Barcelona mengaudit keuangan klub yang amburadul gara-gara pandemi virus corona. Dari situ terkuat fakta bahwa Neymar ternyata "ngutang" 10 juta euro. Kok bisa?
Barcelona memang jadi salah satu klub yang terdampak keuangannya gara-gara pandemi ini. Mereka tak bisa mendapat pemasukkan dari tiket pertandingan karena penonton masih belum diperbolehkan datang ke stadion.
Selain itu, penjualan merchandise klub juga terhambat karena store resmi mereka ikutan tutup. Imbasnya para pemain harus mengalami pemotongan gaji sejak pandemi lalu sebesar 70 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan ketika musim 2020/2021, para pemain juga dipotong lagi sekitar 20 persen. Nah, Barcelona juga bisa divonis bangkrut Januari nanti, andaikan tidak mampu memangkas pengeluaran gaji pemain hingga 196 juta euro.
Nah, maka dari itu, manajemen interim Barcelona saat ini fokus mengaudit keuangan klub. Salah satu hasil audit adalah diketahui Barcelona ternyata lebih bayar saat menggaji Neymar.
Saat Neymar memperkuat klub sedari 2013 hingga 2017, perhitungan pajak pemain Brasil itu salah dan nominalnya mencapai 10 juta euro atau sekitar Rp 166 miliar.
Jumlah itu terbilang besar jika melihat kondisi keuangan Barcelona saat ini. Oleh karenanya dikutip Football-Espana, Barcelona meminta Neymar mengembalikan uang tersebut.
Kabar ini bisa jadi makin memperuncing perseteruan Barcelona dan Neymar. Sebab Juni lalu, Barcelona memenangi kasus di pengadilan terkait sengketa kontrak Neymar.
Barcelona diminta Neymar tetap membayar uang pengabdian sebesar 6,7 juta euro atau sekitar Rp 111 miliar, tapi akhirnya tidak jadi. Selain itu, Neymar kabarnya juga masih berutang pajak kepada Spanyol sebesar 34 juta euro (Rp 565 miliar).
Departemen Keuangan Spanyol telah mempublikasikan utang Neymar pada 31 Desember 2019, lalu dibeberkan lagi pada 30 September lalu.