Anthony Martial meluapkan unek-uneknya selama membela Manchester United. Ia secara terbuka mengkritik dua mantan pelatihnya, yakni Jose Mourinho dan Ole Gunnar Solskjaer.
Martial, 26 tahun, sudah bergabung dengan MU sejak musim panas 2015. Selama di Old Trafford, ia sudah merasakan banyak pergantian manajer, dari Louis van Gaal, Mourinho, Solskjaer, Michael Carrick (caretaker), Ralf Rangnick, dan kini Erik ten Hag.
Selama itu pula, Martial mengalami pasang surut dalam kariernya. Ada kalanya ia dipuji-puji oleh suporter MU, ada juga momen di mana dirinya mendapat sorotan tajam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun ada dua momen yang begitu sulit dilupakan Martial, masing-masing terjadi di era Mourinho dan Solskjaer. Itu sebabnya ia masih menyisakan rasa marah kepada keduanya. Hal diungkapkan olehnya saat diwawancara France Football baru-baru ini.
"Sewaktu liburan (musim panas 2016), Mourinho mengirim pesan pada saya, apakah saya mau memakai nomor punggung 11, bilang itu hal yang bagus karena dulu dipakai Ryan Giggs yang merupakan legenda klub," ujar Martial.
"Saya bilang bahwa saya menghormati Giggs, tapi saya lebih suka tetap memakai nomor 9. Ketika saya kembali ke klub, saya melihat nama saya sudah diberi nomor 11. Kelanjutan ceritanya tak berakhir baik. Dia tidak menghormati saya."
![]() |
"Saya adalah pemain terbaik di paruh pertama musim (2017-18), lalu dia merekrut Alexis Sanchez dan sejak itu saya tersisih. Itu adalah musim jelang Piala Dunia, dan saya menerima akibatnya (dicoret). Prancis juara dunia, dan saya harusnya ada di sana," ujar Martial menambahkan.
Kisah tak kalah menyedihkan dialami Martial di masa kepemimpinan Solskjaer. Ia sempat tampil oke di musim 2019-20, namun setelah pandemi performanya merosot karena cedera. Ia menyalahkan Solskjaer yang tak membela dirinya.
"Orang-orang tak tahu, saya tak bisa melakukan akselerasi selama empat bulan seusai musim COVID-19. Dia (Solskjaer) bilang membutuhkan saya, sehingga saya pun bermain. Namun jika saya tak bisa berakselerasi, semuanya menjadi rumit."
![]() |
Baca juga: Donny van de Beek (Semakin) Terlupakan |
"Saya mendapat kritikan dari suporter, tapi pelatih tak pernah memberitahu alasan di balik itu. Saya sulit menerimanya, saya merasakan ketidakadilan."
"Kamu diminta untuk berkorban demi tim, namun di belakang layar kamu disingkirkan. Hampir seperti pengkhianatan bagi saya. Saya benci itu. Saya tak masalah disalahkan, namun bukan karena bersikap palsu," jelas Martial.
Sementara untuk Van Gaal, Martial berbicara baik-baik tentangnya. Dia memiliki hubungan baik dengan pelatih asal Belanda itu, yang disebutnya mau repot-repot menonton video permainannya untuk memberi saran dan masukan.
Baca juga: Cristiano Ronaldo Kini Tak Lagi Spesial |
Usai dipinjamkan ke Sevilla pada musim lalu, Martial tampak punya masa depan cerah di bawah arahan Ten Hag. Ia dipercaya sebagai penyerang utama selama pramusim, namun cedera membuatnya baru turun 45 menit di musim ini, meski mampu mencetak satu assist.
(adp/pur)