Tony Pulis: Dulu Andalkan Set-Piece Dicap dari Era Dinosaurus

Tony Pulis: Dulu Andalkan Set-Piece Dicap dari Era Dinosaurus

Rifqi Ardita Widianto - Sepakbola
Kamis, 30 Okt 2025 09:00 WIB
STOKE ON TRENT, ENGLAND - AUGUST 26: Tony Pulis (R) the Stoke City manager looks on with Arsene Wenger, the Arsenal manager during the Barclays Premier League match between Stoke City and Arsenal at the Britannia Stadium on August 26, 2012 in Stoke on Trent, England.  (Photo by David Rogers/Getty Images)
Tony Pulis, mantan manajer Stoke City yang dikenal dengan taktik set-piece-nya. (Foto: David Rogers/Getty Images)
Jakarta -

Klub-klub Premier League mulai lebih fokus ke pemanfaatan set-piece. Manajer ikonik Premier League Tony Pulis menyinggung bagaimana dulu hal itu dicibir.

Pemanfaatan situasi set-piece kini lebih jamak di Liga Inggris. 19% gol di Liga Inggris musim ini diketahui tercipta dari korner, naik hampir lima persen dari rata-rata sebelumnya.

Lemparan ke dalam juga kini jadi senjata 'baru'. Opta mencatat ada kenaikan signifikan dalam penggunaan lemparan ke dalam panjang, dari musim lalu sebesar 1,52 menjadi 3,44 di musim ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Soal pemanfaatan set-piece, Arsenal bisa menjadi contoh nyata. Di luar penalti, The Gunners sudah bikin sembilan gol dari situasi tersebut musim ini, yang mana lebih dari separuh total gol mereka (16).

ADVERTISEMENT

Ini semacam menghadirkan kembali memori akan Stoke City-nya Tony Pulis, yang dahulu dikenali dari kebiasaan memanfaatkan bola-bola mati dan lemparan ke dalam. Bahkan lemparan ke dalam Stoke kala itu sampai melambungkan nama Rory Delap sebagai spesialis lemparan jauh.

Statistik mengungkap bahwa di bawah Pulis, Stoke City mencetak 43,1 persen golnya dari situasi set-piece (81 dari 188 gol). Hanya saja kala itu taktik Tony Pulis dianggap terlalu pragmatis, kuno, dan tidak keren.

Selain mengandalkan set-piece, Pulis memang menyusun timnya untuk bermain direct: bermain amat defensif dan mengirim bola-bola panjang ke depan.

"Saya dulu dilihat sebagai dinosaurus karena fokus ke situasi bola mati dan lemparan ke dalam dengan Stoke City, ketika kami promosi ke Premier League di 2008. Tapi saya tak akan bilang bahwa saya merasa dibenarkan dengan cara dua hal itu menjadi tren sekarang, sebab dulu saya sudah tahu betapa pentingnya itu semua," tulis Pulis dalam kolom di BBC.

"Tugas saya, di klub manapun, adalah mendapatkan hasil. Ya, saya memang pragmatis, tapi saya juga punya tujuan. Saya bekerja berdasarkan keyakinan dasar untuk efektif demi memenangkan klub saya di pertandingan."

"Area-area terpenting di lapangan adalah di kedua ujung, bukan di tengah. Bagaimanapun caranya, Anda harus mengeluarkan bola dari ujung yang satu dan memasukkannya ke gawang di ujung lainnya."

"Set-play ofensif, dan juga yang defensif, menjadi lebih umum musim ini, dengan Arsenal-nya Mikel Arteta memimpin, tapi ini bukan konsep baru kok. Jauh sebelum era Arteta, ada pelatih dan manajer muda yang sadar banget dengan keuntungan dari sana, yang dinikmati klub-klub masa kini."




(raw/pur)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads