Kemenangan atas Arsenal ini juga membuat kepercayaan diri anak asuh Mourinho semakin tinggi. Setelah sebelumnya mereka berhasil menundukan Manchester City di pertandingan Premier League.
Pembuktian Lapis Kedua
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, pemain cadangan Chelsea masih juga digdaya. Itu karena sebagian pemain yang bermain di pertandingan ini adalah tim utama Chelsea musim lalu. Sementara untuk Arsenal, walaupun sukses di EPL, lewat laga ini terlihat bahwa kedalaman skuat yang mereka miliki belum terbukti ampuh.
Mengenai strategi, kedua pelatih menerapkan gaya bermain yang tidak jauh berbeda dengan tim utama. Arsenal tetap mengandalkan gelandangnya untuk bermain menyerang. Tiga pemain yang menjadi kunci motor serangan adalah trio lini tengah, Tomas Rosicky, Jack Whilshere, dan Aaron Ramsey. Ketiganya mampu membagi bola ke dua sayap dengan baik, dan mengatur tempo untuk mengendalikan permainan.
Sementara itu, Mourinho juga masih tetap mengandalkan ciri khasnya: bermain statis, cermat, dan menunggu momentum.


Chelsea yang Statis
Ada perubahan permainan dari Juan Mata, yang sepertinya mengikuti gaya bermain Mourinho. Ia bermain statis di belakang striker dan tidak lagi banyak membuka ruang. Praktis hampir sepanjang permainan Mata tidak banyak mengancam gawang Arsenal yang dijaga Lukasz Fabianski. Satu-satunya tembakan ke gawang yang dilakukannya adalah saat ia mencetak gol di menit-66. Mata sendiri lebih bergerak bebas di babak kedua.
Selain menjadi lebih statis, di babak kedua Mata lebih banyak melakukan tugas bertahan. Ini jadi satu hal yang tak terlihat di permainannya di Chelsea musim lalu.
Gaya bermain demikian memang diciptakan Mourinho untuk mencegah Arsenal lebih banyak masuk ke kotak penalti, yaitu dengan cara mengurung salah satu gelandang yang membawa bola di tengah.
Karena, walaupun sering mengandalkan serangan dari sayap, namun inisiasi serangan Arsenal selalu dimulai dari tengah. Mematikan bola di area tengah, berarti tidak ada serangan yang masuk ke lini pertahanan Chelsea.
Ini sebabnya baik Mata, Kevin De Bruyne, atau Willian lebih banyak bermain di area sepertiga lapangan tengah (lihat grafik di bawah)

Grafik Posisi Pemain Arsenal (Biru) dan Chelsea (Oranye)
Namun taktik seperti ini memaksa Chelsea bermain dengan garis pertahanan yang sangat rendah. Bahkan hanya menyisakan Eto’o sendiri di depan ketika diserang.
Arsenal Tampil Lebih Cair
Arsenal sendiri bermain lebih cair (fluid) dan relatif menguasai pertandingan. Namun, karena taktik mengurung gelandang tengah yang diterapkan Mourinho, bola sulit masuk ke kotak penalti. Justru Chelsea yang bermain sabar lebih membuahkan hasil. Kedua gol ke gawang Fabianski selalu bermula dari Arsenal yang "kecolongan".
Termasuk gol kedua oleh Mata. Oezil yang masuk menggantikan Ryo Miyaichi memang membuat gaya bermain Arsenal lebih menyerang. Tapi, Miyaichi sering turun membantu pertahanan, walau bermain sebagai winger. Hal ini yang tidak didapatkan pada sosok Oezil.
Pemain Arsenal sendiri, terutama para gelandangnya, piawai dalam melakukan tukar posisi. Wilshere yang bermain sebagai gelandang tengah, tidak jarang berada di area sayap, bertukar dengan Santi Cazorla. Atau pergantian sisi sayap antara Miyaichi dan Cazorla (kiri-kanan).
Pertahanan Berlapis Arsenal
Ketika bola dikuasai pemain belakang Chelsea, secara serempak pemain depan Arsenal akan melakukan pressing dua lapis. Pemain paling depan, Nicklas Bendtner, akan menutup gerak kedua center back Chelsea, sementara dua pemain sayap lain akan ikut menutup ruang passing ke arah dua full back.
Tiga gelandang tengah Arsenal lain akan ikut naik untuk memotong jalur umpan dari bek Chelsea ke gelandang tengah. Jadi, jika digambarkan, Arsenal seakan bermain dengan pola 4-3-3 ketika melakukan pressing dengan pertahanan berlapis.
Kondisi ini membuat Chelsea sulit memasuki area pertahanan Arsenal (setengah lapangan). Terkadang, pemain belakang Chelsea sampai harus membuang bola ataupun umpan long ball ke depan untuk dapat menembus penuhnya lini tengah ini.
Praktik pertahanan Arsenal ini sebenarnya menyisakan celah, karena ada jarak antara bek dan gelandang Arsenal. Padahal gelandang serang dan striker Chelsea lebih bebas dan relatif tanpa tekanan. Itulah kenapa serangan balik Chelsea menjadi sangat berbahaya.
Wenger juga menginstruksikan para beknya untuk membuat garis pertahanan yang tinggi, tentunya menambah risiko serangan balik dari Chelsea.
Statistik Passing Kedua Tim
Arsenal | Passes | Chelsea |
603 | Total | 529 |
22 | Crosses | 8 |
4 | Through-ball | 0 |
31 | Long ball | 60 |
546 | Short passes | 461 |
Pada catatan statistik terlihat jelas bagaimana kendali permainan memang milik Arsenal. Permainan Arsenal juga lebih atraktif dengan variasi serangan yang dihasilkan.
Chelsea yang statis sangat nampak mencolok dari jumlah variasi passing, yang lebih banyak mengandalkan long ball. Bahkan tidak ada umpan trough ball satupun yang dihasilkan sepanjang pertandingan, meski Mata bermain.
Shortpasses, crosses, dan through ball yang minim memang mengejutkan mengingat hasil akhir menjadi milik Chelsea. Bahkan hingga berhasil unggul 2 gol atas tuan rumah.
Kesimpulan
Pertandingan Piala Liga memang selalu dianggap sebagai turnamen kelas tiga bagi tim papan atas Liga Inggris. Tentu karena jadwal Liga Inggris yang memang padat, sehingga tak jarang pemain yang diturunkan juga berasal dari pemain lapis kedua.
Pertandingan antara Arsenal dan Chelsea juga ajang pembuktian bagi pemain cadangan masing-masing tim. Dan lewat laga ini, terbukti pemain lapis kedua Chelsea lebih unggul dari Arsenal.
Kedalaman skuat menjadi begitu penting terkait dengan perolehan gelar juara liga yang semakin ketat. Melihat hasil yang terjadi, Chelsea dapat menjadi salah satu kandidat kuat menggeser Arsenal di puncak klasemen Liga Inggris.
Munculnya kabar daftar jual Mourinho untuk beberapa pemain lapis kedua Chelsea, termasuk Mata, tentu masih harus dikaji ulang. Apalagi setelah melihat permainan pasca pertandingan melawan Arsenal ini.
Demikian pula dengan Azpilicueta. Selain mencetak gol, bek kanan ini juga tampil sebagai pemain dengan kinerja bertahan terbaik. Total 5 tackle, 1 intercept, dan 4 clearance ia lakukan dalam pertandingan ini. Azpilicueta juga sukses menahan kombinasi pergerakan Cazorla-Rosicky.
Sementara itu, PR besar masih dimiliki Arsene Wenger. Walaupun memiliki skuat menjanjikan, terutama sejak kehadiran Oezil, kedalaman skuatnya masih belum terbukti ampuh mengatasi tekanan besar Liga Inggris.
====
*Dianalisis oleh @panditfootball
(roz/krs)