Revolusi terjadi di tubuh Chelsea musim ini. Mengganti manajer Maurizio Sarri ke Frank Lampard, hingga menggantikan bintang sekelas Eden Hazard dengan pemain muda macam Mason Mount.
Dengan berganti manajer (lagi), bukan hal mudah bagi pemain Chelsea. Dari memainkan umpan-umpan pendek ala Sarri, kini skuat Biru London harus beradaptasi dengan taktik anyar Lampard.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chelsea seolah memulai dari nol lagi, menghadapi persaingan Liga Inggris 2019/2020 yang amat ketat.
![]() |
Musim lalu, Chelsea finis di peringkat ketiga klasemen Liga Inggris dengan 72 poin. Klub milik taipan Roman Abramovich itu tertinggal 26 poin dari Manchester City yang menjadi juara, dan 25 poin dari Liverpool sang runner up.
Gap sebanyak itu bukan perkara mudah dikejar. Terlebih dengan keterbatasan persiapan yang Chelsea miliki pada musim panas ini.
Karena sanksi FIFA, Chelsea cuma bisa mendatangkan Christian Pulisic, yang sudah dibeli sejak Januari 2019. Selain itu, Chelsea cuma bisa mempermanenkan status Matteo Kovacic dari klub lain. Sisanya, Lampard banyak mempromosikan beberapa pemain mudanya ke tim senior.
Ada Mason Mount, Reece James, Tammy Abraham yang naik kelas dari akademi. Ketiganya diharapkan bersinar, layaknya Callum Hudson-Odoi yang musim lalu bisa mencuri perhatian di Stamford Bridge.
Dengan dana belanja minim, bukan berarti Chelsea pasrah. Lampard menegaskan, sekalipun masih diragukan, dirinya siap berjudi dengan berusaha membawa klub kembali bangkit musim depan.
![]() |
"Kami tahu tentang larangan transfer. Kami tahu City dan Liverpool tahun lalu, tetapi kami tidak boleh berhenti berusaha berada di sana," ujar Lampard, seperti dilansir Guardian.
"Sebagai Chelsea, kami seharusnya begitu. Hal-hal sedikit selaras untuk semua ini terjadi: manajer sebelumnya pergi, situasi di klub, tapi saya ambisius sebagai pemain dan saya ingin mengelolanya di atas. Mungkin ini adalah langkah berani, tetapi saya bersedia mengambil risiko itu. Saya memiliki kepercayaan pada diri saya sendiri," ujar pria 41 tahun itu.
Kata-kata Lampard itu dilontarkan menanggapi skeptisisme pada dirinya. Maklum, baru punya pengalaman setahun melatih bersama Derby County, tawaran melatih Chelsea pun datang. Tidak bisa tidak, jawaban ya pun diambil Lampard untuk melatih bekas klubnya semasa bermain.
Ya, Lampard merupakan mantan pemain Chelsea. 14 tahun bermain di Chelsea, sejak 2001 hingga 2014, 13 trofi dipersembahkannya, di antaranya tiga trofi Premier League, dan sekali Liga Champions serta Liga Europa.
Lampard juga berstatus top skorer sepanjang masa Chelsea dengan 211 gol untuk klub. Prestasi itulah yang bisa membuat Lampard diterima fans, kendati cv-nya tidak sementereng Jose Mourinho atau Antonio Conte.
Selain itu, status legenda klub akan membuat Lampard tahu betul bagaimana mengatasi ruang ganti Chelsea. Sesuatu yang bisa saja tak bisa dimiliki para manajer pendahulunya.
![]() |
Namun, kedatangan Lampard bisa menegaskan bahwa Chelsea sedang memulai era baru. Dan ternyata, hasil pramusimnya pun tak buruk-buruk amat ternyata.
Berimbang 1-1 dengan Bohemians dan 2-2 versus Moenchengladbach, menang 4-0 atas St. Patrick's, 2-1 atas Barcelona, 4-3 atas Reading, dan 5-3 melawan Salzburg, serta hanya sekali kalah melawan Kawasaki Frontale, Chelsea menunjukkan bisa bersaing (setidaknya di pramusim).
Well, persaingan di Liga Inggris 2019/2020 mungkin masih berat karena duopoli Manchester City dan Liverpool. Namun, The Blues siap membuktikan kapastitasnya, dengan persiapan seadanya, dengan keterbatasan yang melilitnya. Di bahu Lampard, semua beban itu siap dipikul.
(yna/din)