bangku cadangan. Golnya pun cuma dua musim ini, kalah jauh dari Diego Costa.

Namun pemain yang diboyong dari Marseille itu juga kebagian peran mengantar Chelsea juara. Batshuayi juga jadi bukti kalau tim milik Roman Abramovich itu punya kedalaman skuat yang bagus musim ini.

(din/rin)
Hide Ads