Nasib Ole Gunnar Solskjaer, manajer Manchester United, sedang di ujung tanduk. Ia memang tak cocok jadi manajer dan lebih pas jadi asisten.
Setidaknya begitulah penilaian Paul Parker, mantan pemain the Red Devils yang juga pernah jadi rekan satu tim Solskjaer. Parker menuangkan pendapatnya lewat kolom di Eurosport.
"Sebagai pemain, Ole dulu adalah sosok yang disenangi, dipuja, diidolakan, dan dihormati semua orang. Saya cuma bisa menduga-duga apa ia benar-benar menikmati jadi sosok nomor satu sebagai manajer," sebut Parker.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Waspadalah, Ole.. |
"Saya bukan bermaksud tidak menghormatinya, tapi itu (jadi orang nomor satu alias manajer) adalah hal sulit. Dan apakah Ole akan jadi nomor dua (asisiten manajer) yang bagus? Saya pikir ia akan jadi nomor dua yang hebat karena pembawaannya."
Paul Parker lantas menyamakan Ole Gunnar Solskjaer dengan Brian Kidd yang juga pernah sukses besar di Manchester United sebagai asisten Sir Alex Ferguson. Keduanya memiliki karisma dan pembawaan mirip, juga pernah jadi pemain idola di kubu Setan Merah.
"Saya kenal para pemain yang pernah main bareng saya dan dirinya (Solskjaer), dan tentu saja saya ingin dirinya sukses. Di televisi, para mantan pemain Manchester United sungkan mengkritiknya. Mereka hendak jujur, tapi juga tetap menghormati mantan rekan satu tim sendiri," ucap Parker merujuk pada karier pundit sejumlah mantan pemain Man United.
Ia kemudian menyoroti pemilihan taktik Ole Gunnar Solskjaer, yang dianggapnya kelewat statis. Secara spesifik, kelewat bergantung pada dua gelandang bertahan seperti yang dilakukan ketika kalah dari RB Leipzig sehingga tersingkir dari Liga Champions.
"Solskjaer terlalu bergantung untuk tampil dengan dua gelandang bertahan setiap waktu. Itu tak masuk akal. Ia menghadapi laga di mana tak boleh mencari hasil seri, tapi ketika menurunkan dua pemain gelandang bertahan, pelatih lawan (Julian Nagelsmann) pasti terkaget-kaget."
"Babak pertama memperlihatkan alasan mengapa pemilihan tim Manchester United sebegitu keliru, dan Anda tak bisa menghadapi tim-tim berkualitas dengan gonta-ganti sistem permainan di setiap pertandingan. Ketika saya main buat United, kami memakai 4-4-2 dan ketika Eric Cantona datang berubah jadi 4-4-1-1. Itu sangat fleksibel. Semua pemain saling mengisi."
"Apa yang mereka lakukan saat ini tidaklah fleksibel," tuturnya soal Manchester United di bawah arahan Ole Gunnar Solskjaer.
(krs/mrp)