Resep Ampuh Bayern Menembus Formasi Bertahan Leverkusen

Liga Jerman: Bayern Munich 2-1 Bayern Leverkusen

Resep Ampuh Bayern Menembus Formasi Bertahan Leverkusen

- Sepakbola
Minggu, 16 Mar 2014 13:00 WIB
REUTERS/Michael Dalder
Jakarta -

Bayern Munich melanjutkan rekor 50 pertandingan tak terkalahkan di Bundesliga dengan mengalahkan tim peringkat ketiga, Bayer Leverkusen, dengan skor 2-1 melalui gol Mario Mandzukic dan Bastian Schweinsteinger.

Pada pertemuan pertama Leverkusen mampu menahan imbang sang juara bertahan. Namun, pada laga semalam tim asuhan Sami Hyypia ini sudah tidak bisa lagi mengimbangi klub yang sudah semakin mendekati gelar juara tersebut.

Leverkusen memang tidak dalam kondisi yang baik. Dari 10 pertandingan terakhir di Bundesliga maupun Eropa, mereka menderita 7 kekalahan. Mereka juga baru tersingkir dari Liga Champions setelah kalah dengan agregat yang mencolok, 1-6, dari Paris St Germain. Di liga, mereka juga semakin jauh tertinggal dari Bayern dan Borussia Dortmund di posisi 1 dan 2.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Datang ke Allianz Arena, Leverkusen menurunkan skuat terbaik yang mereka punya. Hyypia masih menggunakan formasi 4-3-3 seperti yang biasa dia gunakan. Kapten Simon Rolfes bersama Lars Bender dan Emre Can menjaga lini tengah Leverkusen. Sementara itu di depan ada Stefan Kiessling yang didampingi oleh pemain asal Korea selatan, Heung-Min Son, di kiri dan Gonzalo Castro di kanan.

Sedangkan dari kubu tuan rumah, beberapa pemain yang tampil melawan Arsenal hari rabu lalu diistirahatkan oleh Pep Guardiola. Keempat pemain bertahan yang bermain melawan Arsenal juga dirotasi dan digantikan oleh tenaga baru yang lebih segar.

Di lini pertahanan ada Rafinha yang baru sembuh dari cedera ditempatkan di kanan, sementara Daniel van Buyten dan Jerome Boateng di tengah, serta Diego Contento di kiri. Di tengah, kali ini giliran Toni Kroos yang ditugaskan untuk mendampingi Schweinsteiger sebagai poros ganda.

Mandzukic masih tetap menjadi penyerang tunggal yang diturunkan bersama Arjen Robben, Mario Getze, dan Thomas Mueller di belakangnya.


[Starting Line up kedua tim. Sumber: whoscored.com]

Dominasi Bayern terlihat dari jomplangnya penguasaan bola kedua tim. Total 742 operan berhasil dilakukan Bayern, sedangkan lawannya hanya mencatatkan 136. Artinya, 78,4% ball possession jatuh ke tangan Die Roten dan hanya 21,6% milik Leverkusen.

Ketimpangan ini juga terlihat dari jumlah attempt dari Bayern dan Leverkusen: 23 berbanding 6. Data-data ini secara sekilas tentu sudah dapat menggambarkan jalannya pertandingan.

Sejak awal Leverkusen memang sudah bermain tertutup dan sangat berhati-hati. Mereka menunggu para pemain Bayern masuk ke daerah mereka untuk mencari celah serangan balik cepat setelah berhasil merebut bola. Dengan formasi 4-3-3 di awal, Leverkusen kemudian membentuk formasi 4-1-4-1 saat menerima serangan.

Rolfes sebagai poros di tengah berdiri diantara barisan pertahanan dan keempat midfielder untuk menutup aliran bola dari gelandang Bayern ke Mueller maupun Mandzukic di tengah.

Sementara itu Heung-Min Son dan Gonzalo Castro, yang berfungsi sebagai penyerang sayap, akan mundur melapisi daerah sisi kanan dan kiri lapangan ketika Bayern Menyerang

Kesebelas pemain Leverkusen berdiri rapat di daerahnya sendiri sehingga tidak ada ruang untuk pemain Bayern melakukan penetrasi. Menyerang melalui tengah hampir mustahil karena rapatnya daerah depan kotak penalti Leverkusen. Bahkan Mueller yang beroperasi di daerah itu pun harus bergerak ke pinggir atau ke belakang jika ingin menerima bola.


[Formasi Pertahanan Bayer Leverkusen]

Serangan sayap menjadi opsi yang lebih masuk akal bagi Bayern. Robben dan Goetze yang berdiri melebar lebih mudah untuk dijangkau karena pemain Leverkusen lebih fokus untuk menutup ruang di tengah. Sayangnya, kedua pemain ini bukan bertipe pengumpan. Mereka tipikal pemain sayap yang senang menusuk dari pinggir lapangan ke jantung pertahanan lawan.

Rapatnya jantung pertahanan Leverkusen membuat pemain sekelas Robben dan Geotze pun tidak mampu menembus. Bek sayap Leverkusen, Boenisch dan Hilbert, selalu didampingi oleh minimal satu kawannya untuk menahan serangan dari sisi sayap. Son dan Castro akan mundur ke belakang, atau Bender dan Emre Can akan sedikit melebar. Mereka bergantian membantu kedua bek sayap Leverkusen untuk menutup ruang.

Sebelum terciptanya gol Mario Mandzukic di pengujung babak pertama, Bayern hanya sekali melepaskan tembakan di area kotak penalti Leverkusen. Sisanya, 8 tendangan dilakukan dari luar kotaknya penalti, sehingga 4 di antaranya bisa diblok oleh bek-bek Leverkusen.

Serangan Balik yang Tidak Berpola

Sampai tahap ini sebenarnya rencana Sami Hyypia berjalan lancar. Bayern sangat kesulitan menembus pertahanan tamunya. Namun, terlalu fokusnya Leverkusen dalam bertahan membuat serangan mereka menjadi tidak terpola. Serangan balik cepat Leverkusen terkesan asal dan tanpa arah yang jelas.

Setelah berhasil merebut bola, Son dan Castro akan langsung maju menyerang, sementara Kiessling mencari ruang di antara kedua bek tengah Bayern. Namun kemudian, tidak ada satupun pemain lini kedua Leverkusen yang membantu.

Akibatnya Son dan Castro pun hanya memiliki satu opsi, yaitu terus maju ke depan. Hal ini membuat barisan pertahanan Bayern sangat mudah untuk membaca serangan balik yang dilakukan Leverkusen. Hanya satu kali saja, di menit-menit awal, Bayern sempat kecolongan ketika Son berhasil lolos berhadapan satu lawan satu dengan Neuer, tapi penyelesaian akhir Son melebar dari gawang.

Fullback yang Tak Ragu Naik

Melihat kondisi ini, pemain Bayern semakin gencar untuk menyerang. Apalagi kedua fullback mereka sama sekali tidak khawatir untuk naik hingga ke daerah pertahanan lawan, mengingat serangan balik Leverkusen pun tidak berbahaya. Dari perubahan pola ini, dimulailah buah dari kesabaran para pemain Bayern.

Naiknya kedua fullback Bayern ini membuat barisan pertahanan Leverkusen semakin sibuk menerima serangan dari sayap. Gelandang tengah Leverkusen pun menjadi semakin sering melebar untuk menutupi kekalahan jumlah orang di sayap.

Hal ini membuat daerah tengah menjadi sedikit lebih longgar. Schweinsteiger dan Kroos pun menjadi lebih bebas akibat melebarnya gelandang Leverkusen.

Satu senjata lain yang juga dimiliki Bayern adalah penyerang mereka, Mario Mandzukic, yang juga memiliki keahlian dalam duel bola atas. Ketika serangan dari bawah menemui jalan buntu, Bayern langsung mengangkat bola ke daerah jantung pertahanan.

Benar saja, early cross Bastian Schweinsteiger, yang ketika itu sedang tidak dikawal oleh Lars Bender, langsung menuju Mandzukic di tengah. Mandzukic yang unggul dalam duel langsung mengarahkan bola ke gawang yang tidak bisa dijangkau oleh Bernd Leno.

Turunnya Konsentrasi Leverkusen

Memulai paruh kedua dengan tertinggal 1-0 tidak membuat Hyypia mengubah strateginya. Mereka tetap mencoba bermain sabar dan mengincar serangan balik saat lawannya lengah.

Namun, konsentrasi yang sudah mulai menurun membuat pemain Leverkusen sering melakukan pelanggaran di area berbahaya. Dampaknya langsung terjadi pada menit ke-52 ketika terjadi pelanggaran tidak jauh dari kotak penalti. Tendangan Schweinsteiger berjalan mulus ke gawang Bernd Leno untuk memperbesar keunggulan tuan rumah menjadi 2-0.

Menyerang Secara Kompak

Dari sini Hyypia baru mulai gerah. Melihat anak-anaknya yang semakin tidak konsentrasi membentuk pertahanan, pelatih berpaspor Finlandia itu sepertinya tidak mau pulang dengan rasa malu karena tidak bisa sama sekali memberikan perlawanan. Hyypia pun langsung mempertaruhkan semuanya.

Leverkusen tidak lagi bermain tertutup dengan menumpuk semua pemainnya di belakang. Dalam 20 menit terakhir, para pemain Leverkusen terlihat mulai berani untuk naik ke daerah pertahanan Bayern. Kali ini serangan tidak lagi hanya mengandalkan Son, Kiessling, dan Castro saja. Fullback Leverkusen pun mulai melakukan overlap untuk membantu barisan penyerangan.

Pertaruhan Hyypia ini ternyata tidak terlalu buruk. Leverkusen bisa lebih mengancam pertahanan Bayern. Meski belum bisa sampai ke gawang, namun sedikit demi sedikit arah permainan mulai berubah. Pada chalkboard operan Leverkusen di bawah ini, terlihat jelas perbedaan kondisi antara 70 menit awal pertandingan dengan 20 menit terakhir.



Pada menit 0-70, Leverkusen hanya bisa memainkan bola di daerahnya sendiri dan langsung kehilangan bola ketika sudah masuk ke daerah lawan. Setelah mulai bermain terbuka pada di 20 menit terakhir pertandingan, Leverkusen mulai terlihat bisa memainkan bola di daerah pertahanan Bayern.

Hasilnya pun tidak mengecewakan. Meski harus menunggu hingga menit terakhir pertandingan, namun akhirnya Leverkusen dapat sedikit mengurangi kekecewaan suporternya dengan memperkecil kekalahan melalui sundulan Kiessling.

Sayang, Leverkusen tidak lagi memiliki waktu untuk menambah satu gol lagi. Tidak lama setelah gol Kiessling tersebut wasit meniupkan peliut panjang. Bayern unggul 2-1 dan posisi mereka pun semakin kokoh di puncak klasemen.

Jarak dengan peringkat kedua, Borussia Dortmund, yang semakin menjauh pun membuat Bayernhampir dapat memastikan gelar juaranya musim ini. Sisa 9 pertandingan dengan jarak 23 poin tentu merupakan selisih yang cukup aman bagi mereka mempertahankan gelarnya.

Pertanyaannya adalah, sejauh mana Bayern mampu memperpanjang rekor tak terkalahkan?


====

* Dianalisis oleh Pandit Football Indonesia. Akun twitter: @panditfootball

(a2s/a2s)

Hide Ads