Madrid tak bertaji di tiga kompetisi musim ini, LaLiga, Copa del Rey, dan Liga Champions. Copa del Rey sudah lepas di semifinal, sementara Liga Champions terlepas di babak 16 besar.
Di LaLiga, Madrid ada di posisi tiga dan secara matematis masih bisa mengejar Barcelona di puncak klasemen. Tapi persoalan konsistensi membuat kans itu secara realistis sulit sekali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Madrid Tak Akan Buru-Buru Rekrut Mbappe |
Dengan 57 poin dari 30 pekan, Madrid tertinggal 13 poin dari Barcelona dengan delapan pekan tersisa. Artinya masih ada 24 poin untuk diperjuangkan.
Hanya saja Barcelona amat jarang benar-benar kehilangan poin, dengan sejauh ini baru kalah dua kali. Sementara Madrid malah sudah menelan sembilan kekalahan, termasuk yang teranyar saat ditumbangkan 1-2 oleh Valencia di Mestalla, Kamis (4/4/2019) kemarin.
Satu-satunya yang bisa menghibur Madrid dan fans adalah gelar Piala Dunia Antarklub.
Guti yang lahir dari akademi Madrid dan tampil di 542 laga bersama tim utama percaya ini cuma siklus saja. Ia sudah pernah mengalaminya sebagai pemain.
Misalnya pada kurun 2003-2006 silam, Madrid hanya memenangi satu titel Piala Super Spanyol. Periode sulit itu kembali pada 2008-2011, di mana mereka 'hanya' menjuarai Piala Super Spanyol dan Copa del Rey.
"Sebagai Madridista, saya sudah mengalami itu seperti mereka. Ini musim yang rumit, setelah beberapa tahun indah yang kami jalani di Eropa," ujar Guti dilansir Marca.
"Ini adalah siklus dan mereka pasti terjadi. Saya rasa sudah ada pemain-pemain dan orang lain di dalam klub yang mengatakannya secara jelas, dan ini adalah sesuatu yang memang bisa terjadi."
"Saya awalnya tak tahu apakah akan terjadi musim ini atau musim berikutnya. Tapi itu terjadi pada tahun ini dan sekarang kami mesti mencoba tetap tenang dan mencari solusi-solusi terbaik," imbuh pria yang kini menjabat sebagai asisten pelatih Besiktas ini. (raw/nds)