Mendapatkan hasil imbang, Chelsea sebenarnya menguasai pertandingan di babak pertama dan nampaknya akan memenangkan pertandingan ini dengan skor besar. Namun, Eden Hazard dan Ramires yang menyia-nyiakan kesempatan di depan gawang, ditambah kejelian Villas-Boas dalam melakukan substitusi, membuat kedua tim saling berbagi angka.
4-2-3-1 versus 4-2-3-1
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Benitez sendiri memilih untuk menduetkan Ramires dengan David Luiz ketimbang Frank Lampard, namun dengan posisi Ramires dan Luiz yang ditukar babak kedua. Di 45 menit pertama, Luiz menjaga di daerah pertahanan sendiri, sementara Ramires bergerak naik dan terkadang melebar ke arah sayap kanan.
Sementara di babak kedua, giliran Ramires yang bertahan sementara Luiz ikut menyerang. Karena itu, tak heran jika di babak pertama Ramires hanya melakukan defensive action berupa 1 intersepsi, sementara di babak kedua ia bisa melakukan 4 tekel.
Satu hal lainnya yang bisa dicatat dari pemilihan pemain oleh Benitez adalah pemilihan dua center back, yaitu Branislav Ivanovic dan Gary Cahill. Keduanya memang tipikal defender yang sering ikut menyerang, terutama dalam situasi bola-bola mati, dengan memanfaatkan kemampuan aerial duel mereka.
Pilihan Benitez ini terbukti sukses dengan Gary Cahill yang menang berduel dengan dua center back Spurs di gol pertama Chelsea. Berkat sundulannya yang mengarah ke muka gawang Cech yang tak terjaga inilah Oscar dengan mudah menceploskan gol.
Â

Sementara itu, di kubu Spurs, Villas-Boas membuat perubahan dengan memasang Emmanuel Adebayor ketimbang Jermain Defoe. Pemilihan ini pun terbukti berhasil. Selain karena mencetak satu gol dan satu assist, Adebayor bisa menjalankan instruksi dengan saat Villas-Boas melakukan perubahan taktik di babak kedua.
Matikan Sayap Kiri Spurs
Dengan menggunakan pemain semacam Luiz, Ramires, Oscar, Mata, Hazard, serta Torres, Chelsea sendiri mampu untuk bermain dengan pressing ketat dan dengan garis pertahanan tinggi. Ini terutama dilakukan untuk menghadapi kombinasi Assou-Ekotto, Bale, dan Parker.
Kombinasi Ramires-Oscar dan Cesar Azpilicueta memenangkan pertarungan di sayap lapangan ini atas trio Benoit Assou-Ekotto, Gareth Bale, dan Scott Parker. Bahkan Gareth Bale, pemain terbaik Inggris versi pesepakbola EPL, yang dipasang sebagai sayap kiri di awal pertandingan, pun hanya mampu membikin 15 passing di 45 menit pertama. Itu pun dengan catatan, yaitu hanya 4 yang berhasil dilakukan di sepertiga lapangan akhir.
Azpilicueta sendiri tampil baik dan mencatatkan 4 kali tekel di babak pertama. Berkat penjagaan oleh Azpilicueta juga lah Assou-Ekoto hampir tidak pernah memasuki daerah pertahanan Chelsea dan mendistribusikan umpan. Bahkan, sebagaimana terlihat dari grafik influence pemain yang dikeluarkan oleh Stats Zone, Azpilicueta jadi pemain yang paling berpengaruh untuk Chelsea selama babak pertama.
Â

Dengan matinya sayap kiri Spurs, serangan Bale dkk pun terhambat. Ini dikarenakan kombinasi Lennon-Walker pun kurang begitu fasih mengalirkan bola, karena Ashley Cole jarang untuk naik membantu serangan.
Di babak pertama Spurs pun hanya mampu membuat 3 kali crossing. Dari 7 attempts yang dicatatkan oleh Spurs di babak pertama, hanya 1 saja yang menemui target.
Torres di Kanan, Mata Bermain Tinggi
Selain dapat mematikan sayap kiri Spurs, satu hal lain yang menarik untuk diamati dari Chelsea di pertandingan ini adalah posisi Mata dan Torres. Dengan Ramires dan Luiz yang menopang di lapangan tengah dengan pressing-pressing ketat, Mata pun bebas beroperasi di sepertiga lapangan akhir. Bahkan, terkadang Mata menjadi pemain Chelsea yang berposisi paling tinggi.
Torres sendiri di pertandingan ini lebih sering bergerak ke kanan dan malah beroperasi sebagai defensive forward dengan melakukan pressing dan tekel. Terbukti dalam pertandingan ini, Torres jadi pemain Chelsea dengan defensive action tertinggi dengan 7 tekel dan 1 clearance-nya. Torres juga salah satu faktor mengapa sayap kiri Spurs tidak berfungsi, yaitu ia yang bergerak di sayap kanan dengan Oscar untuk berhadapan langsung dengan Assou-Ekotto.
Selain karena defensive action-nya, Torres yang ditempatkan di kanan juga menghasilkan satu assist untuk Ramires. Ini dikarenakan Torres yang bergerak melebar hingga ke pinggir lapangan mampu menarik Huddleston dan Assou-Ekotto untuk keluar dari posisinya. Celah di tengah lapangan (antara Assout-Ekotto dan Jan Vertonghen) ini lah yang berhasil dimanfaatkan oleh Ramires untuk menusuk masuk ke dalam kotak penalti.
Substitusi Villas-Boas
Melihat tidak berjalannya permainan Spurs di babak pertama, Villas-Boas kemudian merubah taktiknya. Sigurdsson masuk menggantikan Lennon, kemudian Clint Dempsey mensubstitusi Holtby.
Dengan pergantian ini, Villas-Boas juga merubah posisi beberapa pemain. Bale ia tempatkan untuk bermain di tengah sebagai playmaker, sementara Sigurdsson di sayap kiri untuk menggantikan posisi Bale. Selain itu, Dempsey pun kemudian mengambil alih posisi Adebayor sebagai ujung tombak dan Adebayor beroperasi di sayap kiri untuk membantu Sigurdsson.
Taktik ini terbukti berhasil. Adebayour yang bergerak di kiri, acap kali digunakan sebagai penerima bola, dan untuk menarik keluar keluar lini pertahanan Chelsea. Sementara Siggurdson, Bale, dan Dempsey menusuk masuk ke kotak penalti. Hal ini terlihat dari grafik passing di bawah. Adebayor acap kali bergerak melebar, bahkan hingga ke pinggir lapangan.
Â
*Grafik passing Adebayor di babak kedua. Sumber: Squawka.com

Sebagaimana Torres yang melebar ke kiri dan memberikan assist, strategi Villas-Boas untuk menempatkan Adebayor di kanan pun berhasil. Striker asal Togo ini menerima bola dan menarik keluar Cahill dari posisinya. Akibatnya Sigurdsson yang menusuk masuk ke dalam kotak penalti pun menemukan ruang luas tanpa terjaga untuk melesakkan bola ke tiang jauh Cech.
Substitusi Benitez
Sementara di kubu Chelsea, di babak kedua pressing-pressing yang dilakukan oleh pemain tengah Chelsea semakin berkurang. Chelsea pun merubah strategi, dengan mengandalkan serangan balik. Ini terlihat dari dari grafik passing Chelsea di bawah ini. [Sumber: squawka.com]
Â

Dari grafik passing di babak kedua, terlihat bahwa serangan Chelsea lebih diarahkan pada sayap kanan melalui umpan-umpan lambung. Ini bersesuaian dengan pergantian pemain yang dilakukan oleh Rafa Benitez, yaitu memasukkan Victor Moses untuk menggantikan Eden Hazard (yang ditarik keluar karena cedera).
Dengan David Luiz yang naik dan Ramires bertahan, serta Juan Mata yang bermain lebih dalam untuk memperkuat lini tengah, Chelsea pun acap kali terlihat menggunakan formasi 4-1-3-2 di 30 menit terakhir.
Namun, di 10 menit akhir, permainan sendiri lebih dikuasai oleh Tottenham Hotspur. Chelsea terlihat telah menghabiskan energinya di babak pertama untuk menekan Spurs, sehingga di babak kedua lebih banyak bertahan di areanya sendiri.
Kesimpulan
Dalam wawancaranya seusai pertandingan, Villas-Boas mengatakan bahwa ia puas dengan performa dan mentalitas anak-anak asuhannya yang dua kali mengejar ketertinggalan. Apalagi karena Chelsea menguasai mayoritas jalannya pertandingan.
Di satu sisi, hal ini memang benar. Terutama mengingat Spurs yang memang belum pernah menang di Stamford Bridge selama 23 tahun terakhir. Tapi, Spurs yang tidak mampu memanfaatkan keletihan pemain Chelsea di 10 menit terakhir berakibat jatah tiket Champions League kini beralih ke tangah rival terbesarnya, Arsenal. Villas-Boas dkk harus berharap agar Arsenal tergelincir untuk dapat peluang lolos ke kompetisi Eropa.
Sementara itu, bermain bagus dan menciptakan banyak peluang, The Blues sendiri juga belum bisa memastikan satu tempat di Liga Champions. Kegagalan untuk mencetak gol ketiga dan "menghabisi" pertandingan saat berada di atas angin, berbalik jadi Spurs yang mampu menyamakan kedudukan.
Sungguh hasil pertandingan yang unik. Chelsea dan Spurs yang mendapat hasil imbang, namun tim London lainnya-lah, Arsenal, yang mendapatkan keuntungan.
=====
*akun Twitter penulis @panditfootball
(roz/roz)