Meksiko membuka keran gol pada menit ke-72, yaitu ketika Rafael Marquez berhasil memenangi duel udara dengan Vedran Corluka dan Dejan Lovren dalam skema sepak pojok. Servis yang dilakukan Andres Guardado berhasil ia tanduk dengan sempurna untuk merobek gawang kiper Kroasia, Stipe Pletikosa.
Tak lama berselang, Meksiko kembali menambah keunggulan. Guardado yang berada dalam posisi bebas menerima umpan dari Oribe Peralta dari kanan. Sepakan kaki kirinya pun tak mampu dibendung Pletikosa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kroasia mencetak gol hiburan lewat Ivan Perisic pada menit ke-87. Namun tak lama dari situ, Kroasia harus bermain dengan 10 pemain ketika Ante Rebic mendapat kartu merah karena melanggar dengan keras Carlos Pena.
Starting Line-Up
Kroasia melakukan perubahan pada susunan pemain starting XI. Ivan Perisic, yang pada partai sebelumnya menampati pos bek kiri, kali ini ditempatkan sebagai gelandang bertahan untuk menemani Ivan Rakitic di tengah.
Pola ini membuat Luka Modric ditempatkan tsebagai pengatur serangan di belakang penyerang tunggal, Mario Mandzukic, pada formasi andalan 4-2-3-1. Biasanya, pemain Real Madrid ini berperan sebagai gelandang box to box.
Di kubu Meksiko, starting XI yang diturunkan pada laga malam tadi tak jauh berbeda dengan susunan pemain yang bertarung kala menahan imbang Brasil. Masih menggunakan formasi 5-3-2, Oribe Peralta diduetkan dengan Giovani dos Santos di lini depan dengan dukungan dari trio gelandang Hector Herrera, Jose Juan dan Andres Guardado.

Pertahanan Solid
Meksiko kembali meragakan pertahanan kokoh. Dengan formasi 5-3-2 (3-5-2 ketika menyerang), Meksiko hanya menyimpan dua pemain di lini depan ketika mendapatkan serangan.
Ketika bertahan, tiga gelandang Meksiko –Herrera, Jose Juan, dan Guardado—ikut membantu pertahanan dengan melindungi area depan kotak penalti. Miguel Layun (wingback kiri) dan Paul Aguilar (wingback kanan) pun berada di area sisi kotak penalti untuk mengantisipasi serangan sayap lawan.
Dengan strategi bertahan tersebut, Mandzukic yang menyadi target man Kroasia berhasil dimatikan. Sepanjang 90 menit bermain, penyerang yang dikabarkan akan meninggalkan Bayern Munich ini tak sekalipun melakukan tembakan. Bahkan, Mandzukic cenderung "tak kelihatan" selama laga berlangsung.
Ini tak lepas dari lini pertahanan Meksiko yang bermain kompak. Ketika mendapatkan serangan, trio bek tengah Meksiko – Fransco Javier, Marquez, dan Hector Moreno—bermain statis dan sejajar untuk menjaga area sekitar kotak penalti. Mereka diinstruksikan untuk bermain man to man marking.
Ini adalah usaha Meksiko untuk tetap memfokuskan perhatian pada penjagaan tiap pemain.
Ketika Mandzukic berada di tengah, maka Marquez lah yang bertugas menempel ketat Mandzukic, sementara dua bek lain menjaga pemain lain yang berada di dekat kotak penalti. Demikian pula dengan kedua wingback. Mereka diwajibkan menjaga pemain yang berada di dekatnya.

Pertahanan Meksiko dengan 5 bek yang melakukan man to man marking
Dengan skema bertahan seperti ini, Kroasia berhasil dibuat kebingungan. Mereka tak bisa menyerang lewat sayap dan sulit untuk menembus lewat tengah. Akibatnya Kroasia lebih sering memainkan bola di area pertahanan sendiri.
Saking kesulitan, dari 30 percobaan umpan silang, hanya 8 kali yang mengenai sasaran. Bahkan hingga menit ke-75, tak satu pun tendangan yang dilancarkan Kroasia mengarah ke gawang Meksiko yang dikawal Guillermo Ochoa.
Trio Marquez-Javier-Moreno bisa dibilang saling melengkapi satu sama lain. Marquez yang berada di tengah sangat handal dalam dalam duel udara (88% aerial duel berhasil ia menangkan).
Sementara itu partner-nya di kanan, Javier, sangat baik dalam membaca arah bola. Ia melakukan 6 intercept, tertinggi dalam pertandingan. Begitu juga dengan Moreno. Penampilannya tak kalah apik dengan mencetak 100% tekel sukses serta melakukan 7 clearance dan 1 intercept.

Grafik Defensive Action Meksiko
Peran Ganda Rafael Marquez
Kokohnya pertahanan Meksiko tak lepas dari peran sentral yang diemban sang kapten, Rafael Marquez. Mantan pemain Barcelona ini tak hanya fokus menjaga area sekitar kotak penalti, tapi juga ikut mengamankan area depan kotak penalti ketika para gelandang tak berada di posisinya. Oleh karena itu Marquez terkadang seperti memerankan posisi defensive midfielder.

Heatmap Rafael Marquez
Meski Marquez sering naik meninggalkan pos centre back, Meksiko tak pernah kekurangan pemain di lini pertahanan. Ini karena Layun dan Aguilar tak pernah absen untuk mundur ketika Meksiko mendapatkan serangan. Sehingga, ketika Marquez naik, Meksiko seolah memakai formasi 4 backfour.
Dengan peran ganda ini, Marquez mampu membuat Modric yang berposisi sebagai gelandang serang Kroasia tak bisa berbuat banyak. Apalagi jika bola dikirim lewat umpan lambung. Marquez sering dengan mudah memenangi duel dengan pemain Real Madrid ini.
Dengan dimatikannya pergerakan Modric, aliran umpan menuju lini depan Kroasia pun menjadi terhambat. Hal ini juga yang membuat pasokan ke Mandzukic sebagai ujung tombak semakin minim. Serangan-serangan yang dilakukan Kroasia pun cenderung tak begitu membahayakan pertahanan Meksiko.

Grafik Luca Modric - Tak Begitu Efektif
Cara Meksiko Mencuri Gol
Persentase ball possession di akhir laga memperlihatkan Kroasia lebih sering memegang bola ketimbang Meksiko (54% - 46%). Hanya saja, Kroasia sulit menembus kokohnya pertahanan Meksiko yang dalam tiga pertandingan baru kebobolan sebiji gol.
Di sisi lain, lini penyerangan Meksiko pun sebenarnya tak lebih baik dari lini penyerangan Kroasia. Sepanjang 60 menit berjalan, belum ada satu pun tembakan yang mengarah ke gawang –sama halnya dengan Kroasia.
Meksiko hanya menyisakan Dos Santos dan Peralta di lini penyerangan dengan skema penyerangan menggunakan umpan pendek cepat melalui tengah lapangan ke arah sisi kiri pertahanan Kroasia.
Nampaknya Miguel Herrera ingin mengulang keberhasilan Brasil yang sukses mengeksploitasi sisi ini. Pada laga itu, Brasil melalui Oscar secara konsisten menggempur wilayah yang dihuni bek muda Sime Vrsaljko. Gol kedua Brasil pun kemudian lahir dari titik ini.

Umpan Meksiko di sepertiga akhir yang cenderung ke kanan
Tapi keberhasilan strategi ini baru terlihat setelah masuknya Javier ‘Chicharito’ Hernandez masuk menggantikan dos Santos pada menit ke-62.
Masuknya pemain Manchester United ini membuat Peralta bermain lebih melebar ke kanan. Jika sebelumnya ia menjadi ujung tombak, Peralta kini bertugas sebagai penyuplai bola ke area kotak penalti lawan –khususnya pada Chicharito.
Proses gol pertama Meksiko yang diciptakan Marquez, meski lewat tendangan sudut, juga berawal dari kombinasi Peralta-Chicharito.
Mendapat umpan dari tengah, Peralta hanya meneruskan bola pada Chicharito. Penyerang bertubuh mungil ini pun lalu menggiring bola dengan kecepatannya hingga mendekati area kotak penalti lalu menendangnya ke arah gawang. Namun tendangannya itu membentur badan Vedran Corluka sehingga wasit memberikan tendangan sudut untuk Kroasia.
Tertinggal satu gol memaksa pelatih Kroasia, Niko Kovac, melakukan perjudian besar dengan menggantikan Pranjic (bek kiri) dengan Nikica Jelavic (penyerang) –sebelumnya Vrsaljko sudah digantikan oleh Kovacic sehingga Pranjic menjadi bek kiri.
Pergantian itu ternyata berbuah petaka bagi Kroasia. Lewat skema serangan balik, bola hasil intercept Aguilar kemudian di berikan pada Peralta yang menyisir di sebelah kiri pertahanan Kroasia (yang sebelumnya ditempati Pranjic). Ia kemudian memberikan umpan datar ke area kotak penalti. Pergerakan Chicharito berhasil memancing pemain bertahan Kroasia sehingga Guardado mendapatkan posisi bebas.

Setelah ikut berperan dalam proses terjadinya dua gol, kali ini Chicharito ikut mencatatkan namanya pada papan skor. Berawal dari tendangan sudut, Marquez yang unggul dalam duel udara mencukil bola dan mengarahkannya ke tiang jauh. Di sana Chicharito muncul dari second line dan menyundul bola di mulut gawang.
Kesimpulan
Penampilan Kroasia pada laga ini sangat mengecewakan. Bermodalkan percaya diri tinggi setelah tampil gemilang kala melawan Brasil dan Kamerun, nyatanya Kroasia tak bisa berbuat banyak. Meski memiliki pemain-pemain top seperti Luka Modric, Ivan Rakitic, dan Mario Mandzukic, tim asuhan Kovac ini tak begitu membahayakan lini pertahanan Meksiko.
Penampilan buruk yang ditampilkan Kroasia sebenarnya tak lepas dari taktik jitu yang dipakai pelatih Meksiko, Miguel Herrera. Dengan pertahanan solid dan pergantian pemain yang tepat, ia sukses menahan lini serang Kroasia dan membuat Meksiko mencetak tiga gol dalam rentang waktu 10 menit.
Kemenangan atas Kroasia ini telah membuktikan bahwa lini pertahanan Meksiko memiliki organisasi pertahanan yang baik. Meski telah menghadapi Kamerun dan Brasil, satu gol baru tercipta dalam tiga pertandingan yang sudah dijalani Meksiko.
Kemenangan ini tentunya akan menjadi modal berharga bagi Chicharito dan kawan-kawan. Di babak 16 besar nanti (29/06) mereka akan menghadapi juara Grup B, Belanda. Namun jika berkaca pada penampilan Meksiko dua pertandingan terakhir, laga ini sepertinya bakal jadi laga yang sulit bagi skuat Oranye.

====
*dianalisis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini
(roz/krs)