Gelandang top Spanyol Cesc Fabregas mengaku frustrasi sehingga memutuskan meninggalkan Arsenal. Namun, keputusan itu diakui Fabregas terlalu cepat.
Fabregas bergabung Arsenal sejak masih berusia 16 tahun. Selama delapan musim, jebolan akademi Barcelona itu membuat lebih dari 300 penampilan dengan sumbangan 92 assist dan 52 gol, tapi hanya meraih satu trofi Piala FA. Sedangkan di Liga Inggris, pencapaian terbaik Arsenal cuma sekali finis runner-up pada 2004/2005.
Pada musim panas 2011, Fabregas pulang kampung untuk memperkuat Barcelona untuk memenangi enam titel termasuk satu gelar juara LaLiga dan Copa del Rey. Namun, Fabregas kurang bersinar karena kalah bersaing dengan maestro pemain tengah, Xavi Hernandez.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah hanya tiga musim Fabregas kembali ke London, tapi bukan pulang ke Arsenal melainkan pindah ke Chelsea. Di sana, Fabregas akhirnya memenangi medali juara Premier League pertamanya pada 2013/2014, dan meraih yang kedua pada 2016/2017 serta menjuarai Piala FA dan Piala Liga.
"Sedikit karena segalanya," ungkap Fabregas kepada Rio Ferdinand dalam saluran YouTube FIVE. "Aku selalu merasa bahwa kami bersaing melawan dunia. Bisa dibilang kalian [Manchester United], Chelsea, terkadang Liverpool."
"Aku bicara kepada mereka di Chelsea dan teman-teman Spanyolku di Liverpool dan semua orang mengatakan kepadaku hal yang sama... 'kami benci melawan kalian'. Dan aku mengatakan hal serupa: 'Yeah, kamu membencinya tapi kami selalu kalah'. Terutama di momen-momen penting," lanjut pemain yang kini bermain untuk AS Monaco ini.
"Aku selalu merasa frustrasi karena melihat tim-tim besar ini menang dan selalu memiliki keunggulan itu. Saat itu aku masih sangat muda, masih sangat bersemangat. Aku sudah memberikan segalanya untuk Arsenal. Aku lapar. Aku ingin menang. Aku adalah seorang kompetitor. Aku akan melakukan apapun untuk juara untuk Arsenal. Aku merasa hal itu tidak akan terjadi."
"Kami punya kesempatan untuk merekrut pemain-pemain besar yang bisa membuat perbedaan besar tapi karena satu hal kecil atau lainnya, detail yang sangat kecil mereka beralih ke klub lain. Banyak hal yang membuatku frustrasi dan aku cuma memutuskan kembali ke Barcelona. Saat itu mereka kan tim terbaik di dunia. Dengan semua teman-temanku di sana."
"Aku mengambil kesempatan itu tapi lebih cepat dari yang kuinginkan. Aku cuma merasa saat itu adalah waktu yang tepat. Aku tidak terlalu berpikir jernih. Jauh di dalam hatiku, memikirkannya sekarang, aku pikir seharusnya aku menunggu dua tahun lagi," imbuh pemenang Piala Dunia dan dua Piala Eropa itu.
(rin/cas)