Claudio Ranieri membandingkan pengalamannya melatih Parma dan Leicester City. Menurutnya lebih sulit menangani Parma ketimbang membawa The Foxes juara liga.
Ranieri sudah banyak menangani tim-tim besar di Eropa. Mulai dari Fiorentina, Valencia, Atletico Madrid, Chelsea, Parma, Juventus, Roma, Leicester, hingga kini melatih Sampdoria.
Salah satu pencapaian terbaiknya yakni kala membawa Leicester meraih titel kampiun Premier League 2016. Ia berhasil membawa tim dengan pemain-pemain non-bintang saat itu menuju tangga juara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prestasi tersebut terbilang luar biasa karena The Foxes kala itu bukan menjadi tim favorit juara. Namun, Leicester berhasil unggul dari tim-tim raksasa semisal Manchester City dan Liverpool.
Kendati demikian, Ranieri mengungkapkan jika menangani Leicester tak sesulit dengan pengalamannya kala menjadi juru taktik Parma di tahun 2007. Kala itu, ia diminta klub untuk tidak terdegradasi dari Serie A.
"Istri saya meyakinkan saya untuk mengambil pekerjaan tersebut. Itu adalah tim yang mau selamat dari jurang degradasi dan pada akhirnya tugas tersebut lebih berat ketimbang memenangkan Liga Premier bersama Leicester City," kata Ranieri, dikutip dari Football Italia.
"Saya tiba di Parma pada pertengahan Februari 2007, dilemparkan langsung tanpa teman atau ujian, tetapi para pemainnya luar biasa dan melakukan semua yang saya minta. Saya akan selalu mengingat para penggemar Parma," ujarnya.
Parma yang diasuhnya pun berhasil selamat dari degradasi setelah menempati urutan ke-12 di akhir musim. Namun, ia tidak bertahan di sana dan melanjutkan karier ke Juventus di musim panas selanjutnya.
(bay/aff)