Keberanian Luis Enrique Memodifikasi Taktik Barcelona

Liga Spanyol: Barcelona 3-0 Elche

Keberanian Luis Enrique Memodifikasi Taktik Barcelona

- Sepakbola
Senin, 25 Agu 2014 14:52 WIB
Denis Doyle/Getty Images
Jakarta -

Sejak musim 2008/2009, Barcelona tak pernah mengalami kekalahan di pertandingan perdana awal musim. Mereka malah selalu menang lebih dari selisih tiga gol. Tren itu berlanjut dini hari tadi (25/8/2014), saat mereka menang telak atas Elche 3-0 di hadapan publik Stadion Camp Nou.

Kemenangan besar ini cukup mengejutkan mengingat Barcelona bermain pincang akibat ditinggal pemain-pemain topnya. Mereka pun hanya bermain 10 orang setelah Javier Mascherano dikartu merah pada menit 45. Meski kalah pemain, nyatanya Barcelona mampu menambah dua gol tambahan lewat Lionel Messi dan pemain muda Munir El Haddadi.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepercayaan Enrique pada Pemain Muda

Mengawali musim 2014/2015, Barcelona mesti kehilangan banyak pemain penting. Demikian pula saat melawan Elche.

Lini belakang kehilangan Thomas Vermaelen karena cedera, sementara Gerard Pique terkena larangan bertanding. Kendati demikian, Barcelona tak mendapatkan masalah mengingat masih ada Mark Bartra, pemain anyar Jeremy Mathieu, dan Javier Mascherano yang bisa diplot sebagai bek tengah. Di laga ini, Luis Enrique lebih memilih Mathieu dan Mascherano.

Namun, Vermalen membuat Barca tak bisa memakai pola 3-2-3-2 seperti saat laga ujicoba. Alhasil sistem 4-3-3 dengan mengandalkan poros serangan sayap melalui dua fullback seperti musim lalu lewat Daniel Alves dan Jordi Alba tetap jadi pilihan Enrique.

Yang menarik dari pemain yang diturunkan oleh Enrique adalah trisula lini depan Barcelona. Sebagai eks pelatih akademi La Masia, Enrique teramat mendukung perkembangan pemain muda. Hal itu dibuktikan dini hari tadi, saat memainkan dua penyerang belia, Munir El Haddadi dan Rafinha, untuk mendampingi Lionel Messi di lini depan.

Kehilangan Neymar dan Suarez bukanlah masalah bagi Barca, mengingat dua pemain muda ini mampu menggantikan peran bintang-bintang Amerika Selatan tersebut. Sebagai seorang yang terbiasa bermain pada posisi gelandang serang, Enrique memplot Rafinha bermain melebar mirip seperti Neymar, hal serupa juga diintruksikan pada El Hadaddi.

Intruksi Total Menyerang

Barcelona tampil dominan di babak pertama. Permainan total menyerang yang diinstruksikan Enrique betul-betul diterapkan skuat Barca. Selain rataan akurasi umpan mencapai 93%, hampir 60% passing tiki-taka yang mereka lakukan terjadi di setengah area pertahanan Elche. Dua bek tengah mereka, yakni Mathieu dan Mascherano, pun sering naik membantu serangan.



Tak hanya itu, saja Barca pun gencar melakukan pressing ketat setinggi mungkin (lihat grafis tekel di bawah). Hal ini dilakukan untuk merebut bola sembari menghambat Elche melakukan serangan balik dan memberi waktu skuat Barca melakukan transisi dari menyerang ke bertahan.



Saat Blaugrana kehilangan bola, secara otomatis 2-3 pemain akan berusaha merebut. Pressing ini berimbas pada garis pertahanan yang didorong setinggi mungkin.

Untuk mengantisipasi, Enrique kadang menarik Busquet sejajar dengan Mascherano dan Mathieu, membuat formasi seolah menggunakan 3 bek sejajar dan membiarkan Jordi Alba serta Daniel Alves ikut menyerang.

Penyerang Elche lalu bermain melebar demi memanfaatkan kekosongan pos di sisi fullback Barca. [Lihat grafis, passing Elche rata-rata diarahkan ke sayap]



Beruntung lawan Barcelona tak begitu bagus saat membangun serangan balik. Alhasil, serangan Elche selalu mudah dimentahkan.

Kendati begitu, bukan berarti Barcelona tak memiliki celah. Borok itu berada di sektor sayap. Dua fullback, Jordi Alba dan Daniel Alves, sering terlalu naik dan lupa melihat pergerakan Elche yang dominan menyerang dari sayap kemudian berlari diagonal ke tengah.

Proses kartu merah Mascherano pada menit 43 pun terjadi saat Alves tak bisa mengatisipasi Jonathas yang bergerak bebas di sayap kiri.

Cara Elche Mematikan Barcelona di Babak Pertama

Di sisi lain, Elche memang memainkan sepakbola bertahan dengan memakai formasi 4-5-1 dan bermain sedalam mungkin –rapat dengan kiper dan jarak antar gelandang dan bek tak terlalu jauh.

Kondisi ini membuat Barcelona begitu dominan di lini tengah, tapi selalu kesulitan menembus area sepertiga lapangan akhir Elche. Sebuah catatan menarik menilik taktik bertahan dari pelatih Elche, Frans Escriba, yang mencoba mematikan Lionel Messi.

Kendati memasang dua gelandang bertahan secara bersamaan, yakni Jose Angel dan Pedro Mosqeara, nyatanya Escriba tak menempatkan dua pemain ini sejajar seperti pola 4-2-3-1 yang selalu dia pakai sebelumnya.

Escriba lebih memilih 4-1-4-1 dengan menjadikan Angel sebagai poros pertahanan di tengah yang bersifat statis. Angel menjaga zonal untuk mencegah dan menutup Messi serta gelandang lainnya.

Lain hal dengan Mosquera yang diplot melakukan man to man marking kepada Messi, pemain yang dijadikan sebagai false nine pada laga ini. Mosquera adalah pemain yang paling banyak melakukan tekel dengan 10 tekel, dan 6 di antaranya ditujukan kepada Lionel Messi.



Penjagaan rangkap yang dilakukan Angel dan Mosquera ini sempat membuat Messi mati kutu pada babak pertama. Tak ada satu pun peluang yang berhasil dibuatnya, kecuali gol di menit 42. Proses gol itu tak lepas dari kelincahan dan kecerdikan dribbling Messi melepaskan diri dari penjagaan lawan.

Semenjak unggul jumlah pemain, khususnya pada babak kedua, permainan Elche berubah. Mereka menjadi lebih menyerang. Mosquera tak ditugasi mengawal ketat Messi lagi. Akibatnya, gawang Elche pun kebobolan dua gol.

Terobosan Sistem Baru Enrique di Barcelona

Inti kekuatan lini serang Barcelona sebenarnya berada di tangan Iniesta dan Rakitic. Kedua pemain inilah yang jadi kunci tiki-taka Barca di area lawan. Tugas dua pemain ini adalah membagi bola dan menjaga agar segitiga-segitiga antar pemain Barca tetap solid. Jumlah passing Rakitic di laga ini mencapai 112, sedangkan Iniesta 105.

Salah satu keberanian Enrique adalah memaksa semua pemain mengisi posisi yang ditinggalkan pemain di depannya. Misal, saat Rakitic bergeser ke sayap mendekat pada Rafinha, maka secara otomatis Busquet akan naik jauh ke tengah. Begitupun Iniesta yang dibantu oleh Mathieu.
Karenanya hal yang wajar kedua bek tengah, Busquet dan Mathieu, mencatatkan umpan di atas 90 kali.



Transisi dari bertahan ke menyerang yang diterapkan Enrique berbeda dengan yang dilakukan pelatih sebelumnya, Gerardo Martino. Tiga bek saat menyerang adalah 3 bek sejajar yang bermain tinggi. Posisi Alba dan Alves ditahan agar tak terlalu maju, untuk memberi bantuan ke area tengah andaikan salah seorang dari 3 bek itu ada yang naik ke tengah. [lihat grafis di atas]

Keberanian Luis Enrique dengan memasang Munir El Haddadi dan Rafinha cukup diacungi jempol. Kedua pemain ini menjalankan fungsinya dengan baik. Rafinha diplot oleh Enrique untuk bermain melebar, sedangkan Munir untuk cut inside dan menjadi pasangan Lionel Messi dalam melakukan umpan satu dua.

Sosok permainan Munir mirip-mirip seperti Suarez yang selalu lincah bergerak ke sana kemari. Sosok Rafinha pun persis seperti Neymar, yang bisa bermain melebar atau diplot sebagai gelandang serang. Pada laga ini, seringkali Rafinha bergerak ke tengah menggantikan peran Rakitic/Iniesta sebagai pengatur serangan di depan kotak penalti.

Kesimpulan

Laga melawan Elche ini bukanlah ujian sesungguhnya bagi Barca. Menjadi suatu kewajaran Lionel Messi dkk bisa menyerang habis-habisan, mengingat kelas klub lawan berada di bawah mereka.

Namun, yang mesti dicermati adalah keberanian Enrique yang mendorong garis pertahanan amat tinggi dan sistem yang memperbolehkan bek tengah naik ke posisi gelandang. Jika skema ini diterapkan melawan Atletico Madrid, Real Madrid, atau Valencia, maka bisa saja Barca jadi bulan-bulanan.

Sepertinya laga melawan Elche ini adalah ujicoba sistem penyerangan baru. Sebuah sistem untuk mengoptimalkan peran Neymar – Suarez dan Messi di lini depan. Dan boneka percobaan itu diperankan oleh Rafinha dan Munir. Sebuah ujicoba yang berjalan maksimal.






(din/krs)

Hide Ads