Dalam buku otobiografi tersebut, Icardi menceritakan bagaimana setelah Inter dikalahkan Sassuolo 1-3 pada 2015, dia mendatangi fans dan mengajak mereka bicara. Icardi kemudian menceritakan bagaimana ia dianggap pahlawan di kalangan rekan-rekan setimnya berkat tindakannya itu.
Mengetahui penuturan tersebut, ultras Curva Nord Inter berang. Mereka tidak terima seolah-olah dijadikan tokoh antagonis dan pengancam dalam penuturan Icardi. Dengan lantang, mereka menyebut Icardi sudah habis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami betul-betul terkejut. Buku itu konyol dan terkait insiden tersebut, yang ada hanyalah kebohongan."
"Yang kami minta hanyalah kejujuran dan kerja keras, sementara dia malah menggambarkan kami sebagai para pengancam, jelas ada yang salah di kepalanya. Orang sepertinya tidak pantas mengemban ban kapten."
Icardi pun memberikan balasan. Dia meminta maaf dan mengatakan, apa yang ditulis di buku otobiografinya itu hanyalah untuk menggambarkan panasnya suasana hatinya ketika itu, bukan saat ini.
"Dear Curva Nord, saya juga sama terkejutnya dan kecewanya," tulis Icardi seperti dilansir Football Italia.
"Saya terkejut karena saya hanya menunjukkan fakta bahwa saya lepas kendali pada situasi yang sedang panas, ditambah adrenalin pertandingan saat itu, juga masa-masa buruk yang tengah dilalui tim."
"Saya hanya ingin menyimpulkan atmosfer dari insiden waktu itu. Betul bahwa saya melebih-lebihkan beberapa frase dalam tulisan tersebut," kata Icardi.
Lebih lanjut lagi, Icardi mengaku bangga bisa mengenakan ban kapten. Selain itu, dia juga mengatakan bahwa para pendukung Inter selalu ada di hatinya.
"Ban kapten adalah perwujudan mimpi masa kecil saya. Kebahagiaan yang mewakili keluarga saya dan juga saya sendiri."
"Kalian semualah (para suporter) yang saya cari tiap kali saya mencetak gol. Pelukan kalianlah yang saya cari, sebab saya mencintai Inter," kata striker asal Argentina ini.
(roz/roz)