Terry merasa remuk redam karena membuyarkan peluang timnya menang dalam adu penalti. Kalau saja tendangannya tidak melenceng dan masuk gawang, saat itu juga Chelsea keluar sebagai pemenang dan menjuarai turnamen Eropa tersebut.
Namun kesialan menyergap dia di Luzhniki Stadium hari Rabu lalu. Beberapa saat sebelum kakinya menyentuh bola, ia terpeleset sehingga terjatuh dan tembakannya keluar dari target. Ditambah Nicolas Anelka yang juga gagal sebagai algojo ketujuh, Chelsea akhirnya kalah 6-5, setelah bermain sama kuat 1-1 selama 120 menit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak terjadi, saya terus terkenang momen itu setiap menit," sambungnya. "Saya hanya tidur beberapa jam dan terbangun setiap kali berharap itu semua adalah mimpi buruk."
Diungkapkan Terry, dirinya menyadari bahwa ia menanggung beban harus mencetak gol dari tendangan penaltinya itu. Jika masuk, maka Chelsea akan memang.
"Tapi yang terjadi kemudian akan menghantuiku seumur hidup. Saya menontonnya lagi di televisi. Anda lihat saya terpeleset dan saya masih tak bisa mempercayainya," tukasnya seperti dikutip Reuters. "Saya merasa telah membuat semua orang merana, dan ini yang paling melukai hatiku."
"Saya tidak malu karena menangis. Ini adalah sebuah trofi yang saya coba menangi dengan sangat keras musim demi musim. (Tangisan saya) hanya sebuah reaksi yang tak terkontrol. Saya menyandang jiwaku di lengan bajuku dan semua orang tahu itu," pungkas sang kapten.
(a2s/ian)











































