Perkara Asmara dalam Sepakbola Wanita di Inggris

Perkara Asmara dalam Sepakbola Wanita di Inggris

Redzi Arya Pratama - Sepakbola
Selasa, 30 Jan 2018 17:45 WIB
Foto: Nathan Stirk/Getty Images
London - Dalam hubungan antarmanusia, asmara adalah hal biasa. Tapi hal ini rupanya dianggap jadi perkara besar dalam persepakbolaan wanita di Inggris.

Hal ini diungkapkan langsung oleh Ketua Asosiasi Sepakbola Wanita Inggris Baroness Campbell, yang baru-baru ini menunjuk Phil Neville untuk melatih timnas wanita Inggris untuk menggantikan Mark Sampson yang dipecat.

Menurut Campbell, perkara asmara bisa menjadi masalah tersendiri dalam dunia sepakbola seperti sudah terjadi dalam beberapa kasus pada masa lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keith Boanas, misalnya. Mantan manajer Tim Wanita Charlton itu menikahi pemain yang dilatihnya, yaitu mantan kiper timnas Inggris, Pauline Cope-Boanas.

Casey Stoney, bek Timnas Inggris dan pemain Liverpool Ladies, juga mengonfirmasi hubungan (sesama jenis) dengan Megan Harris ketika keduanya tampil di Lincoln Ladies.

"Ini adalah perkara yang harus kami hadapi dalam sepakbola wanita. Ada orang-orang (pelatih) yang menjalin hubungan dengan para pemainnya. Masalahnya buat kami adalah, itu bukanlah hal yang tepat terkait dengan perilaku dalam olahraga," ujar Campbell kepada BBC.

"Menurut saya kita juga tak bisa duduk dan menghakimi moral individu-individu tertentu. Setiap orang mesti menjalani hidupnya sendiri sebagaimana yang mereka inginkan. (Tapi) Anda harus memahami tantangan ketika ada seorang pelatih dan seorang pemain yang menjalin hubungan (asmara) di satu tim yang sama. Ini menyulitkan pemain lain."

"Mungkin saja mereka (yang terlibat hubungan itu) bisa menjalaninya dengan profesionalisme dan kebijaksanaan luar biasa, dan saya yakin memang seperti itu dalam banyak kasus, tapi ini masalah yang merisaukan," tuturnya.

Campbell kemudian ditanya apakah hubungan asmara antara pemain dengan pelatihnya harus dilarang di olahraga level teratas. Begini jawabannya.

"Ada dua situasi. Pertama adalah tentang penyalahgunaan jabatan, ketika seseorang menyalahgunakan posisinya. Hal itu benar-benar tak dapat diterima di semua sendi kehidupan, terlebih lagi di dunia olahraga," katanya.

"Yang berikutnya adalah hubungan (asmara) pelatih dengan pemain (tanpa paksaan) dan dalam pandangan kami, itu bukanlah perilaku yang tepat. Kenapa? Karena itu bisa menyulitkan pemain lain dalam konteks pemilihan susunan tim, situasi di ruang ganti. Itu tantangan yang berat," ucapnya membeberkan.


(krs/rin)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads