Adalah eks Kepala Perekrutan Pemain City tahun 2008 hingga 2012, Mike Rigg, yang mengatakan hal ini. Rigg adalah orang yang bertanggung jawab mendatangkan Robinho kala itu ke Etihad Stadium.
Saat itu City baru saja diakuisisi oleh Abu Dhabi United Group yang dipimpin oleh Sheikh Mansour. Kala itu City sebenarnya ingin mendatangkan Dimitar Berbatov dari Manchester United dengan harga berapapun yang dimau rivalnya itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah kedatangan Robinho, efek domino pun terjadi ketika harga pemain perlahan mulai melambung tinggi. Dimulai saat Chelsea memboyong Fernando Torres dari Liverpool pada 2011 dengan 50 juta pound, lalu Angel Di Maria yang dibeli Manchester United dari Real Madrid dengan banderol 59,7 juta pound, lalu Paul Pogba yang diboyong dengan 89,3 juta pound, dan musim ini ada Romelu Lukaku dengan 75,3 juta pound.
Bahkan setahun setelah kedatangan Robinho itu, Madrid di seberang sana berhasil memecahkan rekor transfer dua kali selama semusim saat memboyong Kaka dan Cristiano Ronaldo.
Di musim panas 2017 ini, banyak transfer yang membuat mata terbelalak termasuk saat Paris St-Germain mendatangkan Neymar dari Barcelona dengan banderol 200 juta pound atau sekitar Rp 3,7 T!
"Semua diawali oleh kami ada 2008 ketika Manchester City memboyong Robinho, itu berefek panjang, yang lantas menaikkan harga pemain," ujar Rigg kepada Sky Sports.
"Terlepas dari yang Anda lihat saat ini, mencari uang di Inggris itu sangat mudah," sambungnya.
"Efek finansial dari transfer Neymar akan sangat besar, tidak hanya di level teratas tapi juga di seluruh level, jadi itu akan berefek pada transfer di divisi Championship dan juga para pemain muda."
"Contohnya saja, saya bernegosiasi ketika dulu pemain muda belum memilik agen - katakanlah usianya 18,19 - mereka akan mencontohkan para pemain yang sudah dijual dengan harga yang melambung tinggi karena disebut-sebut sebagai penerus Neymar," tutupnya.
(mrp/cas)