Akuisisi Newcastle United terancam batal karena masalah siaran ilegal. Untuk mencegah hal tersebut, konsorsium Arab Saudi selaku calon pembeli siap berdiplomasi dengan pemerintah Qatar.
Diketahui, mandeknya pembelian ini dikarenakan BeIN Sports, stasiun TV asal Qatar, melakukan protes kepada Premier League. Mereka menuduh pemerintah Arab Saudi berada di belakang saluran TV satelit bajakan bernama beoutQ, yang menyiarkan tayangan-tayangan olahraga secara ilegal.
Jumlah kerugian yang dialami BeIN tak main-main, yakni 500 juta Paun (sekitar Rp 8,8 triliun). BeIN sendiri dilarang mengudara di Arab Saudi, menyusul ketegangan hubungan politik antara Arab Saudi dan Qatar sejak 2017 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah ini pun sudah diungkapkan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Dokumen setebal 123 halaman kabarnya sudah diberikan kepada Premier League terkait pelanggaran siaran itu, yang rencananya di-publish 16 Juni.
Diberitakan Daily Mail, konsorsium Arab Saudi di bawah pimpinan Pangeran Mohammed bin Salman mengaku tak terlibat dalam pelanggaran itu. Hanya saja, kasus di atas tetap menghambat proses akuisisi, bahkan bisa saja dibatalkan.
Oleh karena itu, mereka disebut telah meminta bantuan pemerintah Arab Saudi untuk membahas hal ini dengan pemerintah Qatar. Hal itu tentu tak mudah, mengingat embargo yang sudah dilakukan Arab Saudi selama ini kepada Qatar.
![]() |
Namun kini itulah yang bisa dilakukan. Dengan adanya bantuan politik, proses akuisisi Newcastle diharapkan bisa kembali berjalan lancar. Keputusan terkait keluar atau tidaknya izin akuisisi disebut akan diumumkan Premier League beberapa minggu lagi.
Newcastle sudah dimiliki Mike Ashley sejak 2007. Konsorsium Arab Saudi berencana membelinya seharga 300 juta Paun, yang disebut-sebut merupakan upaya Arab Saudi menancapkan kekuatannya di bidang olahraga, seperti yang dilakukan Qatar dengan Paris Saint-Germain atau Uni Emirat Arab lewat Manchester City.
(adp/mrp)