Lagi, Mourinho-Ancelotti 'Berbalas Pantun'

Lagi, Mourinho-Ancelotti 'Berbalas Pantun'

- Sepakbola
Minggu, 15 Feb 2009 08:50 WIB
Milan - Komentar balas komentar, kritik balas kritik. Pelatih dua klub kota Milan, Carlo Ancelotti dan Jose Mourinho, kembali "berbalas pantun". Yang terakhir membuat sindiran adalah Mourinho.

Perang urat syarat di antara mulai mereka terjadi di awal musim. Setelah Mourinho berlabuh di Negeri Pizza, ia pun bereaksi pada komentar lawas Ancelotti yang meragukan dirinya bakal menukangi Milan. Alasannya, rekam jejak Mourinho sebagai pemain tidak keren.

Mourinho menjawab dengan satir, seperti khas dirinya. Salah satu cukilan ucapannya pun menjadi terkenal. "Dokter gigi saya hebat, tapi dia tak pernah sakit gigi."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tahun ini Ancelotti sedikitnya dua kali "menyerang" Mourinho. Pertama, ia menganggap pria Portugal itu tak punya rasa hormat ketika menyebut wasit Italia "takut". Lalu, ia juga secara tidak langsung mengecam kebiasaan Mourinho yang tak sungkan-sungkan mengkritik para pemainnya jika bermain buruk.

Nah, menjelang pertemuan mereka di lapangan hari Minggu (15/2/2009) malam, Mourinho memberi "pantun" balasan terakhirnya buat Don Carletto. Dia mengawalinya dengan "Saya tidak punya komentar untuk kritik-kritik dari Ancelotti."

Setelah itu ia melanjutkan:

"Setiap pelatih punya cara masing-masing dalam bekerja. Saya tak mau membuang waktu dengan mengkritisi metode kepelatihan Ancelotti. Bila dia membuang-buang waktu dengan mengkritik saya, itu urusan dia," tambah eks pembesut Chelsea ini.

Mourinho mencoba berimbang dengan mengatakan bahwa dia menaruh respek pada mantan gelandang timnas Italia itu.

"Saya menghormati prestasi Ancelotti. Tapi dia adalah dia dan saya adalah saya. Dia mungkin lebih baik dari saya dalam beberapa hal. Namun kami berdua tetaplah manajer yang memiliki kapasitas," ujar Mourinho.

Terakhir, ujung-ujungnya ada saja hal yang tak lupa "disisipkan" Mourinho, yang boleh jadi akan sedikit memerahkan pipi atau kuping yang dikomentarinya.

"Saya heran kenapa Milan lebih sering menang di Eropa dan Inter lebih sering menang di Italia. Yang saya ketahui, tim terbaik di sebuah negara akan menjadi juara liga domestik. Sementara, juara Liga Champions tidak selalu tim terbaik di negara tersebut," pungkasnya.

(a2s/a2s)

Hide Ads