Luke Shaw mendukung pemberantasan kultur toksik dan tidak sehat di Manchester United. Ia menyebut para pemain senior siap bantu jaga kedisiplinan.
Kedatangan Ruben Amorim di Manchester United musim lalu memicu sejumlah perubahan. Ia tak segan menepikan pemain yang dianggap tak berusaha maksimal.
Korbannya nyata-nyata terlihat, dari Marcus Rashford, Jadon Sancho, hingga Alejandro Garnacho. Amorim menegaskan otoritasnya tanpa tebang pilih, termasuk terhadap anak asli Manchester dan didikan klub semacam Rashford.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selepas kekalahan dari Tottenham Hotspur di final Liga Europa musim kemarin, bek kiri MU Luke Shaw melontarkan kritik pedas terhadap timnya sendiri. Ia mempertanyakan, apakah dia dan rekan-rekannya cukup bagus untuk bermain buat MU.
Shaw mengakui saat itu masih terbawa kekecewaan gagal juara. Tapi ia juga menegaskan bahwa para pemain khususnya yang sudah veteran, siap membantu manajer menegakkan kedisiplinan.
"Para pemain yang lebih berpengalaman perlu menuntut lebih, dari hari ke hari. Level latihannya, menjaga waktu kapan kami melakukan ini atau itu, memastikan tidak ada yang datang terlambat," ujarnya dikutip BBC.
"Manajer sih tidak ambil pusing. Dia tak peduli siapa pemainnya. Memang seharusnya begitu. Apapun yang dia mau, sebagai pemain, kami harus menghasilkan sesuatu, dan kami sepenuhnya mendukung," imbuh pemain 30 tahun tersebut.
(raw/mrp)