Bukan sekadar mengecewakan, capaian Milan di delapan laga Seri A dan tiga pertandingan Liga Champions sah saja jika disebut memalukan. Lihatlah lima kekalahan di kompetisi domestik, yang membuat runner up Seri A musim lalu itu kini punya poin yang sama dengan Bologna, sebagai tim teratas di zona degradasi.
Kondisi tak jauh berbeda terjadi di kompetisi Eropa. Milan yang disebut-sebut punya DNA Liga Champions tampil tanpa taji saat menjamu Anderlecth dalam laga yang berkesudahan 0-0. Kemenangan kemudian didapat dalam lawatan ke Zenit St. Petersburg, namun kekalahan 0-1 atas Malaga dinihari tadi adalah penegasan terhadap kondisi klub tersebut saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tak lagi punya super star, tapi sejatinya skuat Milan masih punya bintang. Antonio Nocerino, Riccardo Montolivo dan Stephan El Shaarawy adalah anggota timnas Italia. Selain itu ada juga Nigel de Jong, Kevin Prince Boateng, Giampaolo Pazzini, Bojan Krkic hingga Alexandre Pato dan Robinho.
Deretan nama tersebut jelas membuat Milan punya komposisi skuat yang jauh lebih menteren dibanding, misalnya, Catania yang kini duduk di posisi tujuh atau Sampdoria yang menempati tangga ke delapan dengan statusnya sebagai tim promosi.
Maka, pertanyaan pun terarah ke Allegri.
Milanisti jelas masih ingat bagaimana dua tahun lalu pelatih kelahiran Livorno itu mengantar Nesta dkk menjuarai Seri A, dan berlanjut dengan duduk di posisi runner up musim berikutnya. Sebelumnya bersama Cagliari, pria 45 tahun itu juga mengecap sukses besar, yang membuatnya mengalahkan Jose Mourinho sebagai pelatih terbaik Seri A. Allegri adalah salah satu pelatih terbaik yang ada di Italia, setidaknya sampai akhir musim lalu.
Jika Allegri dibuat kelimpungan dengan perubahan besar yang terjadi di skuatnya, hal tersebut bisa dipahami. Tapi setelah delapan pekan Seri A berjalan dan Milan tak kunjung menunjukkan grafik membaik, maka seruan untuk Allegri mundur tak salah jika mulai terdengar. Waktunya untuk beradaptasi dengan skuat yang ada sudah habis.
Penilaian terburuk terhadap Allegri adalah ketidakmampuan dia memotivasi pemainnya yang terus dan terus terpuruk. Mental Milan disebut sebagai hal pertama yang harus diperbaiki. Kepercayaan diri Christian Abbiati dkk tergerus setelah ditinggal banyak pemain penting dalam satu periode transfer.
Hal tersebut kemudian diperburuk dengan eksperimen-eksperimen pada beberapa pertandingan, yang ternyata berakhir buruk. Dinihari tadi di kandang Malaga misalnya, keputusan memasang Kevin Constant ketimbang Nocerino atau Boateng jadi perdebatan. Constant tak punya cukup jam terbang untuk diturunkan dalam laga sekelas Liga Champions.
Dengan semua kenyataan tersebut, posisi Allegri hingga kini ternyata masih aman. Dalam pernyataannya usai laga dengan Malaga, Adriano Galliani menyebut kalau Milan masih memberikan dukungan pada sang pelatih. Itu adalah untuk kali kesekian wakil presiden Milan itu menegaskan posisi Allegri, di tengah ramainya kabar kalau dirinya bakal dipecat.
Tapi benarkah Allegri aman? Beberapa media Italia menyebut kalau Silvio Berlusconi sudah jengah dengan rangkaian hasil buruk yang didapat klubnya. Pemilik Milan itu malah sudah menjatuhkan vonis untuk memberhentikan Allegri, namun menyerahkan keputusan final pada Galliani.
Menunda pemecatan Allegri kabarnya dilakukan Galliani demi memberi waktu tambahan pada Allegri untuk bisa membangkitkan tim, mengingat dua musim sebelumnya dia memang sukses menukangi Diavolo Rosso. Tapi sampai kapan? Tidak ada yang tahu.
Kabar lain yang muncul menyebut kalau petinggi Milan masih mencari sosok pelatih yang tepat untuk mengisi kursi milik Allegri. Frank Rijkaard dan Marco Van Basten adalah segelintir nama yang muncul, meski keduanya kini masih terikat kontrak. Selain itu sempat juga tersiar kalau Galliani tengah melakukan pendekatan pada Josep Guardiola.
Sekelompok fans Milan beberapa waktu lalu meminta manajemen klub mempromosikan Filippo Inzaghi, yang kini melatih tim belia Milan. Pippo, sayangnya, masih butuh waktu lebih lama karena baru di musim ini dia menjabat pelatih. Pilihan terdekat, dan mungkin terbaik, buat Milan adalah memajukan Mauro Tassotti.
Pria 52 tahun itu tahu luar dalam soal kekuatan dan juga tradisi Milan. Dia pernah pelatih tim muda Rossoneri dari tahun 1997 sampai 2001. Dan sejak itu setia menjabat posisi asisten pelatih. Toh, Tassotti berhasil mempersembahkan kemenangan buat Milan atas Cagliari di Seri A, di mana ketika itu Allegri terpaksa menonton dari tribun karena dapat hukuman satu laga. Itu adalah salah satu dari dua kemenangan yang sudah diraih Milan di Seri A musim ini.
(din/mrp)











































