Kesetiaan Totti kepada Roma Sempat Diuji Tawaran Madrid

Kesetiaan Totti kepada Roma Sempat Diuji Tawaran Madrid

Putra Rusdi K - Sepakbola
Jumat, 24 Apr 2020 05:45 WIB
ROME, ITALY - MAY 28:  Francesco Totti greets the fans after his last match during the Serie A match between AS Roma and Genoa CFC at Stadio Olimpico on May 28, 2017 in Rome, Italy.  (Photo by Paolo Bruno/Getty Images)
Francesco Totti mengaku hampir pindah ke Real Madrid pada 2004/2005 (Foto: Paolo Bruno/Getty Images)
Roma -

Francesco Totti mengaku sempat hampir hengkang dari AS Roma ke Real Madrid. Namun, ia memutuskan bertahan di Ibukota Italia karena satu sosok, siapakah dia?

Kesetiaan Totti kepada Roma tak perlu diragukan lagi. Sepanjang kariernya, Il Lupi menjadi satu-satunya klub yang dibela Totti.

Ia berlaga bersama Roma selama 25 dari 1992 hingga pensiun di tahun 2017. Pria yang kini berusia 43 tahun ini mengemas 785 penampilan bersama Serigala Ibukota dengan 307 gol.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak salah rasanya jika julukan pengeran Roma melekat kepada Totti. Namun di balik itu semua, Totti ternyata pernah sempat berhasrat untuk meninggalkan Olimpico.

Tawaran Madrid di musim 2004/2005 nyaris membuatnya menanggalkan seragam Roma. Totti mengaku ingin hengkang karena timnya seret prestasi usai merengkuh Scudetto 2000/2001. Gelar tersebut juga merupakan satu-satunya trofi juara liga yang dipersembahkan Totti untuk Roma.

ADVERTISEMENT

Sementara, Madrid saat itu menjadi tim yang begitu menjanjikan dengan skuat Los Galacticos-nya. Zinedine Zidane, Luis Figo, Ronaldo, David Beckham, hingga Michael Owen berada satu tim membela panji Los Blancos.

Di tengah persimpangan karier ini, Totti akhirnya tetap bertahan di Roma berkat sosok Franco Sensi. Sensi merupakan mantan Presiden Roma yang sudah dianggap Ayah oleh Totti.

"Saya benar-benar berada di ambang kependahan ke Real Madrid pada 2004-05. Saya di proses akhir dari transfer itu, praktis semuanya sudah selesai," tutur Totti dalam Instagram Live dikutip dari Football Italia.

"Saya ingin menang. Kami memenangkan satu Scudetto dan kemudian gagal dua musim berturut-turut sesudahnya. Perkembangan kami sangat lambat."

"Saat itu, saya seperti ingin membeli gelar juara dan mendatangkan pelatih baru. Saya melihat banyak masalah di tim saat itu. Namun, Franco Sensi sudah bagaikan ayah bagi saya. Saya akan memberikan segalanya yang saya bisa untuknya," jelasnya.




(pur/mrp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads