Charlie Austin: Antara Penyerang Inggris Paling Subur dan Kisah 'Roy of The Rovers'

Charlie Austin: Antara Penyerang Inggris Paling Subur dan Kisah 'Roy of The Rovers'

- Sepakbola
Minggu, 21 Des 2014 13:14 WIB
Getty Images/Scott Heavey
London -

Siapakah pemain Inggris paling subur saat ini? Bukan Wayne Rooney, bukan pula Raheem Sterling, Saido Berahino, ataupun Danny Welbeck, jawabannya adalah Charlie Austin.

Semenjak didatangkan Queens Park Rangers dari Burnley pada awal musim 2013/2014, Austin membuktikan bahwa dia layak diandalkan di lini depan. Sejak musim lalu, Austin sudah bermain 46 kali di liga (baik Championship maupun Premier League) dan mencetak 28 gol. Total, dia tampil 52 kali dan mencetak 31 gol di liga dan turnamen lain.

Tiga golnya ke gawang West Bromwich Albion, Sabtu (20/12/2014), tidak hanya membantu QPR menang 3-2 --setelah sebelumnya tertinggal 0-2--, tetapi juga menambah koleksi golnya di Premier League musim ini menjadi 11. Austin hanya kalah dari Sergio Aguero (14 gol) dan Diego Costa (12 gol).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Cerita soal Charlie adalah cerita yang luar biasa," ujar manajer QPR, Harry Redknapp, kepada BBC.

"Dia lama berkutat di sekitar kompetisi non-liga, sampai akhirnya kesempatan tiba. Mirip-mirip dengan cerita Roy of The Rovers."

Roy of The Rovers yang dimaksud Redknapp adalah komik strip yang amat terkenal di Inggris pada pertengahan 1950-an hingga awal 1990-an. Ceritanya mengisahkan seorang pesepakbola bernama Roy Race yang bermain untuk Melchester Rovers.

Sama seperti Austin, Race juga merupakan penyerang, dan sama seperti QPR, Melchester Rovers juga bukanlah tim raksasa, melainkan tim yang terbiasa menghadapi kesusahan --meski dikisahkan mereka mengantongi tiga gelar juara liga dan beberapa trofi Piala FA.

Bagi banyak orang di Inggris, kisah-kisah melawan kemustahilan dan kesulitan atau kisah-kisah tim kecil yang menentang jalan takdir selalu disebut sebagai "cerita yang amat Roy of The Rovers".

Seperti yang dikatakan Redknapp, Austin mengawali kariernya dengan bermain di klub-klub non-liga. Bahkan, Austin juga sempat merasakan bekerja di pembangunan konstruksi di Basingstoke pada 2009. Baru pada musim 2009/2010 dia bermain bersama dengan Swindon Town di League One (divisi ketiga dalam piramida sepakbola Inggris, di bawah Premier League dan Championship).

Dari sana, Austin pindah ke Burnley untuk bermain di Championship dan akhirnya pindah lagi ke QPR. Usai semusim memperkuat QPR di Championship, Austin kini merasakan musim pertamanya di Premier League.

Sama seperti kebanyakan penyerang Inggris klasik, Austin punya bangun tubuh tinggi-besar dan kuat dalam meladeni duel fisik di area penalti. Dua dari tiga golnya ke gawang West Bromwich menunjukkan dengan benar atribut tersebut. Satu diciptakannya dengan menyambar bola liar di depan gawang --ketika berada di tengah penuhnya pertahanan lawan-- dan satu lainnya diciptakan dengan melompat tinggi menyambut sepak pojok.

Austin pun pulang dengan membawa bola pertandingan sebagai tanda dirinya jadi man of the match. Dia kemudian mengunggah fotonya bersama bola tersebut di akun Twitter-nya, @Chazaustin9, berikut tulisan: "Selamat Natal semuanya!". Ya, kado Natal seakan datang lebih cepat untuknya.

"Dia adalah pria yang baik dan Anda tidak bisa mengharapkan seseorang yang lebih baik dari itu. Dia pernah bekerja jadi tukang bangunan di tengah dingin dan tahu seperti apa rasanya," ucap Redknapp mengenai penyerang berusia 25 tahun tersebut.

"Banyak orang mendapatkan berkah secara cuma-cuma, sementara dia bekerja keras untuk mendapatkannya. Dia adalah contoh yang bagus."

(roz/rin)

Hide Ads