Tangan dingin Thiago Motta mampu membawa Bologna mentas di Liga Champions musim depan. Gaya main Motta yang mengandalkan penguasaan bola melambungkan Rossoblu.
Bologna berhasil mengamankan tiket ke Liga Champions musim depan. Rossoblu saat ini berada di peringkat ketiga Serie A dengan 67 poin. Torehan angka mereka sudah tak mungkin terkejar oleh AS Roma yang meraih 60 angka di urutan kelima dengan dua laga tersisa.
Keberhasilan Bologna tampil di Liga Champions musim depan begitu bersejarah. Pasalnya ini merupakan kali pertama Bologna mentas di kompetisi Eropa dalam 60 tahun terakhir sejak terakhir kali pada 1964.
Sosok kunci di balik torehan bersejarah Bologna ini adalah sang juru taktik, Thiago Motta. Motta mampu menyulap Bologna yang semenjana menjadi tim yang menghibur dengan penampilan menyerang.
Motta merapat ke Renato dal'Arra pada pertengahan musim 2022/2023 mengisi posisi dari mendiang Sinisa Mihajlovic yang mengalami masalah kesehatan. Bologna terus menunjukkan peningkatan di bawah asuhan Motta.
Pelatih berpaspor Italia memainkan pola menyerang dengan melakukan build-up dari belakang. Hal ini bisa dilakukan dengan baik secara kolektif oleh pemain Bologna.
Dikutip dari WhoScored, Bologna menjadi tim dengan rataan penguasaan bola tertinggi kedua di Serie A dengan 57,8 persen. Mereka hanya kalah dari Napoli dengan 61,6 persen.
Mereka juga bermain agresif merebut bola saat kehilangan penguasaan bola. Bologna menjadi tim dengan rataan tekel tertinggi di Serie A.
Bologna memang tak terlalu tajam di lini depan dengan baru bikin 51 gol. Namun, gaya main mendominasi penguasaan bola yang dikembangkan Motta bikin Bologna minim kebobolan. Mereka baru kebobolan 27 gol terbaik kedua di Serie A setelah Inter Milan yang cuma 19 kali kebobolan.
Motta juga mampu mengorbitkan sejumlah nama pemain muda. Riccardo Calafiori (21 tahun) dan Joshua Zirkzee (22 tahun) jadi dua nama pemain muda yang melejit bersama Motta.
Simak Video "Video Motta: Yang Terbaik untuk Fans dan Juventus di Masa Depan"
(pur/aff)