Duel Dua Tim Terluka

Preview Brasil vs Belanda

Duel Dua Tim Terluka

- Sepakbola
Minggu, 13 Jul 2014 21:32 WIB
Duel Dua Tim Terluka
Getty Images
Jakarta -

Laga perebutan tempat ketiga dinihari WIB nanti di Brasilia tak lebih dari sekadar laga formalitas antara kedua tim yang sedang terluka, Brasil dan Belanda.

Tak ada hal yang menyenangkan dari perebutan peringkat ketiga. Baik Belanda maupun Brasil sama-sama terluka, karena selangkah lagi mereka harusnya bisa menjejakan kaki di partai puncak. Tapi apa daya impian itu tak dapat diraih.

Bagi Brasil sendiri, apa pun hasil dari perebutan tempat ketiga ini, tentu tak mampu menutupi aib yang terjadi di babak semi final. Menerima kekalahan terbesar (1-7 dari Jerman) sepanjang sejarah di Piala Dunia persepakbolaan mereka bukan sesuatu yang bisa ditebus dengan peringkat ketiga terbaik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi setidaknya yang para pemain ini bisa lakukan adalah menegakkan kepala dan bermain sebaik mungkin sebagai bentuk permintaan maaf. Hal paling minim yang bisa dilakukan para skuat Brasil adalah menerima amarah dan cemoohan penonton dengan sikap ksatria.

Problem Brasil sendiri sejak Piala Dunia dimulai adalah mereka kerap kesulitan untuk menuntaskan peluang. Peran Fred di lini depan benar-benar buruk. Di pertandingan menghadapi Jerman, penyerang asal Fluminense ini hanya melakukan satu attempts. Keberadaannya sungguh tak terasa.

Hal ini diperparah dengan cederanya Neymar yang tidak bisa bermain hingga beberapa pekan ke depan. Dari lima pertandingan yang telah dijalani, Neymar seolah memiliki peran ganda. Ia yang mengkreasikan peluang, dan ia pula yang menuntaskan. Kehilangan Neymar bukan hanya membuat lini serang Brasil pincang, tapi juga mengamputasi kreatifitas serangan Brasil.

Sementara itu, bagi De Oranje pertandingan perebutan peringkat ketiga ini akan jadi laga yang menandai berakhirnya kerjasama Louis van Gaal bersama KNVB. Meskipun dalam keterangannya kepada media ia tak begitu perduli dengan peringkat ketiga, tapi mungkin Van Gaal ingin mempersiapkan tim secara matang. Pelatih yang selanjutnya akan menangani Manchester United ini tidak ingin akhir karirnya bersama timnas Belanda tercoreng oleh Selecao.

Mencoba Opsi Lain

Sebelum pertandingan menghadapi Jerman, Scolari mengatakan ada kemungkinan ia akan menggunakan opsi tiga gelandang bertahan. Ini dilakukan untuk menahan kuatnya gempuran Jerman baik dari tengah maupun dari sayap.

Tiga gelandang bertahan ini akan menjaga kedalaman, sedangkan dua penyerang yang bermain di sayap diinstruksikan untuk bermain lebih bertahan.

Tapi opsi ini nyatanya tak pernah digunakan. Big Phil cukup percaya diri dengan menempatkan Luiz Gustavo –yang memiliki atribusi bertahan baikβ€”sebagai penahan serangan. Ia pun mempercayakan pos duet di poros ganda pada Fernandinho yang berhasil mengisolasi James Rodriguez di pertandingan perempat final.

Brasil tampil menekan sejak menit awal. Bahkan, Gustavo dan Fernandinho pun begitu aktif membantu serangan. Ini pula yang akhirnya dimanfaatkan Jerman untuk menyusup ke lini pertahanan Brasil yang digalang Dante dan David Luiz.

Opsi ini kemungkinan digunakan kembali, karena toh siapa pun yang menang tak akan menempelkan lambang bintang di atas logo federasi di dada mereka.

Rentan Ditekan

Pertandingan menghadapi Jerman tentu menjadi pelajaran berharga bagi Scolari. Pilihannya untuk bermain terbuka dan menyerang malah menjadi bumerang. Dua fullback yang semestinya membantu pertahanan, perannya tak terlihat sama sekali. Ketika ditekan, dua fullback Brasil, yaitu Marcelo dan Maicon, malah berada di area pertahanan lawan.

Ini yang mengakibatkan Dante dan David Luiz kehilangan konsentrasi. Serangan yang semestinya dimulai dari bawah, mesti kandas karena bola kembali dioper pada kiper Julio Cesar yang lalu membuang bola tersebut jauh-jauh.

Jika Belanda melakukan pressing ketat, permainan Brasil pasti akan keteteran. Ini terlihat kala mereka pada dua pertandingan Selecao melawan Jerman dan Chile. Brasil juga dipaksa bermain imbang kala menghadapi Meksiko di babak fase grup. Bedanya, Meksiko hanya melakukan tekanan di daerah pertahanan sendiri, tak seperti Chile dan Jerman yang menekan hingga melewati garis tengah lapangan.

Bertumpu pada Oscar

Kehilangan Neymar membuat Scolari hanya berharap pada Oscar. Gelandang serang Chelsea inilah yang sebenarnya diplot mengganti Neymar. Peran Bernard maupun Hulk adalah pelengkap serangan lewat sayap belaka.

Di pertandingan menghadapi Jerman, peran Oscar mulai terlihat di babak kedua. Sejak masuknya Willian dan Ramires, suplai bola kepadanya menjadi lebih lancar dan mengalir. Jika ini terus dilakukan di pertandingan menghadapi Belanda, bukan tidak mungkin pria kelahiran 1991 ini akan membuat kejutan.

Di pertandingan tersebut, pergerakan Oscar di lini depan Brasil sebenarnya cukup meyakinkan. Ia melakukan empat attempts, 37 umpan, dan 4 umpan silang. Ia setidaknya mampu menutup ketidakhadiran Fred ataupun Hulk yang seolah hilang.

Bermain Lebih Sabar

Brasil sebenarnya memeragakan permainan yang efektif kala bermain lebih sabar dan menunggu lawan menyerang. Ini terlihat kala mereka menumbangkan Kolombia 2-1. Brasil hanya sesekali menekan, tapi dengan hasil jauh lebih efektif ketimbang saat mereka menyerang lawan habis-habisan.

Di pertandingan tersebut, Brasil lebih sering melakukan tekel dan intercept untuk menahan pergerakan pemain Kolombia. Taktik ini sukses dijalankan. Kolombia tak leluasa menyerang karena bola lebih banyak bergulir di lini tengah. Begitu pula dengan pergerakan striker mereka yang dijaga ketat oleh Fernandinho maupun Marcelo. Jumlah tekel sukses dalam pertandingan tersebut sebanyak 28 kali dengan total pelanggaran 31 kali.

Dengan bermain lebih sabar, Brasil dapat menganalisa titik lemah Belanda sembari menggalang pertahanan. Sehingga ketika melakukan serangan balik, setiap pemain sudah tahu apa yang harus mereka lakukan.

Masalah di Lini Depan

Penampilan Belanda di Piala Dunia terkesan angin-anginan. Mereka terlihat begitu superior saat mengalahkan Spanyol 5-1. Tapi, dua pertandingan terakhir tak menyiratkan bahwa mereka adalah tim yang berbahaya di depan gawang lawan. Hingga 120 menit, mereka tak mampu menyarangkan satu gol pun ke gawang Argentina dan Kosta Rika.

Saat menghadapi Kosta Rika, Belanda menguasai penguasaan bola dengan 67%. Mereka pun tampil agresif dengan melepaskan 20 attempts yang delapan di antaranya mengarah langsung ke gawang. Ini merupakan jumlah attempts terbanyak mereka di Piala Dunia 2014. Bahkan, kala membantai Spanyol 5-1 pun, mereka hanya melakukan 14 attempts dan sepuluh yang mengarah ke gawang.

Masalah di lini depan ini akan diperburuk dengan kembali tampilnya duet Thiago Silva dan David Luiz di lini pertahanan Brasil. Van Gaal mesti memutar otak bagaimana memaksimalkan Van Persie dan Robben di lini depan, seperti yang ia lakukan kala menghadapi Spanyol.

Brasil Tak Memiliki Plan B

Van Gaal beruntung karena Scolari selalu menurunkan formasi yang sama dan pemain yang sama. Dengan menyaksikan rekaman pertandingan ke belakang tampaknya Van Gaal dapat menerka celah yang bisa ia manfaatkan.

Ini berbeda dengan Van Gaal. Sang arsitek De Oranje itu mirip dengan Joachim Loew yang kerap tidak terduga kala memilih Starting XI. Pun dengan formasi yang akan digunakan. Ia mengejutkan Spanyol dengan memasukan Memphis Depay untuk membantu serangan Belanda.

Demikian pula kala berhadapan dengan Meksiko. Van Gaal memaksa lawannya bermain lebih dalam untuk menjaga pergerakan Klaas Jan Huntelaar.

Skema seperti ini yang bisa dimanfaatkan untuk menghancurkan Brasil. Selain
menyokong skema serangan, perubahan taktik di tengah-tengah pertandingan akan membingungkan pemain Brasil dalam melakukan antisipasi.

Menahan Maicon

Brasil memiliki senjata andalan dengan menyerang lewat sayap. Adanya dua fullback yang aktif membantu serangan pun akan membuat ancaman terhadap sisi flank pertahanan Belanda.

Meksiko yang menggunakan lima bek saja kewalahan menahan pergerakan Marcelo dan Bernard di sisi kiri. Di sisi kanan, Kolombia tak mampu meredam pergerakan Maicon, meski pemain AS Roma itu bergerak seorang diri. Padahal, terdapat dua pemain yang beroperasi di sisi kiri pertahanan Kolombia, yakni Romero dan Ibarbo. Tapi Maicon hampir selalu melewati penjagaan keduanya.

Ini menjadi tugas berat bagi Van Gaal untuk menahan kebocoran dari kedua sayap mereka. Ia mungkin berharap pada performa impresif Daley Blind kala bertanding melawan Spanyol. Selain memiliki atribusi bertahan yang baik, ia juga mampu memberi umpan yang dikreasikan menjadi gol bagi Belandag.

Jika Van Gaal kembali menempatkan Dirk Kuyt sebagai wingback kiri, sebagaimana dilakukan dalam dua pertandingan terakhir, tampaknya sektor ini yang akan jadi masalah. Maicon adalah tipe fullback yang memiliki kemampuan menggiring bola yang baik dan cepat. Sebagai sebagai bukan bek murni, dikhawatirkan Maicon dapat lolos dan mengancam gawang Belanda.

Prediksi

Β 

Jika Brasil kembali bermain terbuka dengan menyerang secara frontal, bukan tidak mungkin Belanda dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk menggunakan skema serangan balik. Kokohnya pertahanan Belanda dapat terlihat dari dua pertandingan terakhir. Mereka tidak kebobolan satu gol pun.

Kekalahan Spanyol dari Belanda adalah buah dari tidak fokusnya lini belakang mereka dalam bertahan. Dan ini yang biasa ditemukan di lini pertahanan Brasil. Karenanya, tak ada gunanya menyerang secara frontal.

Siapapun yang menang, tak akan mampu menambal luka untuk bermain di final. Tapi ini merupakan laga terakhir bagi kedua pelatih. Van Gaal sudah resmi hijrah ke Premier League, sedangkan nasib Scolari sudah di ujung tanduk. Kekalahan dalam pertandingan ini hanya akan menodai rekam jejak mereka.

Kedua tim akan bermain ngotot dan tidak akan melepaskan pertandingan perebutan peringkat ketiga ini. Jika Brasil tak menurunkan Fred dan lebih memaksimalkan lini tengah, Brasil kemungkinan dapat unggul atas Belanda. Namun, jika Scolari masih mempertahankan mahakarya 4-2-3-1-nya, Belanda sepertinya akan membuat Brasil kembali kalah kali ini.

(mrp/mrp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads