Liga Italia direncanakan akan kembali dimulai pada bulan Juni. Namun sejumlah tantangan mulai menghantui para pemain.
Negeri pizza itu masih memberlakukan lockdown hingga 3 Mei mendatang karena pandemi virus corona. Klub-klub sepakbola pun masih dilarang berlatih di ruang terbuka.
Namun dengan jumlah kasus maupun angka kematian yang mulai menurun setiap harinya, muncul optimisme bahwa status lockdown akan dicabut pada 4 Mei. Dengan demikian, klub-klub mulai bisa berlatih kembali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika prediksi ini berjalan lancar, maka ditargetkan Serie A sudah bisa kembali bergulir setidaknya di akhir Mei, kemudian dilanjutkan sampai bulan Juli. Di fase ini, para pemain sudah harus bersiap-siap lagi untuk memulihkan kondisi karena sudah tak bermain sejak awal Maret lalu.
Baca juga: 'Semoga Serie A Bisa Start Lagi Bulan Juni' |
Meski begitu, memulai kembali kompetisi bukanlah hal mudah. Dari sudut pandang pemain, tantangannya cukup besar.
Agar tidak mengganggu jadwal musim depan, bisa saja sisa jadwal Liga Italia musim ini diperketat. Dengan masing-masing klub masih menyisakan 12-13 laga, maka situasi ini dapat menimbulkan risiko kelelahan bagi pemain.
Belum lagi jika mempertimbangkan kondisi lain, seperti temperatur di Italia pada musim panas hingga godaan para pemain untuk melanggar aturan diet hanya karena bosan di rumah saja.
"Akan sangat sulit untuk kembali ke lapangan setelah dua bulan tanpa pertandingan," ujar kapten Atalanta, Alejandro Gomez, dikutip Football Italia.
"Apalagi jika mulai bermain di bulan Juni dan Juli, kondisinya juga sulit. Kami tak terbiasa bermain dengan suhu sepanas itu. Saat musim panas, suhu di Italia bisa mencapai sekitar 30 derajat."
"Lalu atlet juga harus merawat diri sendiri, menjaga pola makan. Tapi tertahan di rumah sepanjang waktu, godaan untuk melihat isi kulkas pun muncul setiap 10 menit," lanjut pemain asal Argentina itu.
Hingga Minggu (12/4/2020) WIB, sudah lebih dari 152 ribu kasus virus corona terjadi di Italia. Lebih dari 19.400 orang tak tertolong, tapi 32.500 di antaranya sudah sembuh.
(adp/nds)