Dijerat Utang, Barca Enggan Jual Idealisme

Dijerat Utang, Barca Enggan Jual Idealisme

Bayu Baskoro - Sepakbola
Kamis, 09 Jun 2022 19:40 WIB
BARCELONA, SPAIN - AUGUST 07:  The logo of the FC Barcelonas main global partner, Japanese e-commerce company Rakuten, is seen in the stands of the Camp Nou stadium ahead of the Joan Gamper Trophy match between FC Barcelona and Chapecoense at Camp Nou stadium on August 7, 2017 in Barcelona, Spain.  (Photo by Alex Caparros/Getty Images)
Barcelona enggan menjual idealisme di tengah jeratan utang. (Foto: Getty Images/Alex Caparros)
Barcelona -

Barcelona berusaha mempertahankan idealisme klub di tengah jeratan utang yang menggila. Los Cules ogah "jual diri" ke pemilik modal atau sultan Timur Tengah.

Barcelona terbelit utang 1,45 miliar euro (Rp 21,8 triliun) akibat krisis selama pandemi COVID-19. Klub asal Catalunya itu pun mengencangkan ikat pinggang demi bisa bertahan di tengah situasi sulit.

Sejumlah kebijakan terpaksa diambil Barcelona dalam rangka penghematan. Mulai dari restrukturisasi utang, pembatasan dana transfer, hingga pemotongan gaji pemain.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di satu sisi, sejumlah pihak menawarkan solusi agar Barcelona bisa melunasi utang-utangnya. Salah satunya yakni dengan menjual klub kepada pemilik modal kaya raya, atau para sultan Timur Tengah.

Praktik akuisisi klub oleh miliyuner dari berbagai negara merupakan hal yang jamak dalam sepakbola Eropa. Misalnya saja Roman Abramovich yang membeli Chelsea pada awal 2000-an, hingga akuisisi Manchester City oleh Sheikh Mansour.

ADVERTISEMENT
AL AIN, UNITED ARAB EMIRATES - MAY 15:  Manchester City owner Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan are pictured  during the friendly match between Al Ain and Manchester City at Hazza bin Zayed Stadium on May 15, 2014 in Al Ain, United Arab Emirates.  (Photo by Francois Nel/Getty Images)Sheikh Mansour mengakuisisi Man City dan mengubahnya menjadi raksasa Inggris. (Foto: Getty Images/Francois Nel)

Presiden Barcelona, Joan Laporta, menolak ide penjualan klub kepada para pemilik modal atau sultan Timur Tengah. Dia bersikeras mempertahankan sistem kepemilikan bersama melalui socios.

Ya, Barcelona menjadi salah satu klub Spanyol yang menjalankan model kepemimpinan kolektif lewat socios atau dewan anggota. Socios berhak menentukan keputusan klub, termasuk pemilihan presiden yang digelar 4-6 tahun sekali.

Alih-alih menjual klub kepada perseorangan, Laporta menyiapkan dua 'tuas' ekonomi untuk mengatasi masalah finansial. Kedua solusi itu yakni penjualan lisensi dan merchandise Barcelona (BLM), serta penyerahan hak siar televisi kepada investor hingga 25 persen.

"Kami menginginkan Barca yang kuat yang dapat bersaing dengan klub-klub kepemilikan negara atau klub milik jutawan yang menyuntikkan uang yang tidak berasal dari sepakbola," kata Laporta dalam rapat dengan Senat Barcelona, dilansir dari Marca.

"Barca kuat setelah satu tahun, saya dapat meyakinkan Anda bahwa entitas itu hidup. Barca memiliki kekuatan yang sangat besar untuk menarik uang dan dengan demikian mempertahankan model tata kelola kita," sambungnya.

"Jika mereka mengizinkan kita untuk mengaktifkan dua tuas ini, itu akan memberi kita ketenangan pikiran secara ekonomi," Joan Laporta mengungkapkan.

(bay/mrp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads