Piala Super Spanyol dan Dugaan Sportswashing Arab Saudi

Piala Super Spanyol dan Dugaan Sportswashing Arab Saudi

Yanu Arifin - Sepakbola
Sabtu, 11 Jan 2020 22:12 WIB
Pertandingan Piala Super Spanyol antara Barcelona vs Atletico Madrid di Arab Saudi. (Foto: Hassan Ammar/AP Photo)
Sportswashing

Apa yang dilakukan Arab Saudi diduga bentuk Sportswashing, atau menutup-nutupi kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia lewat ajang olahraga. Hal yang juga sempat diduga dilakukan oleh Azerbaijan, ketika menjadi tuan rumah final Liga Europa 2018/2019.

Atas hal itu, kecaman menggelar Piala Super Spanyol di Arab cukup masif. Stasiun televisi Spanyol, TVE, bahkan memboikot sebagai bentuk protesnya.

Media-media Spanyol juga mengecam gelaran Piala Super Spanyol, dan mengklaim tidak banyak penonton yang datang. Surat kabar El Mundo bahkan mengklaim, cuma 1.076 tiket terjual dari alokasi 12 ribu tiket.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan presiden LaLiga, Javier Tebas, menilai keputusan ini tidak tepat. Ia juga tidak setuju Piala Super Spanyol digelar di Arab, saat kasus pelanggaran HAM masih terus terjadi.

Namun, Piala Super Spanyol pada akhirnya tetap digelar di Arab Saudi. Pelatih Barcelona, Ernesto Valverde, menilai ini cuma kepentingan bisnis. Barcelona sendiri menilai tidak mau dikaitkan dengan masalah ini, seraya menegaskan tetap menjunjung tinggi HAM.


"Kami bukan yang mengatur kompetisi, ini diselenggarakan Federasi Sepakbola Spanyol. Kami finalis Copa del Rey dan pemenang Liga Spanyol, jadi kami harus berpartisipasi bersama dengan tiga tim lainnya. Kami sadar telah terjadi insiden sebelumnya," kata pejabat Barcelona kepada CNN.

Felix Jakens, Kepala Kampanye Amnesty International Inggris mengatakan kepada AFP beberapa waktu lalu, berharap ada pemain top yang mau bersuara soal pelanggaran Arab Saudi lewat sepakbola. Ia berharap sosok seperti Lionel Messi bisa membuka mata khalayak banyak soal apa yang terjadi di Arab Saudi.

"Meskipun pemerintah Saudi lebih memilih dunia untuk fokus pada kemewahan dan kemewahan acara prestisius seperti Barcelona melawan Atletico, efek Sportswash dapat dilawan jika figur berpengaruh siap untuk menghadapi situasi hak asasi manusia," ujar Jakens.

"Jika seorang pemain seperti Lionel Messi mengatakan sesuatu tentang pemenjaraan yang keterlaluan pada aktivis hak-hak perempuan Saudi Loujain al-Hathloul, misalnya, ini akan menjadi pengingat penting bagi pemerintah Saudi bahwa tindakan keras mereka yang mengerikan tidak akan tidak diperhatikan," serunya.


(yna/fem)

Hide Ads