Kultur sepakbola Italia memang gemar dan keranjingan mengolah taktik. Dalam menerapkan taktik, pelatih-pelatih Italia senang melakukan pendekatan yang sangat mempertimbangkan berdasarkan kualitas dan karakteristik lawan. Dengan pendekatan macam itulah sepakbola Italia membangun adaptasi dan fleksibilitasnya terhadap berbagai taktik yang berkembang dan dimainkan oleh tim-tim lawannya.
Inilah ciri dari sepakbola Italia: terbuka terhadap variasi dan fleksibilitas taktik. Tak ada strategi yang dianggap baku dan saklek. Semuanya bisa berubah bergantung situasi dan respons terhadap taktik lawan. Akibatnya, setiap pemain juga dikondisikan untuk selalu terbuka dengan pendekatan baru dan berbeda, sehingga terbiasa beradaptasi terhadap sistem permainan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dan inilah yang belakangan terlihat dipraktikkan oleh Prandelli kepada seluruh pemain Italia. Variasi 3-5-2 dan 4-3-1-2 yang jadi ciri khas mereka selama Euro 2012 dan Piala Konfederasi tahun lalu, kini akan ditambah dengan variasi lainnya 4-4-2, 4-2-3-1, dan 4-3-3. Hal itu terlihat dalam dua uji coba terakhir saat melawan Republik Irlandia dan Luksemburg.
Hasil dari dua laga ini memang tak memuaskan mengingat Italia hanya bisa bermain imbang 0-0 dan 1-1. Namun dari dua laga ini, Prandelli betul-betul mencoba mengaplikasikan pergantian taktik selama pertandingan berlangsung. Saat melawan Republik Irlandia, Prandelli mengubah 4-3-1-2 menjadi 4-4-2 dengan memasukan Parolo dan menarik Aquilani. Otomatis, Verratti yang berada di depan striker mesti mundur ke tengah berduet dengan De Rossi.

Ketika menghadapi Luksemburg, Prandelli bahkan mencoba berbagai macam variasi dari 4-1-3-2 berubah menjadi 4-3-3 pada awal babak kedua melalui pergantian pemain Marco Verrati oleh Cassano. Tak berhenti disana, pada menit ke-78, Prandelli memasukan Cerci dan Insigne, hingga meninggalkan Cassano sendirian di depan dan mencoba memainkan taktik menyerang dengan hanya memasang satu penyerang.

Lawan yang kaget dan terkejut dengan perubahan taktik dan skema memang menjadi tujuan Prandelli, sebagaimana diucapkannya kepada La Gazzetta dello Sport baru-baru ini. Memberi kejutan taktikal pada lawan itu, dalam hal Prandelli, tidak dilakukan dengan mengubah taktik dan skema dari satu laga ke laga, tapi bahkan dilakukan dalam satu pertandingan.
"Sulit untuk membayangkan kita akan menyelesaikan satu pertandingan dengan sistem yang sama saat kita memulai pertandingan," ucap Prandelli. Ucapan itu menggambarkan dengan sangat baik tendensi taktikal Prandelli yang cair, fleksibel, dan selalu meninggalkan pertanyaan di benak lawan-lawannya.
Ide yang mendasari Prandelli melakukan berbagai eksperimen adalah keinginannya untuk menanamkan ke benak pemain transisi perubahan taktikal sebagai hal biasa. Ia ingin pemain-pemainnya mempraktikkan perubahan taktik tak ubahnya suatu refleks. Dengan itu dia berharap bisa terus menyodorkan kejutan dan ketidakpastian yang bisa mengacaukan sistem permainan lawannya.
Karenanya ketika kita bicara formasi pakem apa yang akan dipakai Italia pada Piala Dunia 2014 kali ini, dia dengan enteng menjawab: tidak ada. Seperti yang diutarakan Prandelli: "Kita ingin memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada. Karenanya dengan alasan ini Italia akan bekerja pada dua atau tiga formasi," katanya.
Prandelli mengakui dirinya belajar dari kegagalan pelatih Juventus, Antonio Conte di Liga Champions yang terlalu fokus memakai 3-5-2. Pelan tapi pasti pola 3-5-2 Italia mau tak mau harus diperlakukan hanya sebagai salah satu opsi saja, dan bukan satu-satunya opsi. Berkat Conte yang mampu mendominasi Serie-A bersama Juventus, taktik 3-5-2 memang menjadi boom dan tren yang umum di Italia.
Tidak berarti Prandelli anti dengan 3-5-2, sama sekali tidak begitu. Dia hanya ingin memastikan bahwa anak asuhnya siap bermain dengan skema apa saja, dan tidak terkungkung dengan hanya satu skema. Pola 3-5-2, misalnya, masih akan tetap dia pakai terutama jika lawan memasang dua penyerang. Baginya, skema pertahanan back-threemasih dianggap cocok untuk mengantisipasi cara menyerang tim-tim yang bermain dengan dua penyerang.
Menilik Line Up skuat Gli Azzurri di Lini Belakang
Jika memprediksi skema dan formasi saja akan sulit karena selalu berubah-ubah, apalagi memprediksi starting line-up. Namun jika melihat 23 pemain yang dipanggil Prandelli, kita dapat menyorot tiga aspek: kurangnya pelapisbek kiri, gelandang tengah yang terlalu banyak dan tidak adanya pemain yang bertipikal sebagai trequartista.
Jika menilik kedalaman skuat yang ada, kemungkinan besar pada posisi kiper akan tetap diisi Gianluigi Buffon. Sedangkan pada posisi lini belakang menarik dicermati, dari tujuh stok bek, empat diantaranya adalah center-back murni yakni Andrea Barzagli, Leonardo Bonucci, Giorgio Chiellini dan Gabriel Palleta. Untuk mengisi dua pos center-back, Prandelli masih menunggu kabar baik tentang cedera yang menimpa Barzagli. Yang jelas sembari menunggu Barzagli pulih, pos ini akan diisi duet bek Juventus, Chiellini, dan Bonucci.
Pada posisi fullback kanan, Ignazio Abate akan menyisihkan Matteo Darmian. Masalah muncul di posisi fullback kiri, di mana hanya Mattia De Sciglio pemain yang mampu mengisi tempat tersebut. Chiellini memang kerap berposisi sebagai fullback kiri, namun Chiellini tak bisa memerankan peran offensif seperti De Sciglio, karena posisi fullback kiri yang sering dimainkan Chiellini adalah dalam formasi dasar 3-5-2 sebagaimana yang sering dia mainkan di Juventus.
Ada tipikal lain yang kerap melekat pada Prandelli yaitu menyerang dari sayap. Pada Piala Dunia kali ini, serangan sayap mungkin akan dimotori oleh dua fullback AC Milan, De Sciglio dan Abate. Prediksi ini muncul mengingat dari 8 gelandang yang dibawa ke Brasil hanya Antonio Candreva saja gelandang yang berposisi di sayap. Praktis di aspek ini, kita bisa mengira bahwa serangan sayap Italia lebih banyak akan dibangun melalui agresifitas dua full-back – khususnya jika bermain dengan skema back-four.
Hal ini terlihat saat Prandelli menguji coba formasi 4-3-1-2 dan 4-4-2 dalam laga persahabatan. Ketika memakai 4-4-2, empat gelandang malah membentuk diamond bukan horizontal. Karenanya peran menyerang dari lebar lapangan hampir pasti akan diemban oleh fullback Abate dan De Sciglio. Dalam skema back-four ini, saat fullback menyerang maka hanya akan ada 2 center-back di belakang yaitu Bonucci-Chiellini. Dalam situasi inhilah salah satu dari gelandang bertahan, De Rossi atau Thiago Motta, akan mundur ke belakang dan sejajar dengan Bonucci dan Chiellini. Jika ini berjalan, maka Italia kembali akan bermain dengan back-three saat dua fullback mereka naik menyerang.
Upaya menarik gelandang untuk mundur ke belakang membentuk back-three ini menjadi tak perlu jika Barzagli bisa dimainkan. Kehadiran Barzagli akan menggeser Chiellini ke posisi fulback kiri dan mengusir De Sciglio dari posisi line up. Hanya saja, seperti yang sudah diutarakan sebelumnya, serangan sayap mungkin akan terasa timpang mengingat hanya Abate saja yang bertugas menyerang, karena Chiellini memang tidak terlalu agresif menyerang saat bermain di sisi kiri pertahanan.
Menunggu Duet Verratti-Pirlo di Lini Tengah
Absennya Montolivo menjadi berkah bagi Marco Verratti. Gelandang muda yang baru berusia 21 tahun digadang-gadang akan mengisi pos inti posisi gelandang dalam skuat Italia. Verratti akan bermain bersama Andrea Pirlo dan Daniele De Rossi.
Sebuah hal menarik andaikan hal ini betul terjadi adalah kemungkinan melihat dua pemain tipikal deep-lying playmaker secara bersamaan. Veratti tentu saja belum menyamai kualitas Pirlo, tapi simaklah apa kata Carlo Ancelotti, yang saat masih menjadi pelatih PSG: Don Carlo memutuskan memboyong Verratti dari Pescara ke PSG karena dia punya gaya dan tipikal permainan mirip Andrea Pirlo.
Pertanyaannya: jika kedua pemain ini dimainkan secara bersamaan, akankah ini menguntungkan Italia atau malah sebaliknya? Bagaimana komposisi di lini tengah?
Jika Italia memutuskan memainkan back-four, varian yang bisa dipakai adalah 4-3-2-1 atau 4-3-3. Dua varian itu, dalam skema Prandelli, akan memusatkan kekuatan pada trio gelandang tengah yang punya peran berbeda. Jika Pirlo akandiberi tanggungjawab mengatur serangan dari kedalaman, De Rossi akan berperan sebagai holding-midfielder yang diberi tugas untuk lebih disiplin dalam bertahan dan melindungi pertahanan.
Lantas bagaimana peran Verratti? Kelebihan Verratti adalah mobilitasnya yang tinggi. Hal ini yang tak dimiliki oleh Pirlo. Dia bisa dimainkan berada jauh di depan tepat di belakang striker. Tambahan lainnya, dengan membawa Veratti kini Prandelli punya alternatif taktikal dan pelapis jika Pirlo berhasil dimatikan oleh lawan. [lihat susunan posisi pemain Italia di atas]

Untuk melengkapai kebutuhan lini tengah, Prandelli juga punya stok gelandang bertipe box-to-box. Jika dibutuhkan, Prandelli bisa menggunakan Claudio Marchisio. Selain Marchisio, Prandelli juga bisa menggunakan Marco Parolo.Mengigat cara bermain Parolo yang berani bermain keras ketimbang Aquillani, agaknya Prandelli bisa mengandalkan Parolo jika kebutuhan taktikal lini tengah memang membutuhkan seorang pekerja yang bisa bermain keras.
Menyoroti Lini Depan
Hal menarik dari pilihan skuat Prandelli adalah minimnya stok gelandang yang bisa bermain sebagai winger atau gelandang sayap. Praktis hanya Antonio Candreva satu-satunya gelandang sayap yang di bawa ke Brazil. Menariknya, saat uji coba, Candreva malah dipasang sebagai striker.
Kemungkinan yang terbuka adalah mengoptimalkan para penyerang untuk bermain melebar jika itu dibutuhkan. Dari 5 striker yang di bawa (Lorenzo Insigne, Mario Balotelli Antonio Cassano, Alessio Cerci dan Ciro Immobile), hanya Balotelli dan Immobile yang merupakan penyerang murni.
Insigne dan Cerci diklub asalnya (Napoli dan Torino) justru sering bermain melebar yang rajin memasuki pertahanan lawan dengan cut in. Baik Insigne atau Cerci punya kemampuan untuk diturunkan dalam peran sebagai gelandang sayap atau bahkan fullback.
Lantas bagaimana dengan peran Cassano? Cassano mungkin akan diplot lebih agak sedikit mundur di belakang Balotelli. Prandelli sempat mengatakan bahwa Cassano akan dipaksa memerankan trequatista. Kemampuanya menahan bola, area aksinya yang luas dan kreatifitasnya di lini tengah membuat Cassano akan jadi pilihan utama mengingat striker lain tak bisa mengemban tugas itu.
Prandelli nampaknya masih belum yakin dengan kemampuan lini depan Italia. Pada saat laga ujicoba terakhir Italia melawan Fluminense (9/6). Prandelli bahkan hanya memainkan skuat cadangan.Tapi Prandelli menggunakan kesempatan ujicoba itu dengan dia mencoba kekuatan penyerang sayap Italia, lewat formasi 4-3-3.
Saat itu, Prandelli memasang Immobile sebagai ujung tombak dan menempatkan Insigne serta Cerci sebagai dua penyerang sayap. Hasilnya memang cukup memuaskan, Italia mampu menang 5-2 lewat hattrick yang dicetak Insigne dan dua gol dari Immobile. Menilik permainan ujicoba dini hari tadi maka trio Immobile–Insigne-Cerci mungkin bisa jadi pilihan lain bagi Prandelli.
Kesimpulan
Satu hal yang menjadi sorotan kelemahan Italia tertuju pada lini belakang. Terlalu mengandalkan palang pintu Juve lewat trio Bonucci-Barzagli-Chiellini tentu tak baik juga. Prandelli mengatakan timnya ingin bermain lebih menyerang dan menanggalkan catenaccio. Karena itu ia menjanjikan Italia akan memainkan garis pertahanan yang tinggi dan mencoba mengendalikan ball possession sebanyak mungkin.
Masalah muncul saat Italia mendapat serangan balik, tim ini sangatlah rapuh jika menghadapi penyerang lawan yang cepat. Laga melawan Fluminense bisa dijadikan patokan betapa rapuhnya sisi fullback menghadang serangan lawan yang memanfaatkan kecepatan dari sisi lapangan. Problem ini harus bisa diatasi oleh Prandelli.
Jika menilik kedalaman skuat dan fleksibilitas taktik yang bisa dilakukan oleh anak asuh Prandelli, agaknya bukan kendala yang sulit bagi Italia untuk lolos dari babak grup. Jika berhasil menjuarai grup D, langkah Italia punya peluang besar untuk tembus sampai babak semifinal. Di sinilah Italia kemungkinan besar akan bertemu Spanyol atau Brasil. Babak semifinal, jika skenario ini yang berjalan, agaknya akan menjadi capaian paling maksimal bagi Prandelli.
====
*dianalisis oleh @aqfiazfan dari @panditfootball
(roz/krs)