Barcelona berusaha mempertahankan idealisme klub di tengah jeratan utang yang menggila. Los Cules ogah "jual diri" ke pemilik modal atau sultan Timur Tengah.
Barcelona terbelit utang 1,45 miliar euro (Rp 21,8 triliun) akibat krisis selama pandemi COVID-19. Klub asal Catalunya itu pun mengencangkan ikat pinggang demi bisa bertahan di tengah situasi sulit.
Sejumlah kebijakan terpaksa diambil Barcelona dalam rangka penghematan. Mulai dari restrukturisasi utang, pembatasan dana transfer, hingga pemotongan gaji pemain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Joan Laporta: Barcelona Sekarat! |
Di satu sisi, sejumlah pihak menawarkan solusi agar Barcelona bisa melunasi utang-utangnya. Salah satunya yakni dengan menjual klub kepada pemilik modal kaya raya, atau para sultan Timur Tengah.
Praktik akuisisi klub oleh miliyuner dari berbagai negara merupakan hal yang jamak dalam sepakbola Eropa. Misalnya saja Roman Abramovich yang membeli Chelsea pada awal 2000-an, hingga akuisisi Manchester City oleh Sheikh Mansour.
![]() |
Presiden Barcelona, Joan Laporta, menolak ide penjualan klub kepada para pemilik modal atau sultan Timur Tengah. Dia bersikeras mempertahankan sistem kepemilikan bersama melalui socios.
Ya, Barcelona menjadi salah satu klub Spanyol yang menjalankan model kepemimpinan kolektif lewat socios atau dewan anggota. Socios berhak menentukan keputusan klub, termasuk pemilihan presiden yang digelar 4-6 tahun sekali.
Alih-alih menjual klub kepada perseorangan, Laporta menyiapkan dua 'tuas' ekonomi untuk mengatasi masalah finansial. Kedua solusi itu yakni penjualan lisensi dan merchandise Barcelona (BLM), serta penyerahan hak siar televisi kepada investor hingga 25 persen.
"Kami menginginkan Barca yang kuat yang dapat bersaing dengan klub-klub kepemilikan negara atau klub milik jutawan yang menyuntikkan uang yang tidak berasal dari sepakbola," kata Laporta dalam rapat dengan Senat Barcelona, dilansir dari Marca.
"Barca kuat setelah satu tahun, saya dapat meyakinkan Anda bahwa entitas itu hidup. Barca memiliki kekuatan yang sangat besar untuk menarik uang dan dengan demikian mempertahankan model tata kelola kita," sambungnya.
"Jika mereka mengizinkan kita untuk mengaktifkan dua tuas ini, itu akan memberi kita ketenangan pikiran secara ekonomi," Joan Laporta mengungkapkan.