London -
Graham Potter resmi ditunjuk menjadi manajer baru Chelsea. Pria 47 tahun itu bisa saja makin membuktikan diri sebagai juru taktik top di Eropa.
Potter resmi didapuk menjadi manajer, sehari setelah Chelsea memecat Thomas Tuchel. Pria asal Jerman didepak oleh pemilik The Blues, Todd Boehly.
Secara reputasi, Potter belum sementereng Tuchel. Kiprahnya saja baru benar-benar mendapat sorotan musim ini, saat membawa Brighton & Hove Albion tampil mulus di awal kompetisi Liga Inggris 2022/2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Brighton sementara bertengger di empat besar klasemen Liga Inggris dengan 13 poin, hasil mengemas empat kemenangan, sekali imbang, dan sekali seri. The Seagulls cuma berada di bawah Arsenal, Manchester City, dan Tottenham Hotspur.
Akan tetapi, cukupkah penampilan oke Brighton di tujuh pertandingan awal menjadi penyebab Chelsea memboyongnya ke Stamford Bridge. Boehly sendiri menegaskan kualitas Potter dalam menangani pemain menjadi alasannya.
"Kami sangat senang membawa Graham Potter ke Chelsea. Dia pelatih yang sudah terbukti dan inovator di Liga Premier yang sesuai dengan visi kami sebagai klub. Tidak hanya sangat berbakat di lapangan, dia juga punya keterampilan dan kemampuan di luar lapangan yang akan membuat Chelsea menjadi Klub yang lebih sukses," kata Boehly di situs resmi klub.
(Karier Potter sebagai pemain sampai menjadi pelatih)
Magi Potter di Ostersund
Sebagai mantan pemain, karier Graham Potter tak begitu mentereng. Pernah membela klub seperti Birmingham City dan Stoke City, pria kelahiran Solihull, 20 Mei 1975 itu lebih banyak tampil di Divisi Satu, dan cuma sekali bermain di Premier League, yakni ketika membela Southampton.
Musim 2004/2005 menjadi tahun terakhirnya bermain di level senior, sebelum gantung sepatu. Kemudian, Potter melanjutkan studi dengan belajar ilmu sosial di Open University, di mana ia bisa menjadi sarjana..
Kemudian, Potter sempat membantu pengembangan sepakbola di Universitas Hull, direktur teknik Timnas Putri Ghana untuk berlaga di Piala Dunia 2007, dan asisten pelatih skuad Universitas Inggris. Setelanya, Potter lanjut belajar menempuh gelar master kepemimpinan dan kecerdasan emosional di Universitas Metropolitan Leeds, dan lulus.
Karier kepelatihannya kemudian benar-benar dimulai di Swedia. Ia melatih klub Ostersund, yang saat itu bermain di divisi empat Liga Swedia.
Di kawasan yang dingin, Potter bisa membawa Ostersund tampil oke. Puncaknya saat membawa OFK promosi ke liga tertinggi Swedia, dan dua tahun berselang bisa merengkuh gelar Svenska Cupen 2016/2017, yang meloloskannya ke Europa League.
Dari Ostersund, Potter lanjut melatih Swansea City setahun dari 2018 hingga 2019, sebelum pindah ke Brighton pada 2019. Di lima musim pertamanya melatih di Burung Camar, Potter cuma bisa membantu finis di peringkat ke-9 sebagai capaian terbaiknya.
Memasuki musim keenamnya, musim 2022/2023, Brighton mulai terlihat membaik bersama Graham Potter. Danny Welbeck sementara bertengger di peringkat empat klasemen Liga Inggris.
(Potter dicap calon manajer Timnas Inggris di masa depan)
Diidolakan Guardiola, Calon Manajer Timnas Inggris
Pep Guardiola, manajer Manchester City, mencium potensi besar Graham Potter sebagai juru taktik. Bahkan, ia mengakui senang melihat gaya bermain Brighton polesan Potter.
"Brighton begitu enak dinikmati dan dianalisis. Di saat bersamaan, anda juga akan melihat kualitasnya. Kami [City] harus berada di standar tertinggi untuk melawan mereka. Saya penggemar berat Graham Potter," katanya.
Bahkan, BBC Sport memprediksi Graham Potter punya jalur cemerlang menuju kursi pelatih Timnas Inggris. Gaya melatihnya yang luwes juga menjadi alasannya.
Diketahui, Potter juga meminta staf dan pemainnya aktif di luar sepakbola. Ia mendorong pemainya terlibat di komunitas lokal, seperti main teater dan membuat musik. Atas gayanya itu, Potter dicap pelatih yang progresif dan tidak konvensional.
Kepribadian Graham Potter yang dinilai terus belajar dan aktif kini mengantarnya ke kursi manajer Chelsea. Apakah ia bisa berbahaya, seperti yang diutarakan Guardiola? Menarik dinanti, saat debutnya melatih Chelsea terlihat akhir pekan ini dengan melawan Fulham, Sabtu (10/9/2022).